578 Anak di Blitar Ditinggal Orangtuanya akibat Covid-19
Pemerintah daerah telah mendata jumlah anak yatim, piatu, atau yatim piatu yang ditinggal orangtuanya akibat Covid-19. Santunan diberikan meski baru untuk jangka pendek, baik oleh pemda maupun lembaga filantropi.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BLITAR, KOMPAS — Jumlah anak yatim, piatu, dan yatim piatu yang orangtuanya meninggal akibat Covid-19 di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mencapai 578 anak. Dari jumlah itu, sebanyak 103 anak berusia 0-5 tahun, 213 anak usia 6-12 tahun, 111 anak usia 13-15 tahun, dan 151 anak usia 16-18 tahun.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKB3A) Kabupaten Blitar Eka Purwanta, Jumat (20/8/2021), mengatakan, pihaknya telah mendata anak yang menjadi yatim atau yatim piatu akibat pandemi Covid-19.
Hasil pendataan dinilai valid karena Dinas PPKB3A melibatkan tenaga penyuluh keluarga berencana di setiap desa. Mereka juga melibatkan kader keluarga berencana sampai ke tingkat RT.
”Program penanganan anak yatim tercetus dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Kami sudah mendata dan kami kirimkan ke provinsi. Saat rapat dengan provinsi, kemarin, pihak provinsi menggandeng donor dan akan diberikan bantuan dan konseling,” ujarnya.
Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak yang di dalamnya terdapat divisi hukum dan psikologi. Petugas dari divisi psikologi mengunjungi anak yang orangtuanya menjadi korban guna memberikan motivasi dan lainnya.
Angka kematian akibat Covid-19 di Kabupaten Blitar sendiri cukup besar dan menjadi yang tertinggi di Jawa Timur.
Angka kematian akibat Covid-19 di Kabupaten Blitar sendiri cukup besar dan menjadi yang tertinggi di Jawa Timur. Berdasarkan data Jawa Timur Tanggap Covid-19 per 20 Agustus angka tingkat kematian (fatality rate) di kabupaten ini mencapai 15,09 persen disusul Tuban 12,81 persen dan Jombang 12,64 persen.
Adapun total kasus Covid-19 di Kabupaten Blitar mencapai 9.680. Dari jumlah itu, sebanyak 717 aktif, 7.502 sembuh, dan 1.461 meninggal.
Bantuan sembako
Sementara itu, di Kota Malang, anak yatim, piatu, dan yatim piatu mendapatkan bantuan sembako dari pemerintah Kota Malang. Hingga saat ini jumlah anak yang menjadi yatim atau yatim piatu di wilayah ini lebih dari 100 anak.
Kepala Dinas Sosial Kota Malang Penny Indriani, yang dihubungi secara terpisah, mengatakan, selain sembako pihaknya juga memberikan bantuan pengaman sosial sebesar Rp 300.000, terdiri atas Rp 200.000 dari provinsi dan Rp 100.000 dari anggaran pendapatan belanja daerah Kota Malang.
Selain itu, menurut Penny juga ada pendampingan psikologi dengan mendatangi mereka dari rumah ke rumah. Ke depan, Dinas Sosial akan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Malang untuk menjamin agar anak-anak ini bisa tetap sekolah.
”Kalau tempat tinggal tidak ada, nanti kita carikan ortu asuh atau ditaruh di lembaga kesejahteraan anak. Jumlah LKSA (Lembaga Sosial Kesejahteraan Anak) di Malang ada 62,” katanya.
Tidak hanya pemerintah daerah yang berupaya memperhatikan anak yatim, piatu, atau yatim piatu. Sejumlah lembaga filantropi, seperti Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh (Lazis), juga memberikan perhatian. Salah satu Lazis yang punya program adalah Lazis Sabilillah Malang.
Sekretaris Lazis Sabilillah, Ahmad Sholeh, mengatakan, pihaknya berupaya meringankan beban anak yang ditinggal orangtuanya akibat Covid-19 meskipun sifatnya jangka pendek. Untuk anak sekolah mendapat santunan Rp 500.000 per bulan selama enam bulan. Sementara keluarganya mendapat paket sembako senilai Rp 500.000.
Sayangnya, menurut Sholeh, respons masyarakat terhadap santunan ini masih kurang. Sejauh ini belum ada masyarakat yang mendaftar. Mungkin, salah satu akibat kurang sosialisasi.
”Yang meninggal mungkin banyak, tetapi tidak ada yang mendaftar. Kalau kami sudah siapkan sekitar 100 anak. Kami coba untuk kemampuan 100 anak dalam rentang Juli-Desember karena kami melihat dari sisi kemampuan keuangan,” ujarnya.
Menurut Sholeh, masyarakat yang memiliki kerabat yatim atau yatim piatu bisa mendaftar ke Laziz Sabilillah. Persyaratannya cukup mudah, yakni ada foto dan keterangan bahwa orangtua meninggal karena Covid-19.
”Kemarin juga ada dua tiga orang yang datang memberitahukan kerabatnya (yatim) alamatnya di sini-sini. Saya bilang ’Ok, silakan memasukkan data online’, tetapi sampai sekarang juga belum mengisikan data,” katanya.