Selain keterangan dari anak dan kolega, tak banyak hal yang bisa digali untuk menguak riwayat Akidy. Satu-satunya harapan di tengah kebuntuan itu adalah menemukan makam Akidy.
Banyak pertanyaan tentang siapa almarhum Akidy sesungguhnya. Selain keterangan dari anak dan kolega, tak banyak hal yang dapat digali untuk menguak riwayat Akidy. Salah satu harapan di tengah kebuntuan itu adalah menemukan pusara Akidy.
Akidy dan istrinya dimakamkan di kompleks kuburan masyarakat Tionghoa di TPU Talang Kerikil, Kecamatan Sako, Palembang, Sumatera Selatan. Saat didatangi pada Senin (9/8/2021), makam Akidy dan istrinya tampak baru dibersihkan.
Makam Akidy berdampingan dengan makam istrinya, Ratna.
Dari batu nisan Akidy terdapat deret tulisan yang sebagian besar beraksara Han. Deret aksara di batu nisan mengandung sejumlah informasi yang dapat memperjelas silsilah marga dan keturunan Akidy.
Diketahui bahwa nama Mandarin Akidy dalam aksara Han adalah Chang A Ki. Nama yang tertulis di makamnya itu menunjukkan dia bermarga Zhang atau Tio (sebutan lain dalam dialek Hokkien). Sementara, Ratna yang bernama Mandarin Chou Ye Kui.
Dari aksara yang tertera di makam diketahui bahwa Akidy dan Ratna adalah keturunan Tionghoa dari Guangdong, China.
Di nisan Akidy tertulis nama lima putra dan tiga putrinya. Kelima putra Akidy bernama Mandarin yaitu Chang Pao Fu, Chang Pao Lu, Chang Pao Sou, Chang Pao An, dan Chang Pao Yuan. Sementara ketiga putri Akidy bernama Mandarin yaitu Chang Pao Lian, Chang Pao Chin, dan Chang Pao Feng.
Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kota Langsa Samsu menjelaskan, sejumlah anak Akidy dikenali dengan nama Ahok, Pauluk, Aguan, Pau An, dan Heryanty. Adapun Ahok adalah nama lain dari putra pertama, Chang Pao Fu. Sementara, Heryanty adalah nama lain dari putri bungsu, Chang Pao Feng.
Dari nama dan marga keluarga, penelusuran berlanjut untuk mengetahui jejak keluarga Akidy di PSMTI Sumatera Selatan. Ketua PSMTI Sumsel Kurmin Halim menyebut keluarga Akidy tidak pernah aktif dalam organisasi.
Di Jakarta, organisasi PSMTI dan Perhimpunan Indonesia-Tionghoa (Inti) juga tidak mengenal deret nama keluarga pada nisan Akidy. Kedua organisasi hampir tidak menemukan riwayat keaktifan Akidy dan keluarga dalam kepengurusan di masa lalu. Beberapa anak Akidy yang sebelumnya sempat disebut berada di Jakarta oleh dokter Hardi Darmawan juga tidak dikenali oleh lingkaran organisasi Tionghoa.
”Kita cari tahu ke pengurus enggak ada yang pernah bersentuhan. Pengusaha grade 1, 2, dan 3 yang jadi anggota enggak kenal. Ketua Inti yang ada di Palembang kita hubungi juga enggak tahu,” kata Sekretaris Jenderal Perhimpunan INTI Candra Jap.
Kita cari tahu ke pengurus enggak ada yang pernah bersentuhan. Pengusaha grade 1, 2, dan 3 yang jadi anggota enggak kenal.
Keberadaan keluarga Akidy sempat ditanyakan lewat Perkumpulan Marga Tio di bilangan Pinangsia, Jakarta Barat. Ketua Perkumpulan Marga Tio Herry Yan Cahya memastikan, baik Akidy maupun keluarga tidak pernah aktif dalam lingkaran itu. Herry juga mengaku tidak mengenali nama anak-anak Akidy sebagai anggota perkumpulan marga.
”Dari sekitar 300 anggota perkumpulan marga di Jakarta saat ini, saya tidak ingat ada nama anak-anaknya (Akidy) di situ. Hal itu mungkin saja karena sebagian orang bermarga Tio sudah tidak rajin ke perkumpulan marga di masa-masa sekarang,” katanya, Selasa (10/8/2021).
Sebelumnya, pendiri Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri), Jaya Suprana, sempat berniat memberikan anugerah kepada ahli waris Akidy. Namun, tim khusus yang dibentuk Jaya kesulitan menemukan jejak mereka setelah beberapa hari mencari.
Jaya juga mendapat informasi bahwa keempat anak Akidy yang dikabarkan bermukim di Jakarta tidak mau ikut campur dengan sumbangan tersebut. Kepercayaan Jaya semakin luntur setelah sumbangan Rp 2 triliun yang dijanjikan tidak kunjung cair.