”Nglarisi Jajanan”, Ikhtiar Menyambung Napas Pedagang Kecil
Pandemi Covid-19 menggerus perekonomian masyarakat termasuk, para pelaku UMKM di Tegal, Jateng. Meski babak belur, mereka tak mau menyerah. Partisipasi masyarakat dan pemerintah untuk nglarisi dagangan mereka diperlukan
Satu setengah tahun terakhir, ekonomi warga, termasuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, terpuruk dihantam pandemi. Sambil berupaya bertahan, mereka menanti uluran tangan, setidaknya agar dagangannya dilarisi untuk bisa menyambung napas di masa sulit.
Sejak pandemi Covid-19 melanda, sejumlah pasar di Kabupaten Tegal sepi pengunjung. Di Pasar Trayeman, Kecamatan Slawi, misalnya, lorong-lorong kios yang dulu terasa sempit karena dijejali orang, kini selalu longgar. Lorong-lorong sunyi itu hanya dilintasi oleh satu atau dua orang setiap jamnya.
Para pedagang bercerita, dulu, mereka hampir tak punya kesempatan untuk makan siang tepat waktu. Alasannya, mereka kerepotan melayani pembeli yang datang silih berganti. Kini, para pedagang mengaku tetap tidak selalu punya kesempatan untuk makan siang. Alasannya, karena dagangan belum laku dan mereka belum punya cukup uang untuk membeli makan siang.
Baca juga : Bendera Putih, Lambaian Pengetuk Hati dari ”Wong Cilik”
Supaya bisa tetap makan untuk menyambung hidup, Usna (27), salah satu pedagang pisang di Pasar Trayeman, terpaksa membanting harga. Warga Desa Grobok Wetan, Kecamatan Pangkah, itu kerap kali menjual pisang di bawah Rp 5.000 per sisir. Padahal, harga satu sisir pisang paling murah Rp 12.000.
”Saya terpaksa banting harga daripada (dagangan) tidak laku sama sekali. Pisang itu cepat busuk, bagaimanapun caranya harus segera laku. Meski dibeli murah tidak masalah, daripada busuk malah tidak jadi duit,” kata Usna, Sabtu (7/8/2021).
Kendati sudah membanting harga, Usna tidak selalu mendapatkan pembeli. Namun, ia tak mau menyerah. Dalam perjalanan pulang, ia selalu singgah di tepi jalan yang ramai dilintasi orang, kemudian menggelar dagangan sambil berharap ada pembeli yang mampir.
Kita yang PNS, masih dapat gajian, yuk kita jajan dagangan mereka. Mau dimakan sendiri boleh, mau disumbangkan ke orang juga boleh. Tapi dibeli, agar mereka bisa hidup, agar mereka bisa mendapatkan rezeki. (Ganjar Pranowo)
”Utang saya di bank banyak, kebutuhan juga banyak, tapi tidak dapat bantuan dari pemerintah. Kalau enggak kerja keras, ya, enggak bisa hidup,” ujarnya, disusul tawa getir.
Dalam sehari, Usna mendapatkan uang berkisar Rp 50.000-Rp 75.000 dari hasil berjualan pisang. Menurut dia, uang itu dipakai untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan disimpan untuk tambahan kulakan. Adapun pembayaran listrik, cicilan utang, dan keperluan lainnya ditanggung oleh suaminya yang sehari-hari bekerja sebagai pengojek daring.
Setelah lebih dari sebulan hanya membawa maksimal Rp 75.000 per hari, pada Jumat (6/8/2021) ia bisa membawa pulang uang Rp 125.000. Hal itu terjadi karena hari itu ada kegiatan Jumat Berkah di Pasar Trayeman. Dalam kegiatan itu, dagangannya dibeli oleh sejumlah pejabat dan aparatur sipil negara yang datang.
”Alhamdulillah, dagangan saya dilarisi. Semoga bisa sering-sering ada yang nglarisi,” ujarnya.
Jumat Berkah adalah gerakan yang digagas Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Tegal. Setiap Jumat, seluruh pejabat, aparatur sipil negara, pegawai badan usaha milik negara, dan pegawai badan usaha milik daerah diimbau berbelanja ke pasar. Hal itu untuk membantu para pedagang pasar yang pendapatannya menurun akibat pandemi Covid-19.
”Kami turun ke pasar-pasar karena ingin memotivasi warga yang sedang berjualan, membeli produk mereka, sekaligus menyosialisasikan penerapan protokol kesehatan. Secara bertahap, saya juga akan mendorong warga Kabupaten Tegal untuk membeli produk-produk lokal yang tersedia di sekitarnya. Sebab, sesungguhnya banyak pelaku usaha yang bisa memenuhi kebutuhan kita mulai dari sepatu, tas, jajanan, lauk-pauk, (semua) lengkap,” kata Bupati Tegal Umi Azizah.
Menurut Umi, kegiatan Jumat Berkah akan dilakukan rutin dan berpindah-pindah pasar untuk mendongkrak perekonomian lebih banyak pedagang.
Selain Jumat Berkah, Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Tegal juga mengadakan gerakan Nglarisi Jajan Wonge Dewek mulai Rabu (4/8/2021). Melalui gerakan itu, para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah diberi kesempatan menggelar dagangan mereka di kantor-kantor pemerintahan. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari promosi produk UMKM Kabupaten Tegal dan mendekatkan para pelaku UMKM dengan pegawai pemerintahan yang akan membeli produk mereka.
Setiap harinya, pelaku UMKM yang berpartisipasi dalam gerakan itu berganti. Tempat penyelenggaraan gerakan juga berpindah dari satu kantor pemerintahan ke kantor yang lain. Dengan demikian, para pelaku UMKM bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk meraup rezeki tambahan.
”Ke depan, kegiatan ini akan dilakukan juga di tingkat kecamatan dan desa supaya UMKM yang berpartisipasi makin banyak serta dampaknya makin luas. Semoga melalui kegiatan ini pelaku UMKM makin semangat dan tahu bahwa mereka tidak menghadapi pandemi ini sendirian,” ucap Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Tegal Suspriyanti.
Berdasarkan catatan, Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Tegal, ada 140.000 UMKM di wilayahnya. Hampir seluruh UMKM tersebut mengalami penurunan omzet hingga 50 persen selama pandemi. Ke depannya, kegiatan-kegiatan yang berpihak pada pelaku UMKM seperti pameran produk dan gerakan mengajak memborong produk UMKM akan digalakkan untuk menyelamatkan mereka dari hantaman pandemi.
Kegiatan pameran produk melalui gerakan Nglarisi Jajan Wonge Dewek dinilai Rohana (53), pelaku UMKM asal Kecamatan Adiwerna, bermanfaat untuk memperluas pemasaran produk. Melalui kegiatan itu, ia juga bisa bertemu dengan pelaku UMKM lain dan saling membeli produk UMKM lain.
”Kemarin waktu ikut kegiatan itu (Nglarisi Jajan Wonge Dewek), kami pelaku UMKM saling membeli produk sesama pelaku UMKM. Saat sedang ada waktu luang, kami juga berbagi cerita tentang strategi bertahan di tengah pandemi. Jadi, pengalaman bertambah, ilmu bertambah, teman bertambah, dagangan laris manis,” tutur Rohana yang sehari-hari menjual bumbu instan tersebut.
Sekoci
Rohana memulai bisnis berjualan bumbu instan pada 2019. Kala itu, bisnis berjualan bumbu instan adalah ”sekocinya” karena bisnis rumah makan yang menjadi ”kapal besarnya” mulai sepi pembeli. Seiring dengan pandemi, usaha rumah makannya semakin sepi dan Rohana terus merugi. Ia kemudian memutuskan untuk menutup tiga dari empat rumah makan Padang miliknya. Satu-satunya rumah makan Padang yang masih tersisa ia gunakan untuk berjualan masakan Padang sekaligus bumbu instan.
Kini, bisnis yang awalnya hanya menjadi sekoci itu menjadi kapal besarnya untuk mengarungi samudra pandemi. Dari hasil berjualan bumbu instan, Rohana bisa mendapat omzet paling sedikit Rp 8 juta per bulan. Uang itu ia pakai untuk kulakan, upah empat karyawannya, dan ditabung.
”Saat terpuruk, saya tidak langsung menyerah. Saya terus memutar otak bagaimana caranya supaya bisa mendapatkan uang. Akhirnya tercetuslah ide menjual bumbu instan itu karena dulunya saya terbiasa membuat bumbu instan untuk rumah makan saya. Awalnya, hanya dijual ke beberapa kenalan, lama-lama diseriusi terus berkembang,” katanya.
Kegigihan pelaku UMKM bertahan di tengah pandemi turut mengangkat perekonomian warga di sekitarnya. Berawal dari coba-coba menjual bawang goreng dan ayam ungkep, Kristin Elin Alfiah (42) bisa mengembangkan usaha. Elin yang memulai usaha dengan modal Rp 20.000 itu kini memiliki omzet sekitar Rp 2,3 juta per hari dan bisa mempekerjakan lima tetanganya.
”Karyawan saya rata-rata ibu rumah tangga. Sejak bekerja di tempat saya, mereka jadi mandiri, tidak bergantung pada penghasilan suaminya, malah membantu suami mencukupi kebutuhan keluarga,” ucap Elin yang merupakan warga Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, tersebut.
Selama pandemi, Elin lebih banyak memanfaatkan pemasaran secara daring. Melalui cara itu, ia bisa menjangkau pembeli-pembeli di luar kota, bahkan luar Pulau Jawa.
Elin berharap masyarakat bisa membantu pelaku UMKM dengan cara nglarisi dagangan mereka. Sebaliknya, pelaku UMKM yang bertahan di tengah pandemi juga diharapkan bisa mempekerjakan orang-orang di sekitarnya, terutama yang terdampak pandemi. Dengan begitu akan lebih banyak lagi masyarakat yang ekonominya selamat selama pandemi.
Baca juga: Terpuruk akibat Aturan Pembatasan, PKL Kota Tegal Kibarkan Bendera Putih
Di akun Instagramnya, beberapa hari lalu, Gubernur Ganjar Pranowo juga menyuarakan gerakan Ayo Jajan. Gerakan itu diharapkan membantu pedagang kecil yang napasnya terengah-engah di masa pandemi.
”Di sekitar Tembalang sana, ibu-ibu sudah dua hari, setiap saya lewat, tiduran terus di bangku panjang di depan dagangan sayurnya. Karena saya pakai masker, dia tidak tahu saya yang datang. Lalu saya beli dagangannya banyak sekali. Dia bingung,” ungkap Ganjar.
Kepada Ganjar, pedagang tersebut mengaku modalnya Rp 500.000 per hari. Namun, saat Ganjar datang, dagangannya masih lebih dari separuh. Dia mengaku prihatin dengan kondisi para pedagang tersebut.
”Makanya saya mengapresiasi gerakan Pak Sekda dan PNS Jateng dengan Ayo Jajan. Sudah, ayo kita jajan saja. Kita yang PNS, masih dapat gajian, yuk kita jajan dagangan mereka. Mau dimakan sendiri boleh, mau disumbangkan ke orang juga boleh. Tapi dibeli, agar mereka bisa hidup, agar mereka bisa mendapatkan rezeki,” kata Ganjar.
Di tengah masa susah, solidaritas diharapkan jadi tumpuan. Saling membantu memberi napas untuk menolong mereka yang kesulitan bertahan.