Masih Zona Merah, Sidoarjo Butuh Alat PCR untuk Mengakselerasi Pengetesan
Sidoarjo jadi satu-satunya daerah di Surabaya Raya yang tertinggal di zona merah peta pandemi Covid-19. Untuk menurunkan risiko penularan, dibutuhkan laboratorium PCR agar pengetesan dan penelusuran kontak lebih masif.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
Kompas/Bahana Patria Gupta
Tenaga kesehatan menguji usap pegawai negeri sipil (PNS) di GOR Delta, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (25/8/2020). Usaha pemerintah daerah untuk menekan penyebaran Covid-19 dengan melakukan berbagai macam tes tidak dibarengi dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengikuti protokol kesehatan.
SIDOARJO, KOMPAS — Kabupaten Sidoarjo menjadi satu-satunya daerah di Surabaya Raya yang masih berada di zona merah peta pandemi Covid-19. Untuk menurunkan risiko penularan penyakit pada tingkatan sedang, pengetesan dan penelusuran kontak erat dimasifkan serta penjemputan pasien isolasi mandiri digencarkan.
Mengacu pada data Satgas Covid-19 Provinsi Jatim, penambahan kasus baru terkonfirmasi positif di Sidoarjo masih fluktuatif. Pada Kamis (19/8/2021), misalnya, terdapat penambahan kasus baru sebanyak 129 kasus, meningkat dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang hanya 99 kasus.
Meski masih tinggi, penambahan kasus baru secara harian itu turun ketimbang pekan sebelumnya yang mencapai 200-500 kasus setiap hari. Secara kumulatif, jumlah terkonfirmasi positif saat ini mencapai 23.742 kasus. Adapun kasus aktif sebanyak 1.510 kasus.
Kepala Dinkes Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, penambahan kasus baru yang masih tinggi disikapi dengan memasifkan penelusuran kontak erat dan pengetesan. Namun, upaya pengetesan itu terkendala ketiadaan laboratorium uji usap dengan metode reaksi berantai polimerase (PCR) yang memadai.
”Sidoarjo hanya memiliki laboratorium PCR di RSUD, tetapi kapasitasnya sangat terbatas dan hanya untuk pasien di sana. Untuk pengetesan dalam upaya penelusuran kontak erat, sampel uji usap harus dikirimkan ke sejumlah laboratorium yang ditunjuk oleh Kemenkes,” ujar Syaf, Jumat (20/8/2021).
Kompas/Bahana Patria Gupta
Tenaga kesehatan menguji usap PNS di GOR Delta, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (25/8/2020). Usaha pemerintah daerah untuk menekan penyebaran Covid-19 dengan melakukan berbagai macam tes tidak dibarengi dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengikuti protokol kesehatan.
Ketiadaan laboratorium PCR ini menjadi kendala karena hasil yang pengujian kerap diterima dalam kondisi terlambat. Saat hasil pengetesan keluar, kondisi pasien sudah sembuh sehingga sulit menelusuri kontak erat. Dampaknya, target pelacakan kontak secara ideal sulit tercapai.
Upaya yang ditempuh dengan mengajukan ke Pemprov Jatim bantuan laboratorium PCR agar pengetesan dan penelusuran kontak erat bisa lebih optimal. (Syaf Satriawarman)
Idealnya, setiap satu kasus positif, tim Satgas Covid-19 harus menelusur 15 kontak erat. Setidaknya, penelurusan harus dilakukan pada 10 kontak erat agar upaya penanganan bisa maksimal. Namun, faktanya, Sidoarjo hanya mampu menelusur 7 orang kontak erat sehingga perlu ditingkatkan lagi.
Ditarik
Syaf mengatakan, Sidoarjo pernah memiliki laboratorium PCR sendiri yang ditempatkan di Gelora Delta Sidoarjo. Laboratorium bantuan dari BNPB tersebut dioperasikan oleh tim kesehatan dari Sidoarjo yang sudah dilatih. Namun, bantuan tersebut saat ini sudah ditarik kembali.
”Upaya yang ditempuh dengan mengajukan ke Pemprov Jatim bantuan laboratorium PCR agar pengetesan dan penelusuran kontak erat bisa lebih optimal,” katanya.
Di sisi lain, dari 1.510 kasus aktif terkonfirmasi positif Covid-19, mayoritas menjalani isolasi mandiri di rumah sehingga berpotensi memicu munculnya kluster keluarga dan kluster tetangga. Selain itu, perawatan Covid-19 dengan cara isolasi mandiri berpotensi meningkatkan risiko kematian. Jumlah kematian akibat Covid-19 di Sidoarjo mencapai 912 kasus.
KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI
Puluhan pegawai Pemkab Sidoarjo antre uji usap di GOR Delta Surya, Kamis (13/8/2020). Uji usap akan menyasar 1.000 lebih pegawai untuk mencegah kluster perkantoran.
Guna meminimalkan munculnya kluster keluarga pasien, isoman dipindahkan ke tempat isolasi terpadu yang disediakan oleh pemda. Saat ini terdapat sembilan lokasi isolasi terpadu dengan kapasitas 480 tempat tidur. Lokasinya, antara lain, di Mal Pelayanan Publik (MPP) Sidoarjo, Puskesmas Sedati, Puskesmas Porong, dan Rusunawa Krian.
Tempat isolasi terpadu ini untuk merawat pasien dengan gejala ringan hingga sedang dan orang tanpa gejala. Fasilitas yang disediakan lengkap. Selain tempat tidur pasien, juga disiapkan obat-obatan, oksigen, dan peralatan medis lainnya. Dokter serta perawat juga senantiasa berjaga 24 jam merawat pasien sehingga tingkat kesembuhan tinggi dan risiko kematian bisa ditekan.
Komandan Kodim 0816/Sidoarjo Letnan Kolonel Iswan Nusi mengatakan, hingga saat ini lebih dari 40 pasien yang semula isoman di rumah dipindahkan ke tempat isolasi terpadu, seperti MPP, Puskesmas Sedati, dan Puskesmas Porong. Pemindahan isoman akan terus dilakukan hingga kapasitas terisi penuh.
”Pasien yang dipindahkan mayoritas merasa lebih baik karena keluhan mereka langsung ditangani oleh tim tenaga kesehatan,” kata Iswan Nusi.
Sementara itu, upaya lain yang juga ditempuh untuk mengendalikan pandemi ialah mengakselerasi terbentuknya kekebalan komunitas. Caranya dengan meningkatkan capaian vaksinasi Covid-19. Saat ini capaian vaksinasi dosis pertama mencapai 33 persen, sedangkan dosis kedua baru 14 persen.
Kompas/Bahana Patria Gupta
Petugas mengambil sampel darah saat melakukan tes cepat Covid-19 kepada pedagang di Pasar Larangan, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (6/5/2020). Pengujian cepat dilakukan setelah satu pedagang di pasar tersebut positif Covid-19. Pedagang yang ikut tes cepat sebanyak 220 pedagang.
Ketua PKK Sidoarjo Sa’adah Ahmad Muhdlor mengatakan, pihaknya membantu tim vaksinasi, antara lain, dengan mendatangi masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir, seperti Dusun Pucukan, Kelurahan Gebang. Di daerah sentra produksi ikan budidaya itu terdapat 70 keluarga.
Sebelumnya, Polresta Sidoarjo juga menggelar vaksinasi di kawasan pesisir di Dusun Kalikajang dengan menyasar 120 keluarga yang tinggal di sana. Namun, upaya vaksinasi itu menghadapi tantangan karena banyak yang menolak divaksin. Mereka termakan berita bohong yang menyatakan setelah vaksin akan meninggal.