Pencarian Dihentikan, Lima Korban Kapal Tenggelam di Kumai Masih Hilang
Sudah seminggu lamanya pencarian korban Kapal Motor Putri Ayu 3 yang tenggelam di perairan Kumai, Kotawaringin Barat, Kalteng, dilaksanakan. Pencarian pun kini dihentikan dengan lima orang masih hilang.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Pencarian korban tenggelamnya Kapal Motor Putri Ayu 3 di perairan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, dihentikan setelah sepekan pencarian. Lima orang masih dinyatakan hilang.
Kapal Motor (KM) Putri Ayu 3 asal Jakarta tenggelam di perairan Laut Jawa di kawasan Kumai. Kapal itu tenggelam pada Senin (16/8/2021) sekitar pukul 04.00 WIB.
Dari total 13 awak dan nakhoda kapal, lima orang berhasil selamat. Satu orang ditemukan dalam keadaan meninggal dan tujuh orang dinyatakan hilang pada hari kejadian.
Pada hari kelima pencarian, dua korban kapal ditemukan oleh nelayan mengambang di permukaan laut. Mereka diidentifikasi sebagai Rahmat Hidayat dan Ikhwanul Muslimin. Adapun korban lain yang masih hilang adalah Tomy Bagus Putra, Fery Irawan Mustafa, Sarul Gunawan, Mamuri, dan Nashekin.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Palangkaraya M Hariyadi menjelaskan, pada hari ke-6 pencarian, pihaknya menemukan bangkai kapal bagian depan yang tenggelam tersebut. Bangkai kapal itu ditemukan di lokasi yang berjarak 21 mil laut atau 38 kilometer dari wilayah Taman Nasional Tanjung Puting, Kabupaten Kotawaringin Barat.
Saat ditemukan, lanjut Hariyadi, posisi kapal yang mengapung itu dalam keadaan terbalik dan masih terikat jangkar. ”Tersisa bagian depan kapal saja yang mengapung di permukaan,” ujarnya saat dihubungi pada Selasa (24/8/2021).
Hariyadi menjelaskan, pihaknya kemudian melanjutkan pencarian pada Selasa pagi atau hari ke-7 pencarian korban. Tidak ada korban ataupun sisa kapal yang ditemukan sampai akhirnya proses pencarian dihentikan.
”Kami sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk pemilik kapal dan keluarga korban. Akhirnya disepakati pencarian dihentikan,” ungkapnya.
Hariyadi menjelaskan, pihaknya saat ini dan seterusnya hanya akan memantau dan mengumpulkan informasi dengan berkoordinasi dengan semua pihak, seperti Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas V Pangkalan Bun, Direktorat Polisi Air dan Udara Polda Kalteng, serta para nelayan yang masih mencari ikan di sekitar lokasi.
Kami sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk pemilik kapal dan keluarga korban. Akhirnya disepakati pencarian dihentikan.
”Kami akan melakukan e-broadcast kepada semua kapal yang melintas, termasuk kapal nelayan yang melintas di sekitar lokasi, agar segera melaporkan ke petugas jika menemukan tanda-tanda korban,” ujar Hariyadi.
Sampai saat ini cuaca di perairan sekitar wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat masih diwarnai hujan dengan intensitas tinggi juga gelombang rendah hingga sedang. Menurut prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Maritim Stasiun Palangkaraya, Reniananta, kondisi cuaca di perairan Kumai dalam dua hari ke depan secara umum berawan hingga hujan ringan.
Dalam tiga hari ke depan diprediksi kecepatan angin tertinggi masih 20 knot atau masih cukup tinggi. Hal itu bisa berpengaruh pada naiknya gelombang laut.
Kini, ketinggian gelombang mulai menurun. Meskipun demikian, ketinggian gelombang kategori sedang masih cukup berbahaya bagi kapal-kapal yang ingin berlayar.
Saat ini gelombang laut kategori sedang diprakirakan terjadi di Laut Natuna Utara. Untuk wilayah pesisir Kalimantan Tengah, gelombangnya pun masuk kategori sedang. Gelombang laut kategori sedang berkisar 1,25 meter sampai 2,5 meter.
”Ketinggian gelombang bisa berbeda-beda tergantung dari pergerakan angin dan faktor-faktor lainnya,” kata Reniananta.