Ruang Isolasi di Cirebon Lengang, Pengendalian Covid-19 Dioptimalkan
Tingkat keterisian ruang isolasi Covid-19 di Kota Cirebon, Jawa Barat, tercatat sekitar 19 persen. Meski kasus Covid-19 menurun, penanganan pandemi tetap dioptimalkan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Keterisian ruang isolasi pasien Covid-19 di Kota Cirebon, Jawa Barat, menurun signifikan dua pekan terakhir. Upaya pengendalian pandemi tetap dilakukan dengan pelacakan, tes, vaksinasi, dan penegakan protokol kesehatan.
Di Rumah Sakit Daerah (RSD) Gunung Jati, Kota Cirebon, misalnya, ruang isolasi berkurang dari 216 tempat tidur pada Juli 2021 menjadi 120 unit. ”Dari jumlah itu, yang terisi 34 tempat tidur hingga siang ini,” kata Direktur RSD Gunung Jati Katibi, Kamis (19/8/2021).
Lengangnya ruang isolasi ini berbanding terbalik dengan situasi bulan lalu. Ketika itu, okupansi tempat isolasi lebih dari 90 persen. Puluhan pasien juga sempat mengantre di instalasi gawat darurat. Bahkan, sejumlah warga tidak mendapatkan ruangan.
Menurut Katibi, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang berlangsung selama ini berdampak pada penurunan jumlah pasien Covid-19 di rumah sakit. ”Faktor lainnya, masyarakat menjaga protokol kesehatan,” ungkapnya.
Berkurangnya jumlah pasien Covid-19, lanjutnya, juga mengurangi beban tenaga kesehatan (nakes). Ledakan jumlah pasien memicu nakes di RSD Gunung Jati kelelahan dan rentan terpapar virus tak kasatmata itu.
Sejak Januari hingga akhir Juli 2021, sebanyak 424 pegawai rumah sakit terkonfirmasi positif virus korona baru. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2020, yakni 165 orang.
Sedikitnya tiga tenaga kesehatan di RS rujukan Covid-19 itu juga gugur. Dengan demikian, pegawai rumah sakit yang pernah terpapar mencapai 589 orang atau 41 persen dari total 1.428 karyawan.
Sekretaris Daerah Kota Cirebon Agus Mulyadi mengatakan, penurunan keterisian ruang isolasi juga terjadi di semua rumah sakit di Cirebon. Secara umum, dari 11 rumah sakit, keterisian ruang isolasi rata-rata 19 persen dari 483 tempat tidur.
Meski demikian, Agus menegaskan, upaya pengendalian pandemi, seperti pelacakan dan pengetesan, terus dioptimalkan. ”Tes kami sudah tinggi. Namun, kami tetap melakukannya sebagai upaya pelacakan kasus,” ujarnya.
Kota Cirebon sempat termasuk dalam 11 daerah di nasional yang melebihi target tes selama 3-13 Juli. Target tes di Kota Cirebon mencapai 684 orang per hari. Target tes ini, menurut Agus, hanya referensi. Jumlah tes tetap berpatokan pada kontak erat kasus positif.
Kalau (biaya) bisa dibebankan ke APBD dengan harga segitu, pasti (jumlah tes) bisa lebih banyak secara kuantitas.
Agus mengatakan, kebijakan pemerintah menurunkan harga tes berbasis reaksi rantai polimerase (PCR) menjadi Rp 495.000 di Jawa-Bali bisa meningkatkan jumlah tes Covid-19. ”Kalau (biaya) bisa dibebankan ke APBD dengan harga segitu, pasti (jumlah tes) bisa lebih banyak secara kuantitas,” ujarnya.
Langkah menjaga momentum penurunan kasus Covid-19, lanjutnya, juga dilakukan dengan penerapan sistem ganjil genap kendaraan bermotor di delapan ruas jalan sejak Senin (16/8/2021). Upaya tersebut diharapkan mengurangi mobilitas warga saat pandemi.
Hingga kini, jumlah kasus Covid-19 di kota berpenduduk 340.000 jiwa itu secara kumulatif mencapai 12.539 orang. Sebanyak 533 orang di antaranya meninggal, 897 orang masih diisolasi, dan 11.109 orang dinyatakan sembuh.