Pengasuhan anak yatim, piatu, atau yatim piatu yang terdampak Covid-19 amat penting untuk kelangsungan hidup dan harapan mereka meraih masa depan yang cerah.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama istri mengunjungi anak perempuan yang menjadi yatim piatu karena orangtua meninggal akibat pandemi Covid-19 di Surabaya, Jawa Timur. Di Surabaya ada sekitar 1.400 keluarga terdampak pandemi Covid-19 sehingga anak-anak menjadi yatim, piatu, atau yatim piatu.
SURABAYA, KOMPAS — Kalangan bupati dan wali kota di Jawa Timur menginstruksikan aparaturnya menjadi orangtua asuh bagi anak yatim, piatu, atau yatim piatu karena kehilangan orangtua akibat pandemi Covid-19.
Sampai dengan Senin (23/8/2021), menurut catatan Pemprov Jatim, pandemi sejak Maret 2020 mengakibatkan lebih dari 6.200 anak kehilangan orangtua sehingga menjadi yatim, piatu, atau yatim piatu. Covid-19 telah menjangkiti 33.000 anak, 134 anak di antaranya meninggal.
Untuk membantu kelangsungan anak-anak yang kehilangan orangtua, pemerintah provinsi dan atau kabupaten/kota menggencarkan kembali gerakan nasional orangtua asuh (GNOTA). Pengasuhan bertujuan membantu penghidupan anak-anak yatim, piatu, atau yatim piatu sehingga masih memiliki harapan meraih masa depan cerah.
Menurut Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, di ibu kota Jatim ada setidaknya 1.400 keluarga yang 600 keluarga di antaranya telah selesai diverifikasi untuk bantuan pengasuhan bagi anak-anak yang kehilangan orangtua.
”Kami berkomitmen merawat dan mendampingi anak-anak dengan menyiapkan beasiswa yang dijamin sampai selesai perguruan tinggi,” kata Eri.
Selain dirinya menjadi orangtua asuh, aparatur Pemerintah Kota Surabaya juga diinstruksikan mengikuti kebijakan serupa. Dukungan sebagai orangtua asuh bisa diberikan dengan menjamin kelangsungan hidup anak selama hidup bersama kerabat, asrama, atau panti sosial atau menampung mereka dalam kehidupan baru sebagai anggota keluarga.
”Kami mempersiapkan asrama bagi anak-anak yang oleh kerabatnya diperkenankan tinggal di sana agar mendapat pengasuhan dan pengawasan,” kata Eri.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyemangati anak yang kehilangan orangtua dalam masa pandemi Covid-19. Di Surabaya, Jawa Timur, ada sekitar 1.400 keluarga terdampak pandemi Covid-19 sehingga anak-anak menjadi yatim, piatu, atau yatim piatu.
Kebijakan serupa juga ditempuh Bupati Magetan Suprawoto yang menjadi orangtua asuh bagi tujuh anak yang kehilangan orangtua. ”Seluruh aparatur pemerintah di Magetan telah diajak menjadi orangtua asuh untuk menjamin kelangsungan hidup anak-anak yang kehilangan,” ujarnya.
Suprawoto mengatakan, pemerintah menjamin beasiswa bagi anak-anak yatim, piatu, atau yatim piatu sampai jenjang perguruan tinggi. Penghidupan harian anak-anak itu dibantu terutama melalui orangtua asuh. Perkembangan kehidupan anak-anak akan selalu dipantau untuk memastikan mereka mendapatkan suasana tumbuh kembang yang baik.
Secara terpisah, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin mengatakan, 167 anak yang kehilangan orangtua karena pandemi di kabupaten tersebut telah masuk dalam pengasuhan. Angka itu pasti bertambah karena pandemi belum mereda, termasuk di Trenggalek. Anak-anak yang menjadi yatim, piatu, atau yatim piatu akibat Covid-19 akan segera masuk dalam program pengasuhan oleh pemerintah.
Arifin mengatakan, setiap anak yang kehilangan orangtua dan tinggal bersama kerabat akan dibuatkan rekening tabungan. Daftar rekening dari 167 anak itulah yang kemudian ditawarkan kepada donatur. Untuk yang kategori pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar disumbang Rp 300.000 per bulan, SMP Rp 400.000 per bulan, dan SLTA Rp 500.000 per bulan.
”Kami sangat membuka diri bagi donatur yang bersedia menampung anak-anak itu sebagai bagian dari anggota keluarga baru sehingga mereka mendapat pengasuhan selama masa pertumbuhan,” ujar Arifin.
Pemerintah Kabupaten Trenggalek di Jawa Timur menerbitkan skema program pengasuhan anak-anak yang kehilangan orangtua dalam masa pandemi Covid-19.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan Jatim Andriyanto mengatakan, kebutuhan dana untuk sekitar 7.000 anak yang kehilangan orangtua minimal Rp 150 miliar per tahun. Dana untuk kebutuhan pokok (pangan, sandang, dan papan), tambahan bagi anak balita, pendidikan, kesehatan, serta kebutuhan vital lainnya.
”Kami mengharapkan masyarakat bersama pemerintah mau menjadi keluarga yang mengasuh anak-anak itu,” kata Andriyanto. Pengasuhan berbasis keluarga bagi anak-anak yang kehilangan orangtua lebih baik karena menjamin perkembangan kehidupan mereka terawasi.