HUT Kemerdekaan, Enam Jurnalis Cirebon Terima Penghargaan
Enam jurnalis di Cirebon, Jawa Barat, menerima penghargaan dari Pemerintah Kota Cirebon pada Hari Kemerdekaan Ke-76 Republik Indonesia. Mereka dinilai menyajikan berita secara berimbang.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS – Pemerintah Kota Cirebon, Jawa Barat, untuk pertama kalinya memberikan penghargaan kepada enam wartawan pada peringatan Hari Kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia, Selasa, (17/8/2021). Mereka dinilai menghasilkan karya jurnalistik yang berimbang.
Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis menyematkan piagam penghargaan tersebut setelah Upacara Kemerdekaan RI di Balai Kota Cirebon, Selasa (17/8/2021). Turut hadir dalan acara itu Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati, Sekretaris Daerah Kota Cirebon Agus Mulyadi, dan pejabat lainnya.
Keenam penerima penghargaan itu ialah Asep Saepul Milah dari Rakyat Cirebon, Abdullah Fikri Ashri (Kompas), Ayu Lestari (Pilar Radio), Erika Lia (Ayocirebon.com), Wahyu Wibisana (Radar Cirebon TV), dan Agus Rahmat (Fajar Cirebon). Mereka bertugas di Cirebon dan sekitarnya.
Azis mengatakan, penghargaan jurnalistik itu merupakan apresiasi terhadap peran pers yang menyajikan pemberitaan berimbang. ”Jadi, jurnalis, pemerintah, dan masyarakat bisa saling mendukung serta mengkritik satu sama lain,” katanya.
Azis berharap penghargaan itu bisa memotivasi jurnalis di Cirebon untuk tetap berkarya sesuai kode etik jurnalistik. ”Penghargaan ini bukan untuk mengotak-kotakkan wartawan. Selanjutnya, pemberian penghargaan akan dikembangkan dengan lebih banyak kategori,” ujarnya.
Kepala Bidang Pengelolaan Komunikasi Publik Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (DKIS) Kota Cirebon Arif Rachman menambahkan, penganugerahan itu berdasarkan pemantauan karya jurnalis yang berimbang. Misalnya, mencantumkan dua hingga tiga narasumber dalam berita.
”Ini terlepas dari karakter penulisannya. Intinya, dari satu pihak dan pihak lain diberikan kesempatan (dalam berita) untuk klarifikasi. Betapa pentingnya peran pers dalam demokrasi,” ujarnya. Tulisan jurnalis, lanjutnya, juga menjadi perhatian pemkot sebelum mengambil kebijakan.
Azis berharap penghargaan itu bisa memotivasi jurnalis di Cirebon untuk tetap berkarya sesuai kode etik jurnalistik. ”Penghargaan ini bukan untuk mengotak-kotakkan wartawan. Selanjutnya, pemberian penghargaan akan dikembangkan dengan lebih banyak kategori,” ujarnya.
Erika Lia (36) mengaku kaget karena baru menerima informasi sebagai penerima penghargaan beberapa jam sebelum upacara. Ia pun mengapresiasi upaya Pemkot Cirebon dalam mendorong jurnalis setempat terus berkarya.
”Saya selalu berusaha untuk cover both side (meliput dari dua sudut pandang berbeda). Kalau enggak, berita enggak bisa naik. Jadi, keberimbangan itu sangat penting,” ujar perempuan jurnalis di media daring tersebut.
Apakah selama ini kita sudah menulis secara berimbang sesuai kode etik jurnalistik?
Erika mengakui, salah satu tantangan dalam menulis secara berimbang ialah akses ke narasumber. ”Beberapa kali memang ada dinas-dinas yang susah dikonfirmasi. Tapi, sejauh ini, DKIS selalu membantu mengomunikasikan sehingga berita berimbang tetap bisa tercapai,” ujarnya.
Nurul Fajri, salah satu pendiri Jumat Juang atau forum diskusi jurnalistik di Cirebon, menilai, penghargaan tersebut sebagai pengingat jurnalis agar terus menginstropeksi diri. ”Apakah selama ini kita sudah menulis secara berimbang sesuai kode etik jurnalistik?” katanya.