Petani Bunga di Batu Semakin Percaya Diri Andalkan Penjualan Daring
Selain menjajakan bunga dan tanaman hias secara langsung, petani di Batu ternyata memanfaatkan pola daring. Berbekal kreativfitas, mereka terus mengukir pasar meski di tengah pandemi.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS — Sebagian petani bunga dan tanaman hias di Kota Batu, Jawa Timur, mulai memanfaatkan sistem dalam jaringan untuk menembus pasar dalam dan luar negeri. Cara ini dinilai efektif menjangkau pasar lebih besar terutama saat pandemi.
Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso, Rabu (11/8/2021), mengatakan, aktivitas jual-beli bunga dan tanaman hias tetep bisa berjalan dengan lancar dengan pola daring. Pola ini menjadi solusi di tengah penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
”Sebelum PPKM, banyak wisatawan dan pengunjung datang membeli bunga dan tanaman hias. Hanya saja, setelahnya pembelian berkurang karena mobilitas masyarakat terbatas,” katanya.
Menurut Punjul, semua bidang kehidupan saat ini terimbas pandemi. Oleh karena itu, dibutuhkan adaptasi dari semua pihak untuk bisa melewatinya. Sejauh ini, Pemkot Batu telah menjalin kerja sama dengan sejumlah lokapasar. Di dalamnya adausaha membantu pemasaran usaha mikro kecil dan menengah.
Diakui dia, permintaan bunga dan tanaman hias tidak sebesar permintaan terhadap kebutuhan pokok, seperti beras sehingga daya serapnya juga tidak bisa terlalu besar. Sementara di sisi lain produksi melimpah karena jumlah petani bunga banyak.
”Di Jalan Patimura, Kelurahan Sisir, ada kokodema yang sudah menembus pasar ekspor. Di Desa Dadaprejo, ada petani anggrek yang berhasil. Anggreknya ada yang disewakan sampai ke Pemkot Batu. Nanti, saat bunga bisa ditukar dengan yang lain bila mulai layu. Kuncinya ada pada kreativitas,” katanya.
Dwi Lili Indayani, petani tanaman hias di Batu, mengatakan, pemasaran konvensional turun drastis selama pandemi. Kini, dia mengandalkan metode daring untuk pola pemasarannya.
”Yang 2021, penjualan banyak di pameran di Surabaya, sebelum PPKM. Sisanya, melalui Whatsapp, Instagram, dan marketplace,” ujarnya.
Lili mengembangkan tanaman hias di bawah bendera CV Bunga Melati. Ada beberapa produk yang ia kembangkan, yakni landscape dan gardening, creative cocodema, creative terrarium, creative urban garden, dan fragantia florist. Produksi bunga milik Lili kini telah menjangkau sejumlah kota di Tanah Air.
Salah satu andalannya adalah kokodema, seni merawat tanaman hias tanpa pot. Jika di negara asalnya, Jepang, media tanamnya menggunakan lumut, Lili memanfaatkan sabut kelapa.
”Sejak tahun 2016, mulai merintis penjualan daring. Tahun 2018, mulai ekspor kokodema hingga Malaysia, Korea, Amerika, dan Turki,” ucapnya.
Tahun 2020, aktivitas ekspor pernah terhenti meski pameran di luar negeri tetap berjalan. ”Penyelenggaranya adalah kedutaan besar di negara yang bersangkutan. Saya kirim barang dari sini,” ujarnya yang juga Direktur Badan Usaha Milik Desa Mal Bunga Desa Sidomulyo itu.
Mal Bunga Sidomulyo berdiri di tanah khas desa seluas 20 hektar itu diresmikan pertengahan Juni lalu. Di dalamnya terdapat 200 petak yang disewa petani dengan beragam bunga, tanaman hias, herbal, dan sayur.
Di mal ini, petani dan konsumen bisa berinteraksi langsung. Sebagai alat pembayaran, mereka difasilitasi Quick Respone Code Indonesian Standard (QRIS). ”Konsepnya one stop shoping plant. Jadi, sekali datang, pembeli bisa mendapatkan berbagai bunga dan lainnya,” ujarnya.