Ekonomi Jateng Tumbuhkan Optimisme, tetapi Jangan Euforia
Ekonomi Jateng tumbuh 5,66 persen pada triwulan II-2021 dibandingkan triwulan II-2020. Angka itu memunculkan harapan, tetapi sebenarnya terdapat efek basis perbandingan yang sangat rendah, yakni minus 5,91 persen.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan II-2021 sebesar 5,66 persen telah menumbuhkan optimisme, tetapi semua pihak diminta tidak menyikapi dengan euforia. Hal ini karena perhitungan pertumbuhan ekonomi itu menggunakan basis pembanding kontraksi ekonomi pada triwulan II-2020. Efek PPKM darurat sejak 3 Juli 2021 juga belum masuk dalam perhitungan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jateng, pertumbuhan 5,66 persen itu dibandingkan triwulan II-2020 yang minus 5,91 persen. Ekonomi Jateng juga tumbuh 1,03 persen dibandingkan triwulan I-2021. Pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebanyak 85,43 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, komponen kenaikan tertinggi pada ekspor dengan 34,43 persen.
Namun, pertumbuhan ekonomi triwulan II (April-Juni)-2021 belum meliputi dampak dari ledakan kasus Covid-19 yang diikuti PPKM darurat sejak 3 Juli, yang kemudian diperpanjang dengan PPKM level 1-4. Bahkan, pada Senin (9/8/2021) malam, pemerintah pusat resmi memperpanjang PPKM di Jawa-Bali hingga 16 Agustus.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, Yozi Aulia Rahman, Selasa (10/8/2021), mengatakan, pada triwulan II-2021, sejumlah sektor memang tumbuh. Bagaimanapun, hal itu membawa optimisme.
”Ada harapan perekonomian akan pulih. Setidaknya (saat ini) sudah keluar dari resesi. Namun, memang ada low base effect (efek basis rendah) karena basis perhitungannya dari kuartal II-2020 yang rendah sekali sehingga (5,66 persen) terlihat tinggi. Selain itu, perhitungan belum mencakup masa PPKM darurat sehingga harus hati-hati dan jangan euforia,” kata Yozi.
Yozi menambahkan, tak dimungkiri, PPKM darurat dan level yang telah berlangsung lebih dari sebulan sejak 3 Juli, dan diperpanjang lagi hingga 16 Agustus 2021, memberi dampak luar biasa pada perekonomian. Pertumbuhan ekonomi triwulan III-2021 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan triwulan II-2021, tetapi tidak akan serendah pada 2020.
Beda dengan pembatasan kegiatan 2020 yang masih belum ada vaksin, kali ini vaksinasi membuat aktivitas tetap berjalan. ”Yang menjadi game changer (pendobrak) memang vaksin. Itu mesti dipacu. Perdagangan daring juga harus dioptimalkan. Para pelaku bisnis pun berdaptasi, tetapi juga perlu diperhatikan dan diberi insentif,” ujarnya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mensyukuri pertumbuhan ekonomi Jateng yang mencapai 5,66 persen. Itu tak terlepas dari pengeluaran konsumsi pemerintah yang terus digenjot. Menurut data BPS Jateng, dalam pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) dibandingkan triwulan I-2021, pengeluaran konsumsi pemerintah paling berkontribusi, yakni 31,45 persen.
Yang menjadi game changer (pendobrak) memang vaksin. Itu mesti dipacu.
Namun, sejumlah hal juga harus terus dicermati dan diperhatikan guna terus menumbuhkan perekonomian. ”Angka-angka ini mesti kami siapkan betul. Bahwa masih banyak juga yang kena PHK dan serapan tenaga kerjanya belum terlalu signifikan. Tapi alhamdulillah, posisi itu sudah mulai membaik,” katanya.
Belanja di masyarakat
Ekonomi di masyarakat, kata Ganjar, juga sudah mulai menggeliat. Hal itu didorong gerakan belanja di masyarakat yang melibatkan organisasi perangkat daerah (OPD) di Pemprov Jateng, pemkab/pemkot, serta BUMN dan BUMD.
”Kabupaten/kota juga sudah banyak yang jajan. Beli punya masyarakat sehingga ekonomi masyarakat bergulir. Saya berterima kasih karena sekecil apa pun kawan-kawan telah berkontribusi pada hal ini,” kata Ganjar.
Sebelumnya, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jateng Sakina Rosellasari menuturkan, pandemi Covid-19 menyebabkan tingkat pengangguran terbuka fluktuatif. Apabila sebelum pandemi Covid-19 jumlah pengangguran sekitar 800.000 orang, tahun 2020 meningkat menjadi 1,2 juta orang, dan pada triwulan I-2021 turun menjadi 1,1 juta orang.
”Padat karya banyak terkendala, tetapi di sisi lain banyak yang kebanjiran order. Mana kala perusahaan di luar negeri, seperti Malaysia, Vietnam, dan India, lockdown, kita masih beroperasi. Kita di sini ada PPKM, tetapi menyesuaikan regulasi, entah itu kritikal, esensial, hingga penambahan shift agar tetap produktif,” ujar Sakina dalam rilis Pemprov Jateng, Jumat (6/8/2021).
Oleh karena itu, Sakina mengajak warga Jateng mengakses E-Makaryo, aplikasi berbasis web hasil pengembangan dari bursa kerja daring. Pada aplikasi tersebut, tersedia ribuan lowongan kerja untuk jenjang SD hingga sarjana.