Pelanggaran Protokol Kesehatan di Surakarta Meningkat Masa PPKM Level 4
Angka pelanggaran protokol kesehatan di Kota Surakarta, Jawa Tengah, justru meningkat selama masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat level 4. Pelaku usaha ”kucing-kucingan” dengan petugas penertiban.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Angka pelanggaran protokol kesehatan di Kota Surakarta, Jawa Tengah, justru meningkat selama masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat level 4. Pelaku usaha saling ”kucing-kucingan” dengan petugas penertiban. Warga juga banyak yang merasa kebal setelah divaksinasi sehingga mengabaikan protokol kesehatan.
Menurut laporan dari Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surakarta, sejak 9 Agustus 2021 hingga 16 Agustus 2021, tercatat ada 1.200 pelanggaran protokol kesehatan yang ditemukan dalam patrol pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4. Pihak yang melanggar semuanya merupakan pelaku usaha. Adapun jenis pelanggarannya terdiri dari pelanggaran jam operasional, makan di tempat, hingga berkerumun.
”Pada PPKM level 4, pelanggarannya cenderung meningkat. Pelaku usaha itu berusaha mengakali sehingga seperti ’kucing-kucingan’ dengan kami yang melakukan patroli,” kata Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surakarta Arif Darmawan saat dihubungi pada Sabtu (21/8/2021).
Arif menjelaskan, selama masa PPKM level 4, pihaknya selalu mengadakan patroli malam untuk menertibkan peraturan jam operasional tempat usaha. Patroli biasanya dimulai pukul 20.00 hingga 23.00. Pola patroli ini diketahui para pelaku usaha. Mereka coba bermain-main dengan jadwal patroli petugas tersebut.
Caranya, tutur Arif, para pelaku usaha akan beraksi seolah-olah menutup tempat usahanya dengan mematikan lampu atau mencuci piring sewaktu petugas patroli berkeliling. Lalu, setelah jadwal patroli selesai, para pelaku usaha akan kembali membuka tempat usahanya masing-masing.
”Ini khususnya terjadi di warung kopi atau warung makan. Waktunya kami balik ke markas karena jadwal patroli sudah selesai, mereka malah membuka lagi. Mereka membuka lagi tempat usahanya setelah merasa aman,” katanya.
Dengan adanya kondisi tersebut, jumlah tim patroli akan ditingkatkan. Sebelumnya, hanya ada lima tim patroli dari lima kecamatan. Selanjutnya, tim patroli ditambah menjadi 12 tim untuk lima kecamatan.
”Ini jangkauannya sudah lebih luas. Ketika mereka pura-pura mencuci piring atau mematikan lampu, sekarang akan kami tunggu sampai tutup warungnya,” kata Arif.
Arif mengungkapkan, dari hasil pantauannya, pelaku usaha banyak yang nekat melanggar peraturan PPKM level 4 karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap risiko penularan Covid-19.
Saya yang sudah divaksinasi dua kali saja tetap kena. Protokol kesehatannya harus tetap dijaga.
Menurut dia, apabila warga punya kesadaran untuk tidak berkerumun dan lebih memilih membungkus makanan yang dipesan, kerumunan tak akan muncul di tempat-tempat usaha.
Di sisi lain, kata Arif, sebagian masyarakat merasa terlena dengan vaksinasi Covid-19 yang telah diterima. Seolah-olah, setelah divaksinasi, masyarakat sudah kebal sepenuhnya. Ada juga yang merasa kebal karena sudah pernah tertular Covid-19. Mereka beranggapan tidak akan tertular lagi untuk kedua kalinya.
Mulai terkendali
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengatakan, secara umum, kondisi penularan Covid-19 sudah mulai terkendali. Angka penambahan kasus harian Covid-19 menurun diiringi keterisian rumah sakit yang berangsur melandai. Vaksinasi juga terus berlangsung dengan capaian yang tinggi.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, hingga Jumat (20/8/2021), jumlah penduduk yang sudah menerima vaksin Covid-19 dosis pertama mencapai 328.219 orang. Jumlah itu setara dengan 78 persen dari total sasaran vaksinasi yang berjumlah 417.151 orang. Adapun penduduk yang sudah divaksinasi terdiri dari petugas publik, tenaga kesehatan, warga lanjut usia, pelajar sekolah, kelompok difabel, ibu hamil, dan masyarakat umum lainnya.
Gibran mengatakan, tingginya angka vaksinasi Covid-19 tidak boleh membuat masyarakat lengah. Sebab, potensi penularan Covid-19 masih ada. Protokol kesehatan ketat harus terus diterapkan agar terhindar dari penularan.
”Saya yang sudah divaksinasi dua kali saja tetap kena. Protokol kesehatannya harus tetap dijaga,” kata Gibran.