Pemimpin Pura Mangkunegaran Surakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adhipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IX, wafat pada Jumat (13/8/2021) dini hari di Jakarta. Pihak keluarga masih membahas rencana prosesi pemakaman.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Pemimpin Pura Mangkunegaran Surakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adhipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IX, wafat pada Jumat (13/8/2021) dini hari di Jakarta. Pihak keluarga masih membahas rencana prosesi pemakaman.
”Beliau wafat pada Jumat pukul 02.50. Saat ini sedang dibawa dari Jakarta menuju Kota Surakarta lewat jalur darat. Diperkirakan sampai di sini pukul 15.00,” kata Pelaksana Tugas Pengageng Kabupaten Mandrapura, atau Bagian Urusan Umum untuk Pura Mangkunegaran, Supriyanto Waluyo, Jumat siang.
Supriyanto menyampaikan, Mangkunegara IX tinggal di Jakarta sejak lebih kurang satu bulan yang lalu. Ia menyebut, almarhum meninggal di rumahnya. Almarhum juga diketahui punya riwayat penyakit jantung.
Menurut rencana, kata Supriyanto, Mangkunegara IX akan disemayamkan di Pura Mangkunegaran sesampainya di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Proses pemakaman masih dalam pembahasan keluarga. Untuk itu, belum ditentukan pula jadwal pemakaman almarhum.
”Layatan dilakukan dengan protokol kesehatan. Kami juga masih mau rapat dengan unsur pemerintah daerah, TNI, dan Polri,” kata Supriyanto.
Mangkunegara IX meninggalkan empat putra. Dua putra merupakan buah hati dari pernikahannya dengan Sukmawati Soekarnoputri, yaitu Gusti Pangeran Haryo (GPH) Paundrakarna Sukmaputra Jiwanegara dan Gusti Raden Ayu (GRA) Putri Agung Suniwati.
Dua putra lainnya hasil dari pernikahan dengan Gusti Kanjeng Putri Mangkunegoro IX, yaitu GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo dan GRA Ancillasura Sudjiwo.
Berdasarkan pantauan, sejumlah karangan bunga dari sejumlah tokoh sudah terpasang di kompleks Pura Mangkunegaran, Jumat siang. Tokoh yang sudah mengirimkan karangan bunga tersebut yakni Guruh Soekarnoputra, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, dan Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa.
Selanjutnya, Supriyanto mengungkapkan, almarhum dikenal sebagai sosok yang bijaksana sebagai seorang pemimpin. Menurut dia, almarhum juga menghargai rakyat kecil.
”Beliau arif dan bijaksana selama memimpin Pura Mangkunegaran. Sama orang cilik juga sangat ngajeni (menghargai),” kata Supriyanto.
Menurut situs resmi Pura Mangkunegaran, yakni puromangkunegaran.com, Mangkunegara IX dilahirkan di Kota Surakarta, Jawa Tengah, pada 18 Agustus 1951. Beliau adalah putra laki-laki kedua dari KGPAA Mangkunegara VIII dan Raden Ajeng Sunituti atau Gusti Kanjeng Putri Mangkunegoro VIII. Semasa remaja, Mangkunegoro IX dikenal dengan nama GPH Sudjiwo Kusumo.
GPH Sudjiwo Kusumo dinobatkan menjadi raja dengan gelar KGPAA Mangkunegara IX pada 24 Januari 1988. Ia dinobatkan setelah Pura Mangkunegaran sempat kosong kepemimpinan selama lebih kurang satu tahun sejak Mangkunegara VIII wafat pada Agustus 1987.
Beliau arif dan bijaksana selama memimpin Pura Mangkunegaran. Sama orang cilik juga sangat ngajeni.
Mangkuenagara IX dikenal pula sebagai sosok yang berminat terhadap seni tari. Minatnya itu tampak dari kemahirannya memerankan Bambangan. Bambangan adalah kesatria yang lemah lembut dan halus. Peran tersebut perlu karakter kuat dan latihan keras untuk mencapai tingkatan tertentu.
Selain itu, Mangkunegara IX semasa kepemimpinannya dipandang peduli akan perkembangan kesenian. Pura Mangkunegaran diposisikannya sebagai pusat budaya Jawa. Pengunjung Pura Mangkunegaran selalu diberi suguhan kesenian khas Mangkunegaran, seperti tari, wayang kulit, hingga fragmen.
Tari gaya Mangkunegaran pun disebut semakin berkembang semasa kepemimpinan Mangkunegara IX. Ada sejumlah karya yang dihasilkan pada masa tersebut, seperti tari Bedhya Suryosumirat (1990), tari Kontemporer Panji Sepuh (1993), tari Harjuna Sasrabahu, tari Puspita Ratna (1998), tari Kontemporer Negeri Sembako (1998), tari Kontemporer Krisis (1999), Drama Tari Mintaraga, dan Drama Tari Dewa Ruci.
Heru Mataya, pegiat seni di Kota Surakarta, sangat berduka dengan kepergian beliau. Baginya, Mangkunegara IX merupakan sosok yang inspiratif khususnya di dunia kesenian. Diharapkan, selepas kepergian beliau, Pura Mangkunegaran tetap mempunyai kontribusi terhadap dunia kesenian dan pariwisata di kota tersebut.
”Beliau adalah salah satu inspirasi dalam kegiatan seni budaya di Kota Surakarta selama ini. Mudah-mudahan ini bisa diteruskan dan diharapkan Pura Mangkunegaran bisa terus eksis di masa mendatang,” ujar Heru.