Tekan Laju Penurunan Tanah, Pekalongan Wacanakan Pencarian Sumber Air Baru
Belasan tahun terakhir, masyarakat pesisir utara Kota Pekalongan, Jateng, berhadapan dengan banjir dan rob. Salah satu penyebabnya adalah adanya penurunan muka tanah akibat pengambilan air bawah tanah yang massif.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
PEKALONGAN, KOMPAS — Setiap tahun, Kota Pekalongan, Jawa Tengah, mengalami penurunan muka tanah hingga 6 sentimeter. Salah satu penyebabnya adalah pengambilan air tanah. Pemerintah setempat berencana menyediakan sumber air baru untuk menekan aktivitas pengambilan air tanah.
Penurunan muka tanah selama belasan tahun terakhir telah menyebabkan kualitas hidup warga di kawasan pesisir utara Kota Pekalogan terus menurun tergerus banjir dan rob yang terus terjadi.
Berdasarkan pengukuran Badan Geologi Kementerian Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, penurunan muka tanah di Kota Batik mencapai sekitar 0,5 sentimeter setiap bulan sehingga dalam satu tahun, penurunan muka tanah yang terjadi mencapai 6 sentimeter.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Kota Pekalongan Anita Heru Kusumorini mengatakan, salah satu penyebab penurunan muka tanah di wilayahnya adalah pengambilan air tanah yang masif. Selama ini, mayoritas kebutuhan air di wilayah itu dicukupi oleh air tanah.
Untuk menekan laju penurunan tanah, pemerintah setempat tidak lagi memberikan rekomendasi terkait perizinan pengambilan air tanah.
”Saat ini yang baru bisa kami lakukan adalah moratorium rekomendasi pengambilan air bawah tanah. Tetapi, kami tidak bisa mengehentikan (pengambilan air bawah tanah) yang sudah ada. (Sementara ini), sektor industri, perhotelan, dan tempat usaha lainnya masih mengambil air tanah secara masif,” kata Anita, Senin (16/8/2021).
Pihaknya saat ini masih menunggu Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Pekalongan-Batang-Pekalongan (Petanglong) berfungsi 100 persen.
Karena belum 100 persen berfungsi, SPAM Regional Petanglong yang dibangun dengan kapasitas 850 liter per detik itu belum mampu menyukupi kebutuhan air di Kota Pekalongan sekitar 400 liter per detik.
”Kami harus mencari alternatif-alternatif lainnya, seperti memanfaatkan sumber-sumber air yang ada di Kota Pekalongan, baik dari sungai maupun long storage di tanggul rob, termasuk nanti pembangunan kolam retensi untuk penanganan banjir dan rob. Jika itu sudah jadi, kemungkinan airnya bisa diolah menjadi air bersih,” ujarnya.
Saya juga mulai khawatir dengan kondisi psikologis anak-anak di wilayah pesisir. Rata-rata mereka kesulitan mendapatkan tempat bermain karena ruang terbuka di lingkungan mereka terendam rob. (Khamdani)
Wacana Pemerintah Kota Pekalongan mencari sumber-sumber air baru itu disambut baik oleh masyarakat pesisir. Masyarakat juga berharap pemerintah segera membebaskan mereka dari belenggu rob supaya mereka bisa hidup dengan nyaman.
”Kami sudah berulang kali berusaha meninggikan rumah tetapi air rob yang datang kerap kali lebih tinggi dari yang sudah-sudah. Akibatnya, air masih bisa masuk ke dalam rumah. Ini adalah bukti nyata bahwa penurunan muka tanah itu benar adanya,” ucap Khamdani (34), warga Kelurahan Panjang Baru, Kecamatan Pekalongan Utara.
Khamdani sudah tinggal di Panjang Baru sejak sepuluh tahun lalu. Dalam kurun waktu tersebut, ia sudah empat kali meninggikan rumah. Adapun total biaya yang dikeluarkan untuk peninggian rumah mencapai Rp 20 juta.
Selain itu, Khamdani dan sejumlah warga pesisir harus bersiap mengeluarkan uang lebih untuk memperbaiki kendaraan. Kendaraan-kendaraan mereka yang hampir setiap hari ditumpangi untuk menerjang rob itu membutuhkan biaya perawatan setidaknya Rp 250.000 per bulan.
”Saya juga mulai khawatir dengan kondisi psikologis anak-anak di wilayah pesisir. Rata-rata mereka kesulitan mendapatkan tempat bermain karena ruang terbuka di lingkungan mereka terendam rob,” imbuh Khamdani.
Dalam Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Pekalongan Tahun 2021-2026, pengendalian banjir dan rob menjadi salah satu agenda utama.
Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid berharap kesejahteraan masyarakat pesisir meningkat seiring dengan terkendalinya banjir dan rob.
”Pemerintah pusat akan segera melaksanakan pembangunan pengendali banjir dan rob untuk sistem Loji, Banger, dan Gabus. Pada 28 April 2021 yang lalu, paket-paket pekerjaan tersebut sudah dilelang. Mudah-mudahan semuanya berjalan lancar dan amanah sehingga dapat berhasil mencapai target pekerjaan yang telah ditetapkan,” kata Afzan.