Luncurkan Kredit bagi Pelaku ”Start up”, Bank Jateng Dorong Usaha Inovatif
Peluncuran produk kredit bagi para pelaku usaha rintisan itu diharapkan memacu kreativitas dan inovasi generasi muda melahirkan ide solutif bagi warga. Plafon maksimal dalam produk tersebut adalah Rp 25 juta.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Guna terus mendongkrak ekspansi kredit, Bank Jateng meluncurkan Kredit Mitra Jateng Startup Milenial, Kamis (12/8/2021), di Kota Semarang, Jawa Tengah. Produk bagi pelaku usaha rintisan tersebut diharapkan menumbuhkan semangat anak muda terus melahirkan ide-ide yang dibutuhkan seiring perkembangan zaman.
Peluncuran produk kredit bagi para pelaku usaha rintisan (start up) itu dilakukan di sela-sela webinar ”Prestasi di Tengah Pandemi”, dalam rangka peringatan Hari UMKM Nasional, juga menjelang HUT ke-76 RI. Dalam acara itu, juga diluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Jateng, yang tahun ini mendapat kuota Rp 4 triliun.
Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno, di Semarang, Kamis, mengatakan, pada 2021, Kredit Mitra Jateng (KMJ) Startup Milenial ditargetkan tersalur Rp 18 miliar pada 720 debitor dari kalangan anak muda.
Dengan plafon maksimal Rp 25 juta, bunga produk KMJ Startup Milenial dipatok 7 persen per tahun atau lebih kurang setara 0,27 persen flat. Apabila debitor mengangsur tepat waktu tiap bulan, akan dapat cashback (potongan) 5 persen di tahun pertama, 4 persen di tahun kedua, dan 3 persen di tahun ketiga.
Sejumlah syarat, antara lain, berusia minimal 21 tahun atau sudah menikah dan usia maksimal saat jatuh tempo adalah 45 tahun. Selain itu, sehat jasmani dan rohani serta tidak sedang tercatat dalam daftar hitam atau daftar kredit macet.
Bank Jateng membidik milenial karena cakupannya sangat luas. Itu termasuk para sarjana yang belum mendapat kerjaan, tetapi kemudian kembali ke desa sambil terus daya kreativitas. (Supriyatno)
”Dengan tingkat bunga yang sangat rendah, mudah-mudahan ini menjadi sinyal bagus bagi dunia usaha, khususnya di kalangan muda. Selama ini, yang mereka takutkan dari kredit itu, kan, bunganya yang tinggi. Kalangan muda ini sangat potensial untuk terus berkembang. Ini yang coba kami ungkit,” kata Supriyatno.
Ia menambahkan, Bank Jateng membidik milenial karena cakupannya sangat luas. Itu termasuk para sarjana yang belum mendapat pekerjaan, tetapi kemudian kembali ke desa sambil terus daya kreativitas. Hal itu penting untuk mendorong para anak muda untuk terus bergerak untuk menjawab tantangan zaman.
Supriyatno menekankan, produk itu bukan ditujukan untuk menambah pendapatan Bank Jateng. ”Program ini mengakumulasi usaha-usaha agar generasi muda ini bergerak. Ide-ide cemerlang mereka lebih baik dioptimalkan. Sebab, kalau tak dapatkan ide-ide itu, masa depan akan hilang,” lanjutnya.
Dalam webinar tersebut, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menambahkan, kreativitas menjadi salah satu kunci meningkatkan skala bisnis UMKM, termasuk para anak muda. Untuk itu, ia terus mendorong pelatihan pengemasan produk dengan lebih modern serta menarik sehingga mudah dilirik calon pembeli. Harga jual pun bisa meningkat.
Menurut Ganjar, saat ini ada sejumlah pelaku usaha makanan dengan pengemasan unik, seperti abon kelapa yang dikemas dalam kaleng, biskuit lele asap, hingga sate ambal khas Kebumen dalam kemasan. ”Dengan menaikkan (nilai) produk UMKM, akan ada banyak peluang,” kata Ganjar.
Adapun pada akhir Juni 2021, penyaluran kredit Bank Jateng mencapai Rp 51,89 triliun atau tumbuh 4,88 persen secara tahunan. Angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan kredit perbankan nasional sebesar 0,59 persen.
Supriyatno menjelaskan, peningkatan kredit Bank Jateng ditopang pertumbuhan kredit UMKM, yakni 12,40 persen secara tahunan. Porsi kredit UMKM lebih dari 22 persen dari total kredit Bank Jateng. Adapun kredit konsumen tumbuh 4,42 persen. Sementara kredit segmen korporasi dibatasi sebagai upaya mitigasi risiko kredit.
Pertumbuhan ekonomi
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jateng, ekonomi Jateng pada triwulan II-2021 tumbuh 5,66 persen secara tahunan. Namun, pertumbuhan tersebut menggunakan basis pembanding kontraksi ekonomi pada triwulan II-2020 yang minus 5,91 persen.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi triwulan II (April-Juni) 2021 belum meliputi dampak dari ledakan kasus Covid-19 yang diikuti PPKM darurat sejak 3 Juli, hingga diperpanjang dengan PPKM level 1-4. Bahkan, pada Senin (9/8/2021) malam, pemerintah pusat resmi memperpanjang PPKM di Jawa-Bali hingga 16 Agustus.
Kendati sektor pertanian mencapai 13,58 persen (share), atau ketiga tertinggi pada struktur produk domestik regional bruto (PDRB) Jateng menurut lapangan usaha triwulan II-2021, pertumbuhannya minus 5,81 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga memegang posisi tertinggi dalam struktur PDRB dengan 60,83 persen.
Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 3 Jateng dan DIY Indra Yuheri menuturkan, hal tersebut sudah menjadi sesuatu yang bagus. Namun, pertanian sebenarnya diharapkan tumbuh.
”Sayangnya pertanian Jateng di masa pandemi ini share tinggi, tetapi tak alami pertumbuhan. Jadi, memang masih perlu peningkatan di beberapa subsektor. Sementara konsumsi sudah bagus. Dengan adanya gerakan jajan (libatkan ASN dan berbagain instansi) serta Lapak Ganjar (promosi produk UMKM), konsumsi tumbuh,” ucapnya.
Adapun pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa pada triwulan II-2021 dipimpin oleh DI Yogyakarta dengan 11,81 persen, diikuti DKI Jakarta (10,91 persen), Banten (8,95 persen), Jawa Timur (7,05 persen), dan Jawa Barat (6,13 persen). Sementara Jateng terakhir dengan 5,66 persen.