Ketimpangan Vaksinasi di Jabar Mengganjal ”Herd Immunity”
Kesenjangan vaksinasi masih terjadi di daerah-daerah di Jawa Barat. Penataan dan distribusi vaksin harus diperbaiki apabila ingin segera mencapai kekebalan kelompok.
Upaya mengejar target vaksinasi Covid-19 di Jawa Barat berjalan timpang. Cakupannya tinggi di sejumlah kota, tetapi rendah di beberapa kabupaten di pesisir selatan yang termasuk kantong kemiskinan. Ketimpangan ini menjadi ganjalan sekaligus tantangan krusial dalam mewujudkan kekebalan kelompok (herd immunity).
Ribuan orang ”menyerbu” kompleks olahraga Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Jumat (6/8/2021). Mereka duduk di kursi yang disusun berjarak 1,5 meter menunggu giliran disuntik vaksin Covid-19.
Sentra vaksinasi yang digelar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar itu ditargetkan menyasar 2.000 orang per hari. Kegiatan serupa juga diadakan di Kabupaten Bekasi, Karawang, Garut, Bogor, dan Kota Cimahi.
Sejak 1,5 bulan terakhir, Jabar menggencarkan vaksinasi massal. Stadion, lapangan, gelanggang olahraga, dan gedung pertemuan difungsikan sebagai tempat penyuntikan vaksin.
Berbagai pihak dilibatkan. Pemerintah daerah berkolaborasi dengan TNI, Polri, perguruan tinggi, pelaku usaha, dan organisasi keagamaan untuk memperluas cakupan vaksinasi.
Populasi sekitar 50 juta jiwa menjadi tantangan utama Jabar dalam mengendalikan pandemi. Target sasaran vaksinasi di provinsi itu mencapai 37,9 juta orang sehingga menjadi yang tertinggi se-Indonesia.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil atau biasa disapa Emil mengatakan, kemampuan infrastruktur kesehatan pemerintah hanya sanggup melayani 60 persen dari target tersebut. ”Untuk 40 persen sisanya diharapkan datang dari infrastruktur nonpemerintah. Makanya kami mengundang semua pihak untuk berlomba-lomba menjadi panitia vaksinasi,” ujarnya.
Dengan vaksinasi massal, kapasitas penyuntikan harian pun naik. Dari sekitar 50.000 dosis per hari pada April menjadi 140.000-an dosis per hari. Persentase vaksinasi di sejumlah daerah ikut terdongkrak.
Hingga Selasa (3/8/2021), terdapat lima daerah dengan capaian vaksinasi dosis pertama di atas 35 persen. Kelima daerah itu adalah Kota Bandung sebesar 45,57 persen, Kota Sukabumi (41,41 persen), Kota Cimahi (40,02 persen), Kota Cirebon (38,81 persen), dan Kota Bogor (35,98 persen).
Akan tetapi, cakupan vaksinasi tersebut belum merata. Di beberapa kabupaten yang termasuk daerah dengan persentase kemiskinan tertinggi di Jabar, capaian vaksinasi (dosis pertama) justru di bawah 10 persen.
Faktor geografis memengaruhi mobilitas vaksinasi. Oleh sebab itu, sembilan dari 10 daerah dengan persentase vaksinasi tertinggi di Jabar merupakan wilayah kota. (Ridwan Kamil)
Di Kabupaten Tasikmalaya, misalnya, capaian vaksinasi baru 7,89 persen sehingga menjadi yang terendah di antara 27 kabupaten/kota.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, penduduk miskin di daerah itu pada 2020 sebesar 10,34 persen, lebih tinggi dari rata-rata provinsi, yaitu 7,88 persen. Sementara tingkat vaksinasi di Kabupaten Cianjur masih 9,17 persen. Penduduk miksin di daerah itu 10,36 persen.
Menurut Emil, faktor geografis memengaruhi mobilitas vaksinasi. Oleh sebab itu, sembilan dari 10 daerah dengan persentase vaksinasi tertinggi di Jabar merupakan wilayah kota.
”Sementara kabupaten-kabupaten yang mempunyai banyak kampung, daerah pedalaman, gunung, serta penduduknya tidak memadat di wilayah aglomerasi, mobilitasnya relatif lebih sulit,” jelasnya.
Terbatasnya distribusi vaksin turut mengganjal upaya memangkas disparitas capaian vaksinasi. Apalagi, jatah vaksin untuk kabupaten/kota tidak diatur oleh provinsi, melainkan langsung ditentukan pemerintah pusat.
Baca juga : Capaian Masih 17 Persen, Jabar Gencarkan Sentra Vaksinasi
Emil mengusulkan pengalokasian vaksin diserahkan ke provinsi. Hal ini dibutuhkan agar proporsi distribusi vaksin ditentukan berdasarkan pertimbangan epidemiologi, seperti tingginya tingkat penularan dan kecepatan vaksinasi di daerah.
Dengan begitu, pihaknya bisa mengalihkan vaksin ke wilayah yang dianggap lebih membutuhkan karena tingkat penularan virus dan kemampuan untuk melaksanakan vaksinasi lebih tinggi.
”Jadi, kami mengusulkan agar alokasi vaksin diserahkan kepada provinsi. Kalau selama ini, ibaratnya jadi tukang pos. Menerima vaksin, kemudian menyalurkannya sesuai daftar alokasi (yang telah ditentukan pusat),” ujarnya.
Alokasi vaksin dari Kementerian Kesehatan pun dinilai belum sepenuhya akurat. Ia mencontohkan, di lima daerah, vaksin yang dialokasikan untuk tujuh hari sudah habis dipakai kurang dari lima hari. Kelima daerah itu adalah Kota Sukabumi, Cimahi, Banjar, Tasikmalaya, dan Kabupaten Pangandaran.
”Sementara ada juga daerah yang (alokasi vaksin) belum habis dalam satu bulan. Kami minta supaya provinsi yang mengatur berdasarkan kecepatan (vaksinasi) dan analisis evaluas kami,” ucapnya.
Usulan itu bukannya tanpa alasan. Tujuh bulan berjalan, pencapaian vaksinasi Covid-19 di Jabar masih jauh dari target. Dari total 37,9 juta sasaran, hingga Minggu (8/8/2021), baru 6,56 juta orang atau 17,3 persen yang menerima vaksin dosis pertama dan 3,18 juta orang atau 8,4 persen divaksin dosis kedua.
Menurut Emil, untuk mengejar target vaksinasi selesai pada 31 Desember, Jabar memerlukan 76 juta dosis vaksin. ”Apakah barangnya (vaksin) ada? Itu sebuah pertanyaan yang tidak bisa saya jawab karena kewenangan ada di pemerintah pusat,” ujarnya.
Baca juga : Vaksin Terbatas, Pemkot Cirebon Targetkan 5.000 Suntikan Per Hari
Sejumlah skenario disiapkan jika kebutuhan vaksin itu terpenuhi. Mulai dari mengoptimalkan kapasitas penyuntikan di faskes, mengoperasikan mobil vaksinasi untuk menjangkau warga di pelosok desa, hingga memperbanyak sentra vaksinasi.
”Tantangan selanjutnya adalah ketersediaan SDM (sumber daya manusia). Kami sedang mencari vaksinator, administrator, dan petugas lainnya sebanyak 22.000 orang. Ini mesti disiapkan agar bisa mengejar target,” ucapnya.
Upaya memacu capaian dan memangkas ketimpangan vaksinasi sangat krusial di tengah pandemi yang belum sepenuhnya terkendali. Sebab, vaksinasi ibarat benteng pertahanan untuk memperkecil potensi tertular Covid-19.
Apalagi, cakupan vaksinasi dianggap berkorelasi dengan tingkat fatalitas. ”Kota Bandung dan Kota Cirebon, cakupan vaksinasinya tertinggi, jumlah kasus kematian terendah. Sementara Kabupaten Karawang, Tasikmalaya, Garut, dan Indramayu, cakupan vaksinasinya rendah, jumlah kasus kematian tertinggi,” jelasnya.
Emil menyebutkan, terdapat korelasi antara kasus kematian akibat Covid-19 dan vaksinasi (dosis pertama). Daerah dengan capaian vaksinasi tinggi cenderung memiliki tingkat kematian rendah.
Kota Bandung, Kota Cirebon, dan Kota Cimahi, misalnya, capaian vaksinasinya sudah di atas 35 persen. Tingkat kematian ketiga daerah itu di bawah 1,5 persen.
Sementara daerah dengan vaksinasi di bawah 15 persen, seperti Kabupaten Tasikmalaya, Garut, Indramayu, dan Purwakarta, memiliki tingkat kematian di atas 3 persen. Angka itu dua kali lipat dibandingkan rata-rata provinsi sekitar 1,6 persen.
Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Jabar Daud Achmad mengatakan, masih berupaya mempercepat dan memperluas cakupan vaksinasi. Salah satunya dengan mengoperasikan tujuh sentra vaksinasi.
”Sentra vaksinasi BPBD akan berlangsung selama dua bulan. Target di setiap tempat mencapai 56.000 orang,” ujarnya.
Selain kecukupan stok vaksin, kolaborasi menjadi kunci untuk mempercepat laju vaksinasi. Peran tokoh agama dan masyarakat sangat diperlukan untuk menggaet lebih banyak sasaran.
Ketua Forum Guru Besar Muhammadiyah Jabar Mahmud Syafei menuturkan, vaksinasi massal merupakan keinginan secara kolaboratif untuk mengatasi pandemi. Di tengah pandemi yang belum terkendali, vaksinasi sangat dibutuhkan demi mengurangi potensi tertular Covid-19.
”Angka penularan saat ini masih tinggi. Oleh karena itu, vaksinasi adalah keniscayaan karena kita masih dalam situasi pandemi,” ujarnya saat menghadiri penyuntikan vaksin kepada 1.500 orang di Markas Polda Jabar, Jumat (6/8/2021).
Penambahan kasus Covid-19 dan keterisian tempat tidur (BOR) di Jabar kini tidak tercatat sebesar sebelumnya. Itu bisa jadi semangat untuk terus mewaspadai hal tidak diinginkan.
Namun, tanpa perluasan cakupan dan pemerataan vaksinasi, momentum itu terancam hilang akibat kerentanan daya tahan tubuh masyarakat menangkal virus korona sehingga berpotensi memicu gelombang penularan berikutnya.
Baca juga : Vaksinasi Covid-19 Kota Bandung Hampir Separuh dari Target