Solidaritas Warga Banyuwangi Tumbuh di Tengah Pandemi
Aksi solidaritas warga bertumbuh di masa pandemi Covid-19. Aksi sosial ini menjadi modal untuk selamat di masa pandemi.
Oleh
SIWI YUNITA CAHYANINGRUM
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Dalam kondisi sulit, solidaritas sosial bermunculan di Banyuwangi. Gerakan ini berkembang kian luas. Sebagian gerakan solidaritas itu bahkan dilakukan oleh warga yang ikut terdampak pandemi.
Salah satu gerakan solidaritas yang muncul adalah Tonggo Aron. Gerakan ini diinisiasi warga Banyuwangi dari berbagai profesi dan rentang usia berbeda. Mereka awalnya bergerak membagi-bagikan makanan bagi warga yang harus isolasi mandiri. Dari titik itu, gerakan meluas karena banyak donatur yang turut bergabung. Bahkan kini melayani telemedicine bagi warga yang kesulitan berobat.
”Meluasnya gerakan berawal dari warga yang kami bantu yang berbalik membantu kami menjadi donatur. Keluarga dokter yang isolasi mandiri, misalnya, saat sembuh mereka membantu dana, bahkan mau memberikan layanan telemedicine,” kata Sulistyani (50), salah satu inisiator Tonggo Aron.
Ada pula pedagang buah yang menyumbangkan buah-buahannya untuk didonasikan. Adapun anak muda turut bergabung mengantar paket isoman. Mereka sebelumnya terinfeksi Covid-19 dan kesulitan mengakses makanan serta obat-obatan dari luar.
Gerakan semangat solidaritas warga juga tumbuh di komunitas pelukis, Artos Kembang Langit. Komunitas ini menyediakan lapak berbagai kebutuhan pokok warga untuk diambil secara gratis oleh mereka yang membutuhkan.
Meluasnya gerakan berawal dari warga yang kami bantu yang berbalik membantu kami menjadi donatur.
Mereka menamainya sebagai Lapak Berbagi Teman Peduli Sesama (Lapak TPS). Bantuan yang diberikan bisa bermacam-macam, mulai aneka sayuran, sembako, hingga nasi bungkus.
”Siapa pun boleh menaruh sedekahnya di Lapak TPS ini. Dan siapa pun yang membutuhkan, silakan mengambil apa yang ada di sini. Gratis,” kata Imam Maskun, Ketua Komunitas Artos Kembang Langit.
Imam menyebut, ada empat Lapak Berbagai (TPS) yang tersedia. Keempat TPS tersebut diletakkan di depan Kantor Disbudpar, Kantor Kecamatan Banyuwangi, Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga, serta areal masjid Jami’ Rogojampi.
”Sebenarnya semua ikut terdampak. Termasuk para pelaku seni pun juga terdampak. Namun, kami yakin masih banyak orang yang mampu (ekonominya) dan memiliki jiwa solidaritas tinggi. Makanya, kami sepakat membuat TPS ini untuk mengajak warga saling berbagi,” urai Imam.
Gerakan sosial lain yang tumbuh adalah Gerakan Melawan Korona. Gerakan ini memanfaatkan lingkar pertemanan dari lintas profesi. Ira Rachmawati, salah satu inisiator, mengatakan, ia membagikan paket masker, herbal, dan vitamin bagi warga yang rentan kena Covid-19, di antaranya ojek online, ojek pangkalan, hingga pengemudi becak.
Ira mengatakan, pandemi Covid-19 memang memukul warga. Ia menemukan banyak warga yang sudah terimpit secara ekonomi kini kian tertekan. ”Ojek dan pengemudi becak ini rentan sekali terpapar Covid-19, karena itu kami fokus ke mereka agar mereka bisa terhindar dari Covid-19.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga membuat ”Hari Belanja ke Pasar Rakyat dan UMKM” untuk menggerakkan ekonomi warga di tengah pandemi Covid-19. Hasil belanja juga diberikan kepada warga yang membutuhkan.
Hari Belanja ke Pasar Rakyat dan UMKM sudah mulai digelar sejak April. Setiap bulan, temanya berubah. Ada yang menyasar khusus usaha milik purnamigran, perempuan kepala keluarga, dan sebagainya. Pada 7 Juli, hasil gerakan ini berupa 51 ton beras. Beras ini didonasikan kepada warga yang membutuhkan.
Pada bulan ini, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani memfokuskan belanja bahan sembako di pasar dan warung terdekat. ”Mengingat pemberlakuan PPKM yang diperpanjang hingga hari ini, ASN, BUMN, BUMD, dan berbagai elemen masyarakat kami gerakkan untuk berbelanja di pasar maupun warung atau UMKM sekitar rumah,” ungkap Ipuk.
Program ini disambut positif oleh warga. Salah satunya John Safri. Dia senang karena bisa mendapat sayuran dan sarapan gratis. ”Alhamdulillah, bisa mengurangi uang belanja. Tadi saya mengambil seikat terong dan nasi bungkus,” kata John, yang sehari-hari bekerja sebagai pengendara ojek online.
John mengatakan, selama masa PPKM darurat penghasilannya turun drastis. ”Biasanya yang rame malam hari. Karena PPKM, sekarang jam delapan kan harus sudah di rumah, jadi penghasilan saya berkurang drastis. Alhamdulillah ada program TPS ini,” kata John.
Hal serupa juga diungkapkan Nuryadi (53), seorang penarik becak. ”Bersyukur banget. Tiap hari bisa mengambil sayuran gratis di TPS. Jadi lebih hemat. Soalnya sekarang penumpang sepi,” ujarnya.
Maraknya gerakan sosial bukan hal yang baru di Banyuwangi. Niko Pahlevi Hentika, sosiolog Banyuwangi, mencontohkan solidaritas warga dalam tradisi sambatan atau gotong royong membantu pelaksanaan hajatan. Warga kampung biasanya bahu-membahu membantu masak, mendirikan tenda, hingga menyumbang makanan. Hal itu juga tergambar dalam tradisi sayang, atau pembangunan rumah warga yang dilakukan secara gotong royong.
Di masa pagebluk, atau datangnya wabah penyakit, tradisi itu pun tetap berlaku. ”Ini tidak hanya sebatas di Banyuwangi, tapi di hampir seluruh Nusantara. Ini jadi modal kita untuk selamat,” kata Niko.