Sejumlah Terduga Teroris Ditangkap di Jateng, Salah Satunya Penjual Batik Pekalongan
Seorang pria yang diduga teroris ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri di Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Selain di Pekalongan, penangkapan juga dilakukan di daerah lain di Jateng.
Oleh
KRISTI UTAMI
·2 menit baca
PEKALONGAN, KOMPAS — Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap sejumlah terduga teroris di Jawa Tengah, Jumat (13/8/2021). Salah seorang di antaranya adalah MM (44), penjual batik di Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan.
Kabar penangkapan terduga teroris itu dibenarkan Kepala Bidang Humas Polda Jateng Komisaris Besar Iqbal Alqudusy. Namun, ia tidak menyebutkan lebih detail terkait penangkapan itu.
”Saya membenarkan ada penangkapan terduga teroris di beberapa tempat di Jateng. Namun, untuk lebih jelasnya nanti dari Densus 88 dan Divisi Humas Polri yang akan memberi penjelasan,” kata Iqbal saat dihubungi, Sabtu (14/8/2021).
Berdasarkan informasi yang dihimpun, penangkapan dilakukan di sejumlah daerah, yakni Kabupaten Temanggung, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Kendal, Kota Semarang, dan Kota Pekalongan.
Di Kota Pekalongan, MM ditangkap pada Jumat sekitar pukul 05.00. Petugas dari Densus 88 lantas melaporkan penangkapan tersebut kepada ketua RT setempat, Mustofiq. Petugas juga meminta Mustofiq menjadi saksi saat rumah MM digeledah.
”Saya dijemput petugas pada Jumat sekitar pukul 07.30, lalu diajak ke rumah MM. Di sana, saya menyaksikan petugas meminta izin dan menunjukkan surat perintah penggeledahan kepada istri MM,” ujar Mustofiq.
Dalam penggeledahan itu, petugas menemukan sejumlah barang milik MM, di antaranya komputer jinjing, buku-buku bertema keagamaan, ponsel, surat tanda nomor kendaraan, dan kunci sepeda motor. Benda-benda itu kemudian disita oleh petugas.
Mustofiq tidak menyangka, salah satu warga di wilayahnya diduga terlibat dalam jaringan terorisme. Ia menuturkan, MM merupakan sosok tertutup dan jarang bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. MM hanya berinteraksi dengan warga lain saat sedang ada kegiatan di masjid atau saat ada tetangganya hajatan.
”Sehari-hari yang bersangkutan bekerja sebagai penjual batik. Menurut tetangga dekatnya, MM berjualan batik secara daring,” ucapnya.
Mustofiq menambahkan, MM dan keluarganya sudah enam tahun tinggal di sebuah rumah kontrakan di Kelurahan Jenggot. MM warga Jawa Barat. Sementara itu, istrinya warga Boyolali, Jateng.
”Anaknya delapan, yang tinggal di situ (rumah kontrakan MM) hanya lima. Adapun, tiga anak lainnya mondok (sekolah di pondok pesantren),” imbuh Mustofiq.