Bencana ganda dihadapi warga Kalimantan Tengah. Setelah pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai, kini ribuan warga di 80 desa di tujuh kabupaten direndam banjir.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Di tengah pandemi yang tak kunjung usai, masyarakat Kalimantan Tengah kini dilanda banjir. Setidaknya tujuh kabupaten terendam banjir yang menyebabkan ratusan desa dan ribuan warga terdampak.
Sebelumnya, banjir hanya melanda wilayah Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Sebanyak 10 desa yang terendam banjir berada di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Marikit, Kecamatan Katingan Tengah, dan Kecamatan Sanaman Mantikei.
Setidaknya terdapat 384 keluarga atau 1.536 orang terdampak banjir, lalu lebih kurang 253 rumah, 5 bangunan sekolah, dan 2 tempat ibadah juga terdampak banjir dengan ketinggian 50-200 sentimeter (Kompas, 23 Agustus 2021).
Kini, banjir meluas ke wilayah lain. Data dari Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) Kalteng, banjir merendam tujuh kabupaten, yakni Kabupaten Katingan, Kotawaringin Timur, Seruyan, Gunung Mas, Pulang Pisau, Lamandau, dan Kotawaringin Barat.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Kalteng Erlin Hardi menjelaskan, beberapa wilayah, seperti Kabupaten Katingan, sudah terendam banjir selama seminggu lebih. Sementara wilayah lain baru mulai terendam dengan ketinggian beragam.
”Kami masih kesulitan mengumpulkan data karena semua tim masih ada di lapangan dan belum semua memberikan laporan,” ujarnya di Palangkaraya, Kamis (26/8/2021).
Erlin menjelaskan, banjir yang melanda merupakan banjir yang setiap tahun terjadi. Penyebabnya adalah intensitas hujan yang tinggi sehingga membuat air sungai meluap dan masuk ke permukiman.
Dari data sementara Pusdalops PB Kalteng, di Kabupaten Katingan setidaknya 17 desa dari empat kecamatan masih terendam banjir. Lalu, di Kabupaten Kotawaringin Barat, banjir merendam 10 desa dan satu kelurahan dengan total 1.126 orang terdampak banjir.
Untuk Kabupaten Pulang Pisau, banjir melanda lima desa di satu kecamatan yang berada di pinggir Sungai Kahayan. Sementara di Kabupaten Seruyan, data terakhir menunjukkan, satu desa terendam banjir dengan total 202 orang terdampak.
Di Kabupaten Gunung Mas, banjir menghantam dua desa di dua kecamatan. Petugas masih mengumpulkan data jumlah rumah dan warga yang terdampak. Sementara itu, di Kotawaringin Timur, 42 desa di empat kecamatan terendam banjir dan berdampak pada 595 keluarga. Wilayah ini menjadi yang paling parah dilanda banjir.
”Curah hujan tinggi terjadi sejak 18 Agustus hingga 22 Agustus dan itu hampir tidak berhenti hujan sehingga menyebabkan air Sungai Mentaya meluap,” kata Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Muhammad Yusuf.
Yusuf menjelaskan, pada Rabu (25/8/2021), beberapa desa di Kecamatan Bukit Santuai dilanda banjir dengan ketinggian air mencapai 1 meter lebih. ”Bahkan, dari laporan lapangan, ada yang mencapai 20 meter di Kecamatan Mentaya Hulu,” ujarnya.
Di Kabupaten Lamandau, banjir melanda tiga desa di tiga kecamatan dengan jumlah warga terdampak belum diketahui pasti. Namun, data dari Pusdalops PB Kalteng, setidaknya terdapat enam keluarga yang terpaksa mengungsi karena kondisi rumah mereka seluruhnya terendam banjir.
Curah hujan tinggi terjadi sejak 18 Agustus hingga 22 Agustus dan itu hampir tidak berhenti hujan sehingga menyebabkan air Sungai Mentaya meluap.
”Ada juga yang mengungsi ke rumah keluarga, ada yang ke posko di kantor kecamatan. Total sementara yang mengungsi lebih kurang 24 orang di Kecamatan Bulit Timur,” ungkap Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lamandau Ediso Dewel.
Dewel menjelaskan, pihaknya sudah memberikan peringatan banjir kepada seluruh masyarakat Kabupaten Lamandau di delapan kecamatan. ”Wilayah kami ini menjadi lebih sering kena banjir dalam dua tahun terakhir,” katanya.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Palangkaraya, Chandra Mukti Wijaya, menjelaskan, BMKG memprediksi awal musim hujan di Kalteng terjadi pada periode September hingga Oktober. Namun, di beberapa wilayah Kalteng saat ini terpantau hujan dengan intensitas sedang sampai lebat.
”Intensitas hujan yang tinggi disebabkan oleh kejadian alam aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO),” ujar Chandra.
Chandra menjelaskan, MJO menyebabkan curah hujan meningkat didukung dengan adanya belokan angin serta udara yang labil. Dari analisis itu, menurut dia, dalam satu minggu ke depan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat bakal terus terjadi di seluruh wilayah Kalteng.
Pada saat penanganan banjir, seperti evakuasi dan pembagian obat dilakukan, warga terdampak di satu sisi juga menghadapi pandemi yang tak kunjung usai. Hingga kini, angka kematian karena Covid-19 di Kalteng mencapai 3,4 persen dan pada Kamis sore jumlahnya bertambah enam korban jiwa.
Kasus terkonfirmasi pun bertambah 210 kasus sehingga totalnya menjadi 43.377 kasus, sementara kasus sembuh juga bertambah hingga mencapai 237 orang dengan total mencapai 38.576 kasus.
”Di lokasi banjir, kami bakal membawa vaksin untuk mereka yang (menjadi) korban banjir sambil melakukan pemeriksaan kesehatan juga,” kata Erlin Hardi yang juga merupakan Ketua Pelaksana Harian Tim Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kalteng.