Selain persoalan ketersedian alat tes yang terbatas, sebagian warga Lampung yang bergejala Covid-19 tidak mau dites.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
KOMPAS/VINA OKTAVIA
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bandar Lampung memeriksa kendaraan dari luar daerah yang hendak masuk ke Bandar Lampung, Senin (3/5/2021).
LAMPUNG SELATAN, KOMPAS — Kemampuan tes Covid-19 di daerah yang menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM level 4 di Lampung masih terbatas. Selain persoalan ketersedian logistik, sebagian warga yang bergejala Covid-19 juga tidak mau dites.
Kepala Dinas Kesehatan Lampung Selatan Joniyansah mengatakan, saat ini, Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan hanya memiliki 19.000 buah alat tes cepat antigen Covid-19. ”Untuk testing pada kondisi PPKM level 4, hanya bisa 810 tes per hari,” kata Joniyansah saat dihubungi dari Lampung Selatan, Kamis (12/8/2021).
Jika mengacu pada target pengetesan, penelusuran, dan pengobatan (3T) Kementerian Kesehatan, jumlah tes yang dapat dilakukan pemerintah daerah masih sangat rendah. Dengan jumlah penduduk sekitar 1,03 juta, Lampung Selatan semestinya harus melakukan tes Covid-19 kepada 15.456 orang per minggu.
Joniyansah menjelaskan, pemerintah daerah memprioritaskan tes antigen untuk pemeriksaan kasus suspek dan kontak erat. Saat ini, alat tes antigen sudah didistribusikan ke 27 puskesmas yang tersebar di Lampung Selatan.
Kepala Puskesmas Natar, Lampung Selatan, Putra Kurniawan mengatakan, saat ini, tenaga surveilans di wilayahnya menggelar tes cepat massal di sejumlah desa yang diduga menjadi kluster penyebaran Covid-19. Kendati begitu, petugas hanya bisa mengetes 30 orang sesuai ketersediaan alat tes antigen Covid-19.
Selain itu, petugas juga melayani pemeriksaan usap antigen untuk warga yang berobat dengan gejala Covid-19. Jika reaktif dengan gejala ringan, warga disarankan untuk isolasi mandiri di rumahnya.
Masyarakat di berbagai desa menolak dites dengan alasan takut.
Kondisi rendahnya pengetesan Covid-19 selama masa PPKM darurat juga terjadi di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang Barat Majril mengatakan, pemerintah daerah melakukan tes Covid-19 terhadap 500-1.000 orang di Tulang Bawang Barat per minggu. Jumlah itu belum memenuhi target yang ditetapkan pemerintah pusat, yakni 4.158 orang per minggu.
Selain logistik, kata Majril, pemerintah daerah juga menghadapi penolakan dari warga yang menolak dites Covid-19. Masyarakat di berbagai desa menolak dites dengan alasan takut.
Petugas memasukkan sampel usap ke dalam tabung spesimen sebelum membawanya ke laboratorium untuk pemeriksaan reaksi berantai polimerase (PCR) di Manado, Sulawesi Utara, Selasa (27/7/2021). Selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat, sebanyak 4.413 sampel harus diambil di seluruh wilayah Sulut setiap hari untuk uji PCR ataupun tes cepat antigen.
Saat ini, pemerintah terus berupaya melakukan pendekatan kepada warga dengan melibatkan tokoh masyarakat. Selain itu, pemerintah juga berupaya memantau kondisi warga yang menjalani isolasi mandiri di rumahnya melalui satgas tingkat desa.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, pada Kamis tercatat 372 kasus baru Covid-19 di Lampung. Secara keseluruhan, kasus Covid-19 di Lampung mencapai 41.109 kasus. Adapun jumlah warga yang meninggal akibat Covid-19 sebanyak 2.887 orang atau 7,02 persen.
Tertinggi
Dari 15 kabupeten/kota di Lampung, Tulang Bawang Barat menjadi daerah dengan tingkat kematian akibat Covid-19 tertinggi di Lampung. Dari 950 warga yang positif Covid-19, sebanyak 139 warga meninggal akibat Covid-19 atau setara dengan 14,6 persen.
Terkait tingginya tingkat kematian di Tulang Bawang Barat, Majril menjelaskan, hal itu karena sebagian warga yang terpapar Covid-19 dibawa ke rumah sakit saat kondisinya sudah kritis. Sebagian pasien tersebut meninggal saat dirawat di rumah sakit di luar kabupaten.
Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Lampung Ismen Mukhtar menekankan, peningkatan kapasitas tes Covid-19 selama masa PPKM darurat sangat penting untuk memetakan laju penyebaran Covid-19 di masyarakat.
Tanpa adanya deteksi dini, dikhawatirkan banyak kasus Covid-19 yang tidak terdeteksi dan tidak dikarantina. Kondisi ini berbahaya karena dapat memicu kasus-kasus baru.
Menurut dia, jika kualitas pengetesan baik, data kasus harian Covid-19 di Lampung semestinya menunjukkan angka peningkatan. Hal itu karena surveilans menemukan banyak kasus yang telah terdeteksi. Setelah itu, jika perawatan berjalan baik, tren kasus Covid-19 akan menurun setelah 2-3 siklus masa inkubasi virus.
”PPKM tidak akan membuat kasus Covid-19 benar-benar terkendali. Pemerintah harus meningkatkan kapasitas tes Covid-19 dan melacak kontak erat melalui penyelidikan epidemiologi dengan mengandalkan surveilans di puskesmas selama masa PPKM,” kata Ismen.