Merapi Kembali Erupsi, Hujan Abu hingga Temanggung
Gunung Merapi kembali mengalami erupsi dengan mengeluarkan dua kali awan panas guguran pada Selasa (10/8/2021) pagi. Setelah munculnya awan panas tersebut, terjadi hujan abu di Kabupaten Magelang dan Temanggung, Jateng.
Oleh
HARIS FIRDAUS/REGINA RUKMORINI
·6 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah kembali mengalami erupsi dengan mengeluarkan dua kali awan panas guguran pada Selasa (10/8/2021) pagi. Setelah munculnya awan panas tersebut, terjadi hujan abu di Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Meski begitu, status Merapi masih tetap Siaga atau Level III.
Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Selasa pukul 05.58, terjadi awan panas guguran di Gunung Merapi dengan amplitudo 45 milimeter serta durasi 214 detik. Awan panas itu memiliki jarak luncur sejauh 3 kilometer ke arah barat daya.
Kurang dari satu jam kemudian atau pada pukul 06.43, Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran dengan amplitudo 36 mm dan durasi 161 detik. Awan panas kedua itu memiliki jarak luncur yang lebih pendek dibandingkan awan panas sebelumnya, yakni sejauh 2,5 km ke arah barat daya.
Selama beberapa hari sebelumnya, Gunung Merapi juga telah beberapa kali mengeluarkan awan panas guguran. Pada Senin (9/8/2021), BPPTKG mencatat terjadi tiga kali awan panas guguran di Merapi. Sementara itu, pada Minggu (8/8/2021), Gunung Merapi tercatat mengalami sepuluh kali awan panas guguran.
Selain itu, Gunung Merapi juga tercatat mengeluarkan dua kali awan panas guguran pada Sabtu (7/8/2021), tiga kali awan panas guguran pada Jumat (6/8/2021), enam kali awan panas guguran pada Kamis (5/8/2021), serta satu kali awan panas guguran pada Rabu (4/8/2021).
Setelah terjadinya awan panas pada Selasa pagi, hujan abu dilaporkan terjadi di sejumlah wilayah. Beberapa wilayah yang melaporkan terjadinya hujan abu itu antara lain Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Muzamil mengatakan, hingga pukul 09.00, hujan abu dilaporkan turun di sembilan desa di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Dukun, Sawangan, Grabag, dan Pakis. ”Dimungkinkan jumlah daerah yang terdampak hujan masih bertambah karena sampai sekarang angin di sekitar kawasan Merapi masih bertiup kencang,” ujarnya.
Setelah terjadinya hujan abu itu, Muzamil mengatakan, BPBD Kabupaten Magelang tidak membagikan masker kepada masyarakat. Hal ini karena stok masker masih tersedia di kantor kecamatan, sementara setiap warga juga sudah memiliki stok masker di rumah untuk pencegahan penularan Covid-19.
Muzamil menyebut, sampai saat ini belum ada perkembangan aktivitas vulkanik di Gunung Merapi yang membahayakan warga. Namun, seluruh masyarakat yang tinggal di lereng Merapi diminta untuk tetap meningkatkan kewaspadaannya.
Mengotori tanaman
Di Dusun Babadan II, Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, hujan abu turun pada Selasa sejak pukul 07.30. Menurut salah seorang warga Dusun Babadan II, Zukini (30), hujan abu dari Gunung Merapi itu berlangsung selama sekitar setengah jam.
Meskipun tak setebal hujan abu pada Minggu lalu, hujan abu yang turun pada Selasa pagi tadi dinilai cukup mengganggu aktivitas masyarakat. ”Karena abu mengganggu pernapasan dan pandangan, untuk beraktivitas di luar rumah semua warga menggunakan masker dan terkadang juga ditambahkan kacamata,” ujar Zukini.
Sekalipun dalam situasi pandemi, warga yang beraktivitas di lahan pertanian di Dusun Babadan II terkadang tidak menggunakan masker. Namun, setelah hujan abu turun, warga yang beraktivitas di luar rumah pun menggunakan masker dan kain seadanya untuk menutup hidung dan mulut.
Zukini mengatakan, hujan abu yang sudah dua kali terjadi beberapa hari terakhir ini cukup mencemaskan warga. Hal ini karena abu yang turun itu mengotori tanaman tembakau milik warga yang bulan ini siap dipanen.
”Jika dijual dalam kondisi kotor, daun tembakau biasanya tidak laku terjual,” ujar Zukini. Oleh karena itu, dia pun berharap, dalam waktu dekat segera turun hujan deras yang bisa membersihkan abu yang menempel di tanaman tembakau milik warga.
Zukini menambahkan, sebelum terjadinya hujan abu pada Selasa pagi, warga Dusun Babadan II mendengar suara yang cukup keras dari arah Gunung Merapi. Namun, karena sudah terbiasa mendengar suara semacam itu, warga dusun yang berjarak sekitar 4,5 km dari puncak Gunung Merapi tersebut tidak panik.
Karena abu mengganggu pernapasan dan pandangan, untuk beraktivitas di luar rumah semua warga menggunakan masker dan terkadang juga ditambahkan kacamata.
Hujan abu juga dilaporkan terjadi di obyek wisata Ketep Pass, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Hujan abu yang turun itu pun mengotori jalan, gedung, dan tanaman yang ada di obyek wisata tersebut.
”Dibandingkan hari Minggu kemarin, abu sekarang lebih tebal dan merata,” ujar Kepala Bagian Pemasaran dan Promosi Ketep Pass Edwar Alfian.
Sementara itu, di Kabupaten Temanggung juga dilaporkan terjadi hujan abu akibat aktivitas vulkanik Gunung Merapi. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Temanggung Totok Nur Setyanto mengatakan, hujan abu Merapi terjadi di Kecamatan Pringsurat, Kecamatan Kranggan, dan di sebagian wilayah Kecamatan Temanggung. ”Di tiga kecamatan tersebut dilaporkan terjadi hujan abu tipis,” ujarnya.
Peningkatan aktivitas
Sebelumnya, Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyatakan, peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi sudah terjadi sejak pertengahan April 2021. Kenaikan aktivitas itu ditandai dengan adanya gempa vulkanik dangkal dan gempa fase banyak. ”Ini berarti ada indikasi adanya suplai magma yang menuju ke permukaan,” katanya.
Hanik memaparkan, peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Merapi juga terlihat dari deformasi atau perubahan bentuk tubuh gunung api. Deformasi teramati dari adanya pemendekan jarak tunjam berdasarkan pengukuran jarak elektronik (electronic distance measurement/EDM) dari pos pemantauan Merapi di wilayah Babadan, Kabupaten Magelang.
Pemendekan jarak tunjam itu menunjukkan terjadinya deformasi berupa penggembungan atau inflasi di tubuh Gunung Merapi. Semakin besar pemendekan jarak, semakin besar pula penggembungan yang terjadi. Inflasi atau penggembungan itu menjadi indikasi adanya magma yang menuju ke permukaan.
Berdasarkan data BPPTKG, pada periode 16-22 Juli 2021, laju pemendekan jarak tunjam yang dipantau dengan EDM dari pos Babadan sebesar 7 sentimeter per hari. Namun, pada 30 Juli-5 Agustus 2021, laju pemendekan jarak tunjam itu meningkat menjadi 12 cm per hari. ”Kenapa kami bilang ini ada proses magma ke permukaan karena dari EDM kelihatan,” ujar Hanik.
Hanik menambahkan, berdasarkan sejumlah indikator yang ada sekarang, Gunung Merapi masih berpotensi mengeluarkan awan panas ke depan. Meski begitu, BPPTKG belum mengubah status Merapi sehingga status gunung api itu masih Siaga (Level III) sejak 5 November 2020.
BPPTKG juga belum mengubah radius bahaya yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini karena jarak luncur awan panas yang dikeluarkan Gunung Merapi belum melebihi radius bahaya yang ditetapkan BPPTKG.
Menurut BPPTKG, potensi bahaya erupsi Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara-barat daya, yakni sejauh maksimal 3 km ke arah Sungai Woro serta sejauh 5 km ke arah Sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih. Selain itu, potensi bahaya lainnya berupa lontaran material vulkanik bila terjadi erupsi eksplosif yang dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.