Menumpuk sampah sama seperti menanam bom waktu. Sampah yang disepelekan akan tertumpuk dan menjadi ancaman. Hal itu mendorong Khafidz (31) berpantomim soal sampah dan persoalan bangsa.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
Soekarno pernah berkata, ”Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.” Begitu banyaknya masalah yang dihadapi bangsa ini, mulai dari yang kecil hingga yang paling besar, bertumpuk hingga akhirnya menjadi ancaman.
Kira-kira demikian pesan yang coba digambarkan Abdul Khafidz dari Institute Tingang Borneo-Theatre dalam aksi pantomimnya di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (17/8/2021). Ia membawa bendera Merah Putih di atas tumpukan sampah, mengibarkannya, lalu memberi hormat.
Khafidz (31) memulai aksi pantomimnya selama 20 menit. Tak ada orang lain, ia sendirian. Mengenakan kaus putih lengan panjang, bercelana panjang hitam, dan sepasang sepatu coklat.
Sebelum dimulai, keringatnya sudah menetes akibat teriknya matahari di wilayah tengah khatulistiwa. Aroma menyengat tak mengendurkan nyali Khafidz, cukup cepat ia memoles wajahnya dengan cat putih. Setelah itu, aksinya pun dimulai.
Ia meliuk-liuk di atas sampah, wajahnya meringis, lalu tetiba gembira, lalu kembali ke posisi sigap. Diambilnya bendera yang sudah terikat di sebuah tiang kayu, dibawanya menerjun tumpukan sampah. Semua dilakukan dengan sangat perlahan, seperti menonton adegan film dalam gerak lambat.
Sampai di ujung tumpukan sampah, ia mengais dengan kakinya, lalu ditancapkannya tiang bendera itu di antara sampah. Ia kembali berekspresi, rupa-rupa wajahnya, lalu memberi hormat. Tak hanya itu, ia lalu meringkuk di bawah bendera Merah Putih, bahkan memeluk tiangnya.
Gerakannya menancapkan bendera mengingatkan pada tancapan bendera Amerika Serikat di Bulan saat Neil Armstrong menginjakkan kaki pertama kali di Bulan.
”Aksi tadi menjadi bagian kecil dari semarak HUT Ke-76 RI dan hadirnya kemerdekaan diharapkan enggak hanya dirasakan secara virtual atau di tempat-tempat bagus dan formal, tetapi juga di tempat-tempat seperti ini (tempat sampah),” kata Khafidz.
Ia berharap, momen kemerdekaan itu tidak membuat orang-orang terlena terhadap kemerdekaan yang direbut dari para penjajah. Menurut Khafidz, masalah bangsa saat ini bertumpuk-tumpuk seperti sampah yang dibuang begitu saja, lalu menjadi ancaman bagi manusia, juga lingkungan. ”Bisa saja kemerdekaan kita dijajah oleh sampah kita sendiri yang tidak dikelola dengan baik,” ungkapnya.
Berpantomim bukan yang pertama kali bagi seniman muda Palangkaraya ini. Ia pernah berpantomim selama lebih kurang 12 jam di tengah Bundaran Besar, Kota Palangkaraya. Lalu, sebelum kontestasi Pilkada Kalteng tahun lalu, ia juga berpantomim di atas tumpukan batok kelapa di antara pohon-pohon di Palangkaraya.
Banyak dari aksi pantomimnya memberikan pesan mendalam bagi manusia, mulai dari persoalan lingkungan hingga kehidupan. Ia mengkritik lewat seni, memberi pemikirannya lewat pantomim.
”Kadang kita abai dan menyepelekan sehingga yang diabaikan menjadi tertumpuk sekian lama dan berubah menjadi ancaman serius bagi manusia,” kata Khafidz.
Bisa saja kemerdekaan kita dijajah oleh sampah kita sendiri yang tidak dikelola dengan baik.
Pandemi, lanjut Khafidz, membuat semua perhatian teralihkan. Sementara di satu sisi, sampah terus berjalan dan bertambah. Pandemi juga melumpuhkan semua sektor, mulai dari kesehatan hingga perekonomian. Hal itu menjadi masalah yang tak kunjung usai yang dihadapi seluruh umat manusia.
Dalam pidato di sela-sela Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Palangkaraya, Gubernur Kalteng Sugianto Sabran menguatkan masyarakat agar tetap waspada dan taat pada protokol kesehatan.
Saat itu, Sugianto mengungkapkan, semua bangsa dihadapkan pada masalah yang sama karena pandemi. Kekuatan masyarakat, lagi-lagi, menjadi modal besar untuk melewati masalah tersebut.
”Di tengah situasi pandemi ini, kita masih jauh dari kata ideal. Namun, setidaknya upaya pemerintah dari tingkat pusat sampai pemerintah daerah dapat benar-benar hadir untuk memerdekakan rakyatnya, terutama dari belenggu pandemi Covid-19, salah satunya dengan vaksinasi,” tutur Sugianto.
Sudah setahun lebih pandemi ada. Semoga pandemi Covid-19 tak serta-merta mengurangi kepedulian kita akan lingkungan sekitar.