Sulut Rayakan Kemerdekaan Ke-76 RI dengan Ekspor Pertanian Rp 63,6 Miliar
Sulut mengekspor produk pertanian dan perkebunan sebesar Rp 63,6 miliar ke 14 negara. Ini bagian dari ekspor senilai Rp 7,2 triliun ke 61 negara untuk memperingati kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
BITUNG, KOMPAS — Sulawesi Utara mengekspor produk pertanian dan perkebunan sebesar Rp 63,6 miliar ke 14 negara, Sabtu (14/8/2021). Ini bagian dari ekspor senilai Rp 7,2 triliun ke 61 negara untuk memperingati kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia. Presiden Joko Widodo meminta semua kepala daerah menggali potensi ekspor di daerah masing-masing sembari mendampingi dan membimbing petani.
Acara bertajuk ”Merdeka Ekspor” ini dilaksanakan serentak di 17 provinsi dengan sambungan konferensi video. Di Bitung, Sulut, pelepasan ekspor digelar secara seremonial di Terminal Peti Kemas Bitung. Gubernur Sulut Olly Dondokambey dan pejabat instansi terkait meninjau dan menyegel peti kemas berisi komoditas yang akan dikirim.
”Kita fokus mengembangkan produk turunan dari kelapa, misalnya, santan yang kita ekspor ke Vietnam hari ini. Ini komoditas baru karena biasanya kan cuma kopra saja. Ini nilai tambah yang besar bagi Sulut,” kata Olly.
Sulut adalah daerah dengan lahan perkebunan kelapa terluas kedua di Indonesia dengan total lahan 275.524 hektar. Menurut Olly, masih banyak produk turunan yang bisa dikembangkan dari kelapa. Ampas kelapa pun masih bisa dijadikan makanan ternak yang dapat diekspor.
Setahun terakhir, Sulut juga mengekspor beberapa komoditas turunan kelapa yang terbilang baru, seperti air kelapa. Namun, beberapa produk tetap dominan, seperti minyak kelapa mentah. Dari semua minyak kelapa mentah yang diekspor selama Januari-Juli 2020 dan 2021, 95,85 persen di antaranya menembus pasar internasional pada 2021.
Kepala Kantor Karantina Pertanian Kelas I Manado Donni Musydayan Saragih mengatakan, nilai ekspor pertanian Sulut selama Januari-Juli 2021 tumbuh 122,99 persen dibandingkan periode sama tahun lalu, yaitu dari Rp 1,44 triliun menjadi Rp 3,22 triliun. Adapun jumlah eksportir bertambah sebanyak 16 pihak.
”Ada enam-tujuh komoditas yang dominan karena volume ekspornya banyak dan sering, seperti bungkil kelapa, kelapa parut, dan pala biji. Ini juga yang akan jadi komoditas andalan kita ke depan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Sulut,” kata Donni.
Gubernur Olly mengatakan, akan mendukung penuh para petani yang selama ini berkontribusi paling besar bagi ekonomi Sulut. Selama triwulan kedua 2021, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang produk domestik bruto sebesar 20,87 persen. Pertumbuhan ekonomi Sulut pun mencapai 8,49 persen dibanding triwulan II 2020.
Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai Sulawesi Bagian Utara (Sulbagtara) Cerah Bangun mengatakan, kini bekerja dengan cara ”menjemput bola”. Berbagai pelatihan pembuatan dokumen ekspor digelar bagi para eksportir. Layanan pemenuhan persyaratan ekspor pun diberikan tak lagi hanya pada jam kantor, melainkan 24 jam selama tujuh hari.
Secara umum, ekspor di Sulut tak menghadapi kendala berarti karena tren nilai maupun volume yang meningkat setiap tahun. Namun, hingga kini Terminal Peti Kemas Bitung belum bisa menjadi salah satu pintu keluar ekspor dari Indonesia. Padahal, kapasitasnya telah ditingkatkan sejak awal 2020, dari 250.000 TEU (peti kemas 20 kaki) menjadi 750.000 TEU per tahun.
Akan tetapi, biaya pengiriman peti kemas masih sangat mahal. Pengiriman peti kemas 40 kaki dari Bitung ke China, misalnya, berkisar 1.600-2.000 dollar AS. Tarif tersebut jauh mahal dibandingkan 500-700 dollar AS yang berlaku di pelabuhan di Jakarta dan Surabaya.
Secara nasional, Merdeka Ekspor digelar di 17 provinsi. Sebanyak 343 kabupaten dan kota berkontribusi dalam ekspor bervolume 627,4 juta ton dan bernilai Rp 7.29 tirliun ini. Produk perkebunan mendominasi dengan total volume 546,6 juta ton. Terdapat 61 negara tujuan, antara lain China, Amerika Serikat, India, Korea Selatan, Inggris, dan Uni Emirat Arab.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan nilai ekspor terus meningkat secara signifikan, yaitu 15,79 persen dari 2019 ke 2020 menjadi Rp 451,77 triliun. Sepanjang paruh pertama 2021, ekspor komoditas pertanian sudah mencapai 277,95 persen, meningkat 40,29 persen dari periode yang sama pada 2020.
Presiden Joko Widodo pun meminta setiap kepala daerah untuk mengidentifikasi komoditas pertanian, perkebunan, dan peternakan yang berpotensi diekspor. Namun, hal ini perlu diiringi pendampingan dan bimbingan bagi petani, begitu pula kemudahan akses kredit usaha rakyat.
”Tetapi, jangan kita ekspor dalam bentuk mentahan, apalagi berbentuk umbi-umbian. Kita fokus pada hilirisasi, kemudian menyambungkan produksi lokal dengan rantai pasok nasional dan global. Dengan begitu, petani akan lebih mudah mengekspor, begitu pula pengusaha. Jadi, pertanian kita berorientasi ekspor,” kata Presiden.