Presiden: Gali Produk Pertanian Unggulan Berpotensi Ekspor
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang terbukti mampu bertahan dari hantaman pandemi Covid-19. Oleh karena itulah, seluruh pemerintah daerah diminta menggali dan menggarap produk pertanian unggulan di daerah.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah daerah diminta terus menggali dan menggarap produk pertanian unggulan berpotensi ekspor. Tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, kinerja pertanian juga menyumbang pemasukan besar bagi negara, termasuk saat pandemi Covid-19.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, ekspor komoditas pertanian selama semester pertama atau dari Januari hingga Juli 2021 mencapai Rp 282,86 triliun. Jumlah itu naik 14,05 persen dibandingkan periode sama tahun lalu, Rp 202,05 triliun.
Adapun kinerja ekspor produk pertanian 2020 secara total mencapai Rp 451,8 triliun. Jumlah itu naik 15,79 persen dibandingkan setahun sebelumnya, Rp 390,16 triliun.
Peningkatan kinerja ekspor komoditas pertanian berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan petani. Nilai tukar petani (NTP) pada Juli, misalnya, tercatat 103,5, lebih baik dibandingkan Desember 2020 yang mencapai 103,25.
Ini (kenaikan kesejahteraan petani) kabar baik yang bisa memacu semangat petani-petani tetap produktif di masa pandemi Covid-19. (Presiden Joko Widodo)
”Ini (kenaikan kesejahteraan petani) kabar baik yang bisa memacu semangat petani-petani tetap produktif di masa pandemi Covid-19,” ujar Presiden Republik Indonesia Joko Widodo saat Pelepasan Merdeka Ekspor Pertanian, Sabtu (14/8/2021).
Dalam acara itu, Presiden melepas ekspor 627,4 juta ton beragam komoditas pertanian dengan nilai Rp 7,2 triliun, secara virtual. Pemberangkatan ekspor ke 61 negara tujuan ini dilakukan serentak melalui 17 pelabuhan laut dan bandar udara internasional.
Dari 627,4 juta ton produk pertanian senilai Rp 7,2 triliun, terbesar berasal dari Terminal Peti Kemas Surabaya senilai Rp 1,3 triliun. Selain itu, ekspor diberangkatkan dari Pelabuhan Dwikora Pontianak (Rp 194,31 miliar) dan Pelindo I Pekanbaru (Rp 1 triliun).
Pemberangkatan dilakukan juga dari Pelabuhan Belawan Medan senilai Rp 431 miliar, Tanjung Priok Jakarta (Rp 435,1 miliar), dan Tanjung Emas Semarang (Rp 405 miliar). Selebihnya, 10 pintu gerbang ekspor lainnya, antara lain, Balikpapan, Bandar Lampung, Palembang, Makassar, Banjarmasin, dan Jambi.
Berdasarkan jenis produknya, dari 627,4 juta ton, terbesar dari produk perkebunan 568,4 juta ton, tanaman pangan (4,3 juta ton), hortikultura (7,2 juta ton), dan peternakan ( 4 juta ton). Adapun 61 negara tujuan ekspor di antaranya China, Amerika Serikat, India, Thailand, Jepang, Inggris, Jerman, Rusia, dan Pakistan.
Selain itu, Presiden meminta akses permodalan petani diperkuat, mengenalkan petani pada inovasi teknologi, dan mendampingnya secara terus-menerus hingga berhasil. Selain harus ada hilirisasi produk agar memiliki nilai tambah yang tinggi hingga meminta petani tersambung rantai pasok nasional dan global.
”Masih banyak komoditas potensial yang bisa dikembangkan, seperti sarang burung walet, minyak atsiri, bunga melati, tanaman hias, dan edamame. Produk olahan peternakan juga semakin terbuka pasarnya,” kata Presiden.
Mentan Syahrul Yasin Limpo menargetkan ekspor produk pertanian naik tiga kali lipat 2024. Strateginya, menggerakkan kepala daerah menyelenggarakan ekspor. Saat ini, hanya 341 kabupaten dan kota yang sudah mengekspor produk unggulannya. Masih ada 171 daerah lagi yang belum melakukan ekspor.
Selama ini, ekspor produk pertanian masih didominasi kelapa sawit. Kementan tengah mendorong ekspor produk lainnya, seperti porang, sarang burung walet, lipan, dan maggot. Indonesia juga sudah mulai ekspor beras ke Saudi Arabia hingga ekspor daging ayam ke Jepang, Timor Leste, Qatar, dan Uni Emirat Arab, serta mulai menjajaki pasar Hong Kong.
Strategi lain, ujar Syahrul, adalah meningkatkan volume ekspor melalui investasi dan kerja sama dengan pemda serta kepentingan lainnya. Menambah ragam komoditas ekspor dalam bentuk produk olahan hasil pertanian serta mendorong pertumbuhan eksportir baru.
”Menambah mitra dagang luar negeri melalui kerja sama bilateral dan berbagai kekuatan duta besar yang tersebar di seluruh dunia juga terus dilakukan,” katanya.