Tepat di Hari Kemerdekaan, Perbatasan RI-Timor Leste Kini Benderang
Tepat di Hari Ulang Tahun Ke-76 Kemerdekaan RI, perbatasan RI-Timor Leste di Nusa Tenggara Timur kini terang benderang setelah PLN membangun jaringan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat di wilayah itu.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
ATAMBUA, KOMPAS — Ratusan warga dari dua dusun di Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, perbatasan RI-Timor Leste, antusias menyambut gembira listrik di daerah itu setelah 76 tahun merdeka. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) juga menerangi 16 desa kategori terdepan, terpencil, dan tertinggal di NTT dengan menginvestasikan anggaran senilai Rp 20,6 miliar bagi 2.678 keluarga.
Kepala Dusun Manekik, Desa Sarabau, Kecamatan Tasifeto Timur, Ludovikus Asa (58) di Atambua, Rabu (18/8/2021), mengatakan, kerinduan masyarakat Dusun Manekik akhirnya terjawab. Selama menetap di dusun itu, masyarakat berjuang menggunakan lampu pelita, lilin, dan pada 1950-1980 menggunakan biji damar. Biji damar ditusuk dengan lidi secara berderet kemudian dibakar menghasilkan terang.
Dikatakan, empat hari sebelum Hari Ulang Tahun Ke-76 Kemerdekaan RI, warga Dusun Manekik sudah bisa menikmati energi listrik dari PLN. Diharapkan penerangan listrik ini berkelanjutan melayani masyarakat perbatasan RI-Timor Leste.
Kami gembira, ikan bakal tidak cepat membusuk seperti sebelumnya karena bisa disimpan di dalam kulkas. Harga ikan segar pun tetap stabil. (Maksi Bria)
Selaku kepala dusun, Ludovikus Asa akan menggerakkan masyarakat untuk memanfaatkan listrik itu agar bisa beraktivitas selama 24 jam. Para lulusan sekolah menengah didorong ke balai latihan kerja di Kupang untuk mengembangkan usaha bengkel sepeda motor, menjahit, ternak ayam potong, usaha mebel, dan usaha lain di daerah itu.
Ekonomi di wilayah perbatasan harus dihidupkan. ”Listrik harus segera dimanfaatkan, apalagi warga harus membayar pulsa listrik setiap bulan,” katanya.
Kegembiraan atas kehadiran listrik juga dialami Lukas Ndaparehing (70), warga terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T) Desa Marada Mundi, Sumba Timur, perbatasan dengan Australia. Kehadiran listrik itu meningkatkan semangat hidup dan berusaha Ndaparehing.
Meski sudah berusia senja, ia aktif menganyam alat-alat kebutuhan rumah tangga, seperti alat tapis beras, tikar, dan alat timba air sumur, serta memintal tali dari pohon palem untuk ternak.
Ndaparehing mengaku selama ini hanya bisa menganyam pada siang hari, tetapi dengan kehadiran listrik, ia bisa menganyam pada malam hari. ”Kadang, malam hari susah tidur. Saya manfaatkan untuk menganyam kalau sudah ada listrik,” ujar pria yang memiliki 5 anak dan 12 cucu ini. Kebutuhan ke kamar mandi pada malam hari pun tidak mengalami kesulitan lagi.
Maksi Bria (45), nelayan asal Desa Webua, Kecamatan Tasifeto Timur, mengatakan, dengan kehadiran listrik selama 24 jam, nelayan di wilayah itu bisa menyimpan hasil tangkapan mereka lebih lama. ”Kami gembira, ikan bakal tidak cepat membusuk seperti sebelumnya karena bisa disimpan di dalam kulkas. Harga ikan segar pun tetap stabil,” katanya.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT Agustinus Jatmiko mengatakan, untuk membangun jaringan di Dusun Manekik dan Dusun Webua, Kecamatan Tasifeto Timur, Belu, perbatasan RI-Timor Leste, PLN mendatangkan jaringan tegangan menengah (JTM) sepanjang 4,57 kilometer sirkuit (kms), jaringan tegangan rendah (JTR) 2,99 kms, dan dua unit gardu dengan kapasitas masing-masing 50 kVA. Nilai investasi sebesar Rp 2 miliar.
Pasang gardu
PLN juga menghadirkan listrik di 16 desa yang tersebar di Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Kupang, Sumba Tengah, Flores Timur, dan Manggarai Barat. Guna melistriki 16 desa itu, PLN membangun JTM sepanjang 66,96 kms, JTR sepanjang 71,55 kms, serta 20 gardu dengan kapasitas masing-masing 1.000 kVA. Untuk ini, PLN menginvestasikan dana senilai Rp 18,6 miliar.
Total nilai investasi sebesar Rp 20,6 miliar untuk kebutuhan 16 desa dan 2 dusun di NTT. Sebanyak 2.678 keluarga dapat mengakses listrik di masa pandemi Covid-19 guna meningkatkan taraf hidup, sekaligus memperluas informasi dan wawasan melalui dunia digital.
Menurut Agustinus, dengan tambahan 16 desa baru ini, rasio desa berlistrik di NTT 96,6 persen, sementara rasio elektrifikasi untuk NTT 88,82 persen. ”Ini kado istimewa pada HUT Ke-76 Kemerdekaan RI dari PLN untuk masyarakat di daerah terpencil dan daerah perbatasan. PLN terus melakukan pemerataan layanan listrik,” ujarnya.
Anggota DPRD NTT, Viktor Mado, mengatakan, desa berlistrik di NTT sudah mencapai 96,6 persen. Sisa hanya 4 persen, semua desa di provinsi ini mendapatkan listrik. PLN telah membangun sarana dan prasarana di perbatasan RI-Timor Leste dan daerah 3T demi menciptakan peluang kesejahteraan warga.
Menurut dia, masyarakat penerima manfaat listrik mestinya juga mengerti fungsi dan tujuan kehadiran listrik di wilayah itu. ”Jangan sampai listrik hanya dimanfaatkan untuk isi baterai ponsel dan menonton televisi, tetapi tidak untuk meningkatkan ekonomi daerah,” kata Mado.
Perlu dibangun koordinasi dan sinkronisasi program provinsi, kabupaten/kota, dengan kecamatan dan desa. Paling tidak, dana desa dengan badan usaha milik desa yang ada bisa melahirkan usaha-usaha kreatif guna mengangkat ekonomi di desa-desa, yang saat ini sedang dilanda rawan pangan dan gizi buruk.