BOR Turun, RS Rujukan Covid-19 di Pantura Jateng Tetap Waspada
Tingkat keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di sejumlah rumah sakit di wilayah pantura barat Jateng menurun dua pekan terakhir. Namun, pengelola rumah sakit belum akan mengurangi jumlah tempat tidur.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Dua pekan belakangan, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) pasien di sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19 di wilayah pantai utara (pantura) barat Jawa Tengah menurun signifikan. Kendati demikian, pengelola rumah sakit belum akan mengurangi jumlah tempat tidur sebagai bentuk kewaspadaan.
Menurunnya jumlah kasus Covid-19 membuat BOR di sejumlah rujukan Covid-19 ikut menurun. Di Kabupaten Tegal, penurunan BOR terjadi setidaknya dua pekan terakhir. Pada akhir Juli, rata-rata harian BOR pasien Covid-19 selalu di atas 98 persen. Dua pekan terakhir, BOR tidak pernah lebih dari 26 persen dari total tempat tidur sebanyak 506 unit.
Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soeselo, misalnya, jumlah pasien Covid-19 pada Senin (23/8/2021) pagi sebanyak 32 orang. Jumlah itu terdiri dari 24 pasien terkonfirmasi positif dan delapan pasien suspek. Sementara itu, jumlah tempat tidur yang disiapkan untuk merawat pasien Covid-19 sebanyak 154 unit. Artinya, BOR di rumah sakit pada Senin sekitar 21 persen.
”Dua pekan terakhir, tren BOR melandai menjadi sekitar 21-25 persen. Adapun pada pertengahan hingga akhir Juli lalu, BOR kami selalu di atas 90 persen, bahkan pernah 100 persen selama beberapa hari," kata Wakil Direktur Pelayanan RSUD dr Soeselo, Titis Cahyaningsih.
Titis menduga, penurunan jumlah pasien dipicu penurunan mobilitas masyarakat selama dua bulan terakhir akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat ataupun PPKM berbasis level kegawatan. Kendati BOR terus menurun, pihak rumah sakit belum berencana mengurangi jumlah tempat tidur pasien Covid-19. Menurut Titis, hal itu dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan.
”Kami masih mau melihat-lihat situasi dulu. Mudah-mudahan trennya menurun terus begini, sampai nanti tidak ada kasus lagi,” ujarnya.
Titis berharap pembatasan mobilitas dan aktivitas tetap terjaga jika nantinya PPKM level tidak diterapkan lagi. Sebab, kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan, membatasi mobilitas, dan mengurangi kerumunan merupakan kunci mengendalikan pandemi.
Penurunan tingkat keterisian tempat tidur pasien juga terjadi di rumah sakit rujukan Covid-19 di Kota Pekalongan, yakni RSUD Bendan. Rumah sakit yang menyiapkan 61 tempat tidur itu berulang kali menolak pasien pada Juni-Juli lalu karena tempat tidur khusus pasien Covid-19 selalu penuh.
”Dulu, kami sampai harus menolak pasien karena tempat tidur penuh semua. Sekarang, kondisinya sudah agak longgar. Dari 61 tempat tidur, setiap hari terpakai sekitar 14 unit saja,” kata Direktur Utama RSUD Bendan Junaedi Wibawa.
Tak hanya tingkat keterisian tempat tidur pasien yang turun, di RSUD Bendan, kebutuhan oksigen harian juga berkurang. Pada Juni-Juli, rata-rata kebutuhan oksigen harian 1.500-2.000 meter kubik. Kini, kebutuhan oksigen hariannya maksimal 800 meter kubik.
Tarif tes
Meski tren penularan kasus menurun, Junaedi tetap berharap pengetesan dan pelacakan tetap digalakkan. Hal itu diperlukan supaya orang-orang yang terpapar bisa diketahui sehingga mereka bisa segera diisolasi untuk menekan risiko penularan dan risiko kematian.
Sebagai bentuk dukungan terhadap peningkatan jumlah pengetesan, RSUD Bendan menurunkan tarif tes reaksi berantai polimerase (PCR) dan antigen. Tarif tes PCR di rumah sakit itu turun dari Rp 900.000 menjadi Rp 495.000. Adapun tarif tes antigen yang sebelumnya Rp 145.000 menjadi sebesar Rp 100.000.
”Penurunan harga tes ini tidak akan mengurangi kualitas hasil tesnya. Ini kami lakukan semata-mata untuk mengurangi beban masyarakat yang membutuhkan hasil tes Covid-19 untuk memenuhi syarat pengurusan apa pun,” ujar Junaedi.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meminta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk mengatur kembali harga tes PCR. Presiden minta agar biaya tes PCR untuk mendiagnosis kasus konfirmasi Covid-19 ini berada pada kisaran Rp 450.000 sampai Rp 550.000 (Kompas.id, 15/8/2021).
”Salah satu cara untuk memperbanyak testing adalah dengan menurunkan harga tes PCR dan saya sudah berbicara dengan Menteri Kesehatan mengenai hal ini. Saya minta agar biaya tes PCR berada di kisaran Rp 450.000 sampai Rp 550.000,” ujar Presiden Jokowi
Selain itu, Presiden juga meminta agar hasil tes PCR bisa diketahui hasilnya dalam waktu maksimal 1 x 24 jam. Menurut dia, hasil tes perlu diketahui sesegera mungkin agar penanganannya bisa dilakukan secara cepat.