Universitas Airlangga Uji Coba Vaksin Merah Putih terhadap Varian Delta
Tim peneliti vaksin Merah Putih Universitas Airlangga, Surabaya, menguji coba vaksin terhadap varian Delta (B.1617.2) di mana hasil sejauh ini cukup baik sehingga memberikan harapan terhadap penanganan pandemi Covid-19.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Tim peneliti Universitas Airlangga, Surabaya, mulai menguji vaksin Merah Putih terhadap varian Delta (B.1617.2). Uji coba untuk mendukung penanganan pandemi Covid-19 (Coronavirus disease 2019) melalui program vaksinasi.
Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair) sekaligus Ketua Tim Peneliti Vaksin Merah Putih Fedik Abdul Rantam, Rabu (18/8/2021), vaksin yang sedang dikembangkan berbasis virus penyebab Covid-19 yang dilemahkan.
Pengembangan vaksin telah melalui proses praklinik 1 dengan obyek tikus transgenik dan praklinik 2 dengan obyek primata.
Dalam uji tantang yang baru-baru ini dilaksanakan, lanjut Fedik, tim peneliti telah memasukkan isolat virus varian Delta di mana vaksin Merah Putih diklaim memperlihatkan hasil positif atau mampu melawan. ”Kemampuan netralisasinya (vaksin Merah Putih) baik,” kata Fedik.
Fedik mengatakan, tim peneliti memakai tujuh isolat varian Delta yang dibuktikan dengan pemeriksaan varian melalui whole genome sequencing (WGS).
Tim telah menyelesaikan uji tantang pada tikus transgenik untuk membuktikan pengaruh pemberian vaksin Merah Putih terhadap varian Delta. Uji tantang amat penting dalam penelitian vaksin. Dari sana dapat diketahui keamanan, mutu, dan khasiat vaksin yang sedang dikembangkan.
Kemampuan netralisasinya (vaksin Merah Putih) baik. (Fedik Abdul Rantam)
Uji coba vaksin terhadap varian virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19 amat diperlukan. Di Indonesia serangan Covid-19 bukan sekadar akibat SARS-CoV-2, melainkan varian Alpha, Beta, Gamma, dan Delta yang lebih menular dan memperburuk kondisi kesehatan pasien.
Konsorsium
Unair adalah salah satu anggota konsorsium pengembangan vaksin Merah Putih. Menurut Fedik, kampus telah menempuh penelitian vaksin dengan sejumlah platform. Selain virus yang dilemahkan (inactivated virus), juga telah dipakai viral vector dengan adenovirus dan peptide. Penelitian dengan tiga platform itu masih berlanjut.
Masih rendahnya pencapaian vaksinasi di Jawa Timur mendorong mahasiswa D-3 Keperawatan Fakultas Vokasi Unair mengabdikan diri menjadi sukarelawan vaksinasi. Sukarelawan vaksinasi tersebut terbagi
menjadi dua kelompok, yakni sukarelawan vaksinasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lamongan dan sukarelawan Gresik Tangguh.
Jumlah sukarelawan vaksinasi Dinkes Lamongan sebanyak 19 orang, sedangkan sukarelawan Gresik Tangguh 16 orang. Riris Ayuni Firdha, perwakilan mahasiswa yang menjadi sukarelawan vaksinasi Dinkes Lamongan, mengatakan, dalam sehari, kuota vaksinasi yang disediakan adalah berkisar 100 hingga 300 vaksin.
”Kegiatan itu membantu pelaksanaan di masing-masing wilayah kerja puskesmas yang sudah dibagi oleh dinkes. Sehari kuota beda-beda antara 100 sampai 300,” ujarnya.
Sementara itu, Alvionita Chumaidi Putri sebagai perwakilan mahasiswa sukarelawan Gresik Tangguh mengatakan, dalam sehari, sasaran vaksinasi sebanyak 200 hingga 500 vaksin.