logo Kompas.id
NusantaraJejak Panjang Pengolahan...
Iklan

Jejak Panjang Pengolahan Sampah Banyumas, dari ”Maggot” hingga Teknologi Maju

Sampah masih menjadi pekerjaan rumah bagi Banyumas, Jawa Tengah. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasinya. Budidaya ”maggot” hingga pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu dilakukan demi solusi jangka panjang.

Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
· 5 menit baca
https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/5EhfYl5oNPPvhoQKdAF7W3eZReQ=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F08%2Fe84455b0-2356-4f5a-a25a-4ebcf9ef17c8_jpg.jpg
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO

Petugas memanen maggot di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin (16/8/2021).

Sejak tempat pembuangan akhir sampah di Kaliori, Kabupaten Banyumas, jebol dan diprotes warga karena mencemari lingkungan pada 2018, daerah di Jawa Tengah selatan ini terus berupaya mencari solusi. Pembangunan pusat daur ulang sampah serta tempat pengolahan terpadu di setiap kecamatan hingga budidaya maggot dipilih untuk mengolah 1.000 ton sampah per hari yang dihasilkan 1,7 juta penduduk.

”Pertamanya jijik pegang maggot dan sampah, tapi lama-lama sudah terbiasa,” kata Tri Gonggo Waluyo (52), petugas pembudidaya maggot atau larva dari lalat tentara hitam (black soldier fly, disingkat BSF) di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sokaraja, Banyumas, Senin (16/8/2021).

Editor:
Gregorius Magnus Finesso
Bagikan