Bayi kembar siam asal Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, meninggal setelah sempat dirawat di RSUD dr Soeselo. Kondisi bayi yang memiliki dua kepala dan satu tubuh itu terus memburuk hingga akhirnya tidak tertolong.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Bayi kembar siam yang lahir dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr Soeselo, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, meninggal, Minggu (22/8/2021). Kondisi kesehatan bayi kembar dengan satu tubuh dan dua kepala tersebut terus memburuk akibat kelainan jantung.
Bayi yang belum diberi nama tersebut lahir di RSUD dr Soeselo melalui operasi caesar pada Jumat (20/8/2021) pukul 23.15. Sebelumnya, ibu bayi yang merupakan warga Desa Balaradin, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, itu dirujuk oleh bidan di desanya ke rumah sakit pada Jumat sekitar pukul 20.00.
Sejak lahir, kondisi bayi yang memiliki panjang 46 sentimeter dan berat 3,3 kilogram itu terus memburuk hingga akhirnya meninggal, Minggu sekitar pukul 13.30. Berdasarkan hasil pemeriksaan tim dokter, anak keempat pasangan Mudirah (33) dan Rojikin (36) itu memiliki sejumlah kelainan organ, salah satunya kelainan jantung bawaan.
”Perburukan kondisi bayi itu dipicu multifaktor. Sejak lahir, hemodinamiknya tidak stabil. Salah satu kepala bayi itu juga sianosis (membiru karena kekurangan oksigen) terus. Tadi henti jantung, lalu kami coba resusitasi, tetapi tidak tertolong,” kata Direktur RSUD dr Soeselo Guntur M Taqwin, Minggu malam.
Guntur menyebut pihaknya sempat berencana merujuk bayi kembar siam itu ke Rumah Sakit Umum Pusat dr Kariadi, Semarang, untuk mendapatkan perawatan yang lebih komprehensif. Perujukan itu, menurut rencana, dilakukan setelah kondisi bayi stabil.
Sejak lahir, prognosis (prediksi terkait perkembangan bayi kembar siam) dari tim dokter RSUD dr Soeselo tidak terlalu baik. Sebab, bayi itu memiliki masalah kesehatan yang kompleks.
Kendati demikian, sejak lahir, prognosis (prediksi terkait perkembangan bayi kembar siam) dari tim dokter RSUD dr Soeselo tidak terlalu baik. Sebab, bayi itu memiliki masalah kesehatan yang kompleks. Kepala dan tulang belakang bayi itu ada dua, sedangkan jumlah organ dalam di tubuhnya hanya satu. Satu organ yang dimiliki bayi itu dinilai tidak mampu menopang kehidupan bayi kembar tersebut.
Selama di RSUD dr Soeselo, bayi kembar siam itu ditangani oleh sejumlah dokter spesialis. Dokter spesialis yang terlibat, antara lain, dokter spesialis anak, dokter spesialis bedah, dokter spesialis jatung, dokter spesialis anestesi, dan dokter spesialis radiologi.
Guntur mengatakan, bayi itu diserahkan kepada keluarganya pada pukul 15.00. Menurut rencana, keluarga akan memakamkan bayi itu Minggu malam di Desa Balaradin. Adapun Mudirah yang masih dirawat di Ruang Nusa Indah RSUD dr Soeselo sempat terguncang setelah mendengar kabar kematian bayi kembarnya itu.
”Kondisi kesehatan ibu secara umum cukup baik, hanya saja tadi sempat terguncang. Saat ini yang bersangkutan sedang menunggu pemulihan pascaoperasi caesar. Jika lukanya kering, dua sampai tiga hari ke depan boleh pulang,” imbuh Guntur.
Sebelumnya, Mudirah mengungkapkan bahwa ia tidak merasakan perbedaan yang mencolok selama hamil. Menurut dia, kondisinya sama dengan saat mengandung anak-anaknya yang lain sebelumnya. Selama hamil, Mudirah juga rutin memeriksakan kandungannya minimal sebulan sekali.
”Saya tahu kondisi bayi saya seperti itu saat usia kandungan empat bulan satu minggu. Waktu itu, dokter memberi tahu kalau dari hasil utrasonografi kelihatan bayinya kembar siam,” ujar Mudirah.
Kepala Bagian Humas dan Kerja Sama RSUD dr Soeselo Slamet Solehudin menuturkan, orangtua bayi kembar siam tergolong sebagai masyarakat prasejahtera. Dengan demikian, seluruh biaya persalinan ditanggung oleh pemerintah melalui program jaminan persalinan (jampersal).
”Keluarga tidak perlu khawatir soal biaya persalinan ataupun biaya perawatan ibu dan bayinya. Sebab, seluruhnya sudah ditanggung pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Jampersal,” tutur Slamet.