Bagi masyarakat Lampung, penggunaan pakaian adat pepadun oleh Presiden Jokowi tak sekadar kebanggaan. Tersirat doa agar Presiden Jokowi tetap menjadi kepala negara yang sederhana dan berwibawa serta melindungi rakyat.
Oleh
VINA OKTAVIA
·4 menit baca
Presiden Joko Widodo memilih baju adat masyarakat Pepadun dari Lampung saat memimpin Upacara Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI, Selasa (17/8/2020). Ada harapan untuk bangsa dan doa bagi pemimpin negara saat pakaian itu dikenakan Presiden pada hari istimewa.
Pakaian itu terdiri dari baju dan celana lengan panjang berwarna putih. Kain tumpal dikenakan di pinggang hingga bagian bawah lutut. Selain itu, Presiden juga menggunakan penutup kepala atau ikat pujuk dari kain dengan hiasan batu kecubung. Batu kecubung adalah ikon Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan.
Sebagai pelengkap, Presiden juga mengenakan selendang dan ikat pinggang. ”Presiden tampil sebagai sosok sederhana sekaligus berwibawa,” ungkap Anshori Djausal, budayawan Lampung yang terlibat mempersiapkan pakaian adat itu, saat dihubungi Kompas, Selasa.
Lebih dari sekadar baju adat biasa, ada beragam pesan mulia tersimpan di dalamnya. Anshori menjelaskan, dalam masyarakat adat Lampung, pakaian itu dipakai penyimbang adat atau tokoh yang dihormati. Putih sebagai warna utama pakaian melambangkan kesucian dan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun kain tumpal merupakan simbol kekuatan dan keagungan. Pemakaian kain di bagian pinggang hingga di bawah lutut melambangkan kebijaksanaan dalam berpikir dan mengambil keputusan dalam hidup bermasyarakat. Penutup kepala melambangkan pemimpin yang melindungi rakyat. Sementara selendang dan ikat pinggang memberi makna kewibawaan.
Pada acara adat, kata Anshori, penggunaan pakaian adat itu biasanya dilengkapi aksesori kalung dan keris. Namun, khusus untuk Presiden, dua benda itu sengaja tidak diikutkan. Selain untuk menampilkan kesan sederhana, juga menyesuaikan pemakaian adat untuk kegiatan upacara kenegaraan.
Dia menambahkan, kombinasi putih pada pakaian serta merah pada kain dan ikat kepala sesuai dengan bendera Republik Indonesia. Kombinasi itu sengaja ditonjolkan demi menarik perhatian Presiden untuk memakai pakaian adat Lampung.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Lampung Riana Sari mengatakan, momen ini merupakan kebanggaan bagi masyarakat Lampung. ”Di situasi pandemi Covid-19 seperti ini, Pak Presiden membangkitkan semangat masyarakat dengan menunjukkan kepedulian terhadap kebudayaan, khususnya Lampung,” katanya.
Riana berharap, pemilihan pakaian adat itu membuat kebudayaan Lampung semakin dikenal di Indonesia. Selama ini, masyarakat lebih mengenal tapis sebagai kain adat Lampung. Padahal, ada kain tumpal, juga dari Lampung.
Riana menjelaskan, pakaian adat tersebut disiapkan sejak awal Agustus 2021. Setelah mendapatkan surat dari Istana Negara untuk mempersiapkan pakaian adat Lampung, Riana membentuk tim untuk mencari perajin dan penjahit lokal.
Pemerintah daerah juga menggandeng budayawan untuk merancang konsep pakaian adat Lampung yang sesuai untuk Presiden. Selain itu, tim sebenarnya menyiapkan dua pakaian adat, yakni Pepadun dan Saibatin. Pada akhirnya, Presiden memilih untuk memakai Pepadun.
Menurut Riana, semua komponen dalam pakaian adat itu merupakan produk lokal. Baju dan celana putih merupakan karya penjahit di Bandar Lampung. Sementara kain tumpal, selendang, ikat pinggang, dan ikat kepala dibeli dari sejumlah perajin di Bandar Lampung hingga Kabupaten Pesisir Barat.
Checep (67), penjahit pembuat pakaian untuk Presiden Joko Widodo, mengatakan, bangga hasil jahitannya bisa dipakai kepala negara. Apalagi, ukuran baju tersebut sangat sesuai saat dipakai Presiden. ”Saya pertama kali lihat pakaian itu di televisi. Setelah itu, banyak orang menelepon dan mengucapkan selamat,” katanya.
Sejak merintis usaha jahit tahun 1980-an, sejumlah pejabat daerah di Lampung sudah menjadi langganan Checep. Selain Gubernur Arinal Djunaidi, Checep juga menjahit pakaian untuk Sjachroedin ZP, Gubernur Lampung periode 2009-2014.
Sekretaris Majelis Penyimbang Adat Lampung Humaidi Elhudri mengatakan, para pemimpin adat di Lampung selalu mendoakan Presiden. Dia menyadari, tidak mudah menjadi seorang pemimpin di tengah situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.
Dia berharap perayaan HUT Ke-76 RI dapat menjadi momentum memperkuat kembali rasa persatuan bangsa. Persatuan masyarakat amat penting agar Indonesia dapat bangkit dari pandemi Covid-19.
Penggunaan pakaian adat pepadun oleh Presiden Jokowi memberikan kebanggaan bagi masyarakat Lampung. Namun, lebih dari itu, tersirat makna dan doa agar Presiden Joko Widodo tetap menjadi kepala negara yang sederhana dan selalu memerhatikan rakyat di tengah kondisi yang tidak mudah ini.