Berbagi Antibodi Seusai Lewati Badai Pandemi
Penyintas Covid-19 di Padang berbagi plasma darah konvalesen setelah selamat dari cengkeraman SARS-CoV-2. Antibodi yang mereka bagi jadi secercah harapan bagi pasien lain yang tengah berjuang melewati ujian pandemi.
Dalam posisi berbaring, Hendra Tresna (47) menggengam bola merah di tangan kanannya. Sesekali ia meremas bola karet itu. Darah mengalir dalam selang yang menancap di lipatan lengan kanannya.
”Bola karet diremas agar otot tidak kaku sehingga aliran darah lancar,” kata Hendra, salah satu dari 12 personel Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut II Padang yang mendonorkan plasma darah konvalesen di kantor Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia Kota Padang, Sumatera Barat, Kamis (12/8/2021).
Darah dari lengan Hendra itu mengalir melalui seperangkat alat. Cairan oranye keruh lambat laun tersisih ke dalam kantong ukuran 400 cc. Sementara darah merah kembali ke tubuhnya. Empat puluh menit berlalu, kantong telah terisi cairan yang dikenal sebagai plasma darah konvalesen.
Hendra merupakan penyintas Covid-19. Ia sembuh dari serangan virus SARS-CoV-2 sekitar empat pekan lalu. Selain Hendra, istri dan dua anaknya juga terpapar. Keluarga itu menjalani isolasi mandiri di rumah mereka selama dua pekan.
Meskipun tak sampai dirawat di rumah sakit, terinfeksi Covid-19 bukan hal menyenangkan bagi Hendra. Selain aktivitasnya terbatas selama isolasi, ia juga merasakan gejala. Dua hari sebelum menjalani tes usap PCR, badannya meriang.
Selain itu, ia juga kehilangan penciuman (anosmia) sejak dinyatakan positif Covid-19 tiga hari seusai dites. Bahkan, sampai sekarang, indra penciuman anggota bagian senjata dan amunisi di Lantamal II Padang itu belum kembali normal.
Pengalaman tersebut semakin menguatkannya untuk mendonorkan plasma darah konvalesen. ”Setelah negatif Covid-19, saya ingin membantu saudara-saudara lainnya yang membutuhkan plasma ini. Sepemahaman saya, ini sangat berguna bagi mereka yang sedang berjuang sembuh dari Covid-19,” kata Hendra.
Jauh sebelum Hendra, ada Fhajri Anandya (31) yang juga melakukan hal yang sama. Karyawan unit perencanaan suku cadang PT Semen Padang itu mendonorkan plasma darah konvalesennya di UDD PMI Padang pada 8 Februari 2021 bersama sejumlah rekannya.
Fhajri terpapar Covid-19 pada pertengahan Januari lalu. Sebelum itu, ayahnya juga terinfeksi virus SARS-CoV-2. Anggota keluarga pun diperiksa, tidak ada yang tertular. Pada 12 Januari, sang ayah yang berusia 60 tahun dan punya komorbid meninggal.
Kehilangan sang ayah membuat kondisi fisik Fhajri menurun. Dua hari kemudian, ia merasa demam. Fhajri dan anggota keluarga lainnya kembali dites. Hasilnya, ia dan istri positif Covid-19, sedangkan sang ibu negatif. Fhajri dirawat empat hari di Rumah Sakit Semen Padang.
Baca juga: Plasma Konvalesen dan Harapan Kesembuhan Pasien Covid-19
Momen kehilangan ayah itulah yang menguatkan keinginan Fhajri untuk donor plasma darah konvalesen dua pekan seusai ia dinyatakan sembuh. Selama menjalani isolasi, ia membaca sejumlah referensi bahwa terapi plasma darah itu bisa membantu kesembuhan pasien.
”Saya sudah mengalami bagaimana rasanya kehilangan gaek (orangtua). Kalau seandainya waktu itu beliau dapat pula terapi plasma darah konvalesen, mungkin saja bisa bertahan. Saya donor supaya bisa membantu orang lain yang sedang berjuang,” kata Fhajri.
Saya donor supaya bisa membantu orang lain yang sedang berjuang. (Fhajri Anandya)
Fhajri menjelaskan, proses donor plasma darah konvalesen sama saja dengan donor darah biasa. Alatnya saja yang berbeda. Ia juga tidak merasakan efek samping seusai mendonorkan antibodinya itu.
Masih minim
Kepala UDD PMI Padang Widyarman, Kamis, mengatakan, pihaknya mulai menerima donor plasma darah konvalesen setahun terakhir. Saat ini ada dua alat yang bisa digunakan untuk proses donor plasma darah tersebut.
Permintaan plasma darah konvalesen di Kota Padang, kata Widyarman, memang belum sebanyak di Pulau Jawa. Di Jawa, warga sampai antre meminta plasma darah. Walakin, tren permintaan di Padang mulai meningkat.
Di tengah tren yang mulai tinggi, lanjut Widyarman, donor darah plasma darah konvalesen di UDD PMI Padang masih minim. Dalam sepekan, kadang hanya ada 1-2 donor, kadang tidak ada. Satu donor bisa memberikan dua kantong 200 cc plasma darah.
”Penyebab minim karena tidak semua penyintas calon donor ada antibodinya. Selain itu, banyak penyintas keberatan, baru sembuh disuruh donor. Itu kesulitan kami,” kata Widyarman.
Kamis siang, jumlah stok plasma darah konvalesen di UDD PMI Padang tinggal enam kantong 200 cc. Stok tersebut hanya cukup untuk tiga pasien (satu pasien butuh dua kantong plasma darah). Tidak hanya stoknya yang terbatas, tipe golongan darah yang tersedia juga terbatas, hanya AB dan O.
Baca juga: Donor Plasma Darah Konvalesen di Padang Masih Minim
Sebagai antisipasi minimnya donor, UDD PMI Padang menjalin komunikasi dengan sejumlah rumah sakit dan lembaga dalam mencari calon donor plasma konvalesen. Kamis lalu, misalnya, UDD bekerja sama dengan Lantamal II Padang.
Akhirnya, stok bertambah relatif banyak saat ada 12 anggota Lantamal II Padang yang berdonor. Dari mereka setidaknya UDD PMI Padang mendapatkan 24 kantong plasma darah konvalesen. Selain itu, tipe golongan yang tersedia bisa lebih beragam.
Persyaratan
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi donor ialah diutamakan lelaki usia 17-60 tahun, berat badan minimal 55 kilogram, dan memperlihatkan surat hasil tes usap PCR yang menyatakan dua kali negatif (Kompas.id, 30 Juni 2021). Calon donor juga tidak memiliki penyakit bawaan dan bagi wanita belum pernah hamil.
Donor yang diprioritaskan juga setidaknya pernah mengalami gejala saat terinfeksi Covid-19, antara lain, demam, sesak, batuk, serta diikuti pusing dan diare.
Eks pasien bisa mendonor sejak 14 hari dinyatakan sembuh berdasarkan tes PCR atau mendapatkan surat keterangan sembuh yang berlaku kurang dari tiga bulan. Mereka yang baru saja mendapatkan vaksinasi belum bisa menjadi donor plasma darah.
Manajer Kualitas UDD PMI Padang Maya Anggun Suri mengatakan, seorang penyintas Covid-19 bisa mendonorkan plasma darah konvalesen 2-3 kali asalkan antibodi Covid-19-nya masih ada dan kadarnya tinggi. Seseorang bisa mendonorkan kembali plasma darahnya dalam rentang dua pekan seusai donor terakhir.
Pasien penerima donor plasma darah konvalesen, kata Maya, akan dinilai oleh dokter yang merawat. Pasien penerima berkategori gejala sedang hingga berat. Setelah diputuskan pasien menjalani terapi plasma konvalesen, rumah sakit meminta plasma darah ke UDD PMI.
Antibodi yang terkandung dalam plasma darah konvalesen milik penyintas Covid-19 diharapkan bisa membantu pasien yang sedang dirawat. Tambahan antibodi tersebut ibarat bala bantuan atau tentara yang menguatkan tubuh pasien dalam perang melawan virus SARS-CoV-2.
Efektivitas
Terkait efektivitas terapi plasma darah konvalesen, Maya mengatakan, proses uji klinis masih berlangsung. Walakin, sejauh ini di rumah sakit besar di Indonesia, termasuk RSUP Dr M Djamil Padang yang bekerja sama dengan UDD PMI Padang, melakukan terapi itu, dan bisa menurunkan angka kematian.
”Pasien yang diberikan plasma darah konvalesen bisa bertahan hidup. Walaupun demikian, belum ada pernyataan resmi dari WHO, IDI, ataupun penelitian terkait hal itu,” kata Maya.
Meskipun efektivitasnya masih tahap uji klinis, terapi plasma konvalesen setidaknya menjadi salah satu ikhtiar dan harapan dalam menyelamatkan pasien Covid-19. Inisiatif, iktikad, dan solidaritas para donor antibodi ini patut dihargai setinggi-tingginya.