Pandemi Covid-19 membuat ekonomi kian sulit. Namun, sebagian anak muda di Provinsi Aceh menolak menyerah. Dengan memaksimalkan kreativitas, mereka tetap bisa memperoleh pendapatan. Mereka berhasil bertahan.
Oleh
ZULKARNAINI MASRY
·4 menit baca
Pandemi Covid-19 membuat ekonomi kian sulit. Namun, sebagian anak muda di Provinsi Aceh menolak menyerah. Dengan memaksimalkan kreativitas, mereka tetap bisa memperoleh pendapatan. Mereka berhasil bertahan.
Jam menunjukkan pukul 02.00, Kamis (5/8/2021). Nazar Shah Alam (32) masih berkutat dengan komputer di rumah produksi lagu, Studiosa, di Desa Jeulingke, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Provinsi Aceh.
Dia sedang merevisi musik dan memastikan letak vokal pas dengan tempo dan nada. Lagu berjudul ”Palong Meuasoe” direncanakan rilis pada 8 Agustus 2021.
Lagu ini ditulis budayawan Aceh, almarhum Ayah Panton, dan dipopulerkan oleh Rafly Kande. Namun, diproduksi ulang dan musik dikomposisi lebih ringan.
Lagu ”Palong Meuasoe” produksi Stadiosa dinyanyikan Ulvazilla dan Nazar. Adapun musik digarap Ikram Fahmi, personel band Apache13. Video klip sudah rampung dikerjakan. Semua mereka kerjakan secara mandiri.
”Selama pandemi kami sudah produksi 12 lagu. Namun yang sudah tayang di channel Youtube baru 6 lagu,” ujar Nazar, produser Studiosa. Sebagian besar lagu dicipta oleh Nazar.
Sebenarnya Nazar adalah vokalis band Apache13, band lokal di Aceh yang beranggotakan para anak muda. Band ini dibentuk Nazar dan teman-temannya saat dia masih kuliah, tahun 2011.
Saat Covid-19 menyebar ke Aceh Maret 2020, jadwal konser yang telah dibuat setahun mendadak dibatalkan. Untuk mencegah penyebaran Covid-19, pemerintah tidak mengizinkan kerumunan. Alhasil sumber pendapatan pun mereka hilang.
Di Aceh, Apache 13 adalah band anak muda paling populer. Semua lagu mereka berbahasa Aceh. Sebelum pandemi Covid-19, jadwal konser mereka padat. Mereka dikontrak perusahaan rokok untuk konser setahun penuh.
Saat Covid-19 menyebar ke Aceh Maret 2020, jadwal konser yang telah dibuat setahun mendadak dibatalkan. Untuk mencegah penyebaran Covid-19, pemerintah tidak mengizinkan kerumunan. Alhasil sumber pendapatan pun mereka hilang.
Nazar tidak mau memaki keadaan, dia justru memanfaatkan situasi ini untuk menata kembali perjalanan hidupnya sebagai musisi. Nazar mulai berpikir membantu anak muda berbakat di Aceh untuk mewujudkan mimipi mereka jadi penyanyi.
”Justru saat pandemi saya punya waktu lebih banyak untuk membimbing penyanyi muda,” ujar Nazar.
Kini di bawah manajemen Studiosa telah diorbit 10 penyanyi muda. Mereka masih kuliah dan sekolah menengah atas. Semua lagu berbahasa Aceh. Setiap penyanyi tampil dengan genre lagu berbeda, misal Ulvazilla dengan genre etnik, Zee Mernisi lagu indie, dan Maimunzir gaya balada.
Lagu produksi Studiosa mudah diterima pasar. Misalnya lagu berjudul ”Peukateun Uroe Raya” (Tradisi Lebaran) dirilis pada 6 Mei 2021 hingga 6 Agustus 2021 telah ditonton 320.000 kali. Karena penonton melonjak, dalam seminggu channel Studiosa Official langsung disetujui Youtube sebagai mitra iklan.
Justru saat pandemi saya punya waktu lebih banyak untuk membimbing penyanyi muda. (Nazar Shah Alam)
Karena pandemi pula Nazar berhasil merampungkan novel berjudul ”Orang Tak Dikenal”. Novel itu ditulis sejak kuliah baru rampung sekarang. Novel itu dirilis pada awal Agustus 2021.
Di waktu luang Nazar mengisi acara bawa puisi, hikayat, dan memandu podcast bincang kebudayaan. ”Covid-19 mungkin mengancam tubuh (fisik) kita, tapi jangan sampai juga membunuh kreativitas,” ujar Nazar.
Menulis buku
Situasi sulit juga dirasakan oleh Ihan Nurdin, editor di sebuah media online di Aceh. Pendapatan perusahaan menurun sehingga menyebabkan gaji karyawan dipangkas. Namun, Ihan tidak mau menyerah. Dia mulai lebih serius menulis buku, ikut lomba menulis, menjadi pembicara diskusi, menjadi pemandu dialog, menerima jasa edit naskah buku, dan menjadi admin situs.
”Aku banyak mendapatkan pekerjaan lepas dari jaringan dan teman-teman lama. Komunikasi dengan jaringan terus aku jaga,” kata Ihan.
Ihan mengatakan pendapatan dari pekerjaan lepas tersebut cukup untuk menopang hidup selama pandemi dan masih bisa mengirimkan kepada ibunya di kampung. ”Pendapatan lumayan, pokoknya aku bisa bayar zakat,” kata Ihan tertawa.
Aku banyak mendapatkan pekerjaan lepas dari jaringan dan teman-teman lama. Komunikasi dengan jaringan terus aku jaga. (Ihan Nurdin)
Kelola Youtube
Lain lagi dengan Mahatir Muhammad (26), Youtuber di Banda Aceh. Fatir - panggilan akarabnya - menyadari saat pandemi orang-orang semakin lama menghabiskan waktu untuk menonton Yuotube. Baginya itu adalah peluang untuk menambah penghasilan dari iklan di channel Youtube-nya bernama Fatir Youtuber.
Di rumah kontrakan satu kamar disulap menjadi ruang studio, satu kamar lagi dipakai untuk tidur. Di rumah itu dia tinggal bersama istri, yang baru dinikahi Januari 2021.
Di halaman Youtube, Fatir membahas topik tentang Malaysia. Umumnya penonton adalah warga Malaysia. ”Kontennya reaction (reaksi) terhadap hal-hal unik dan menarik di Malaysia,” ujar Fatir.
Misalnya hanya membahas perbedaan kebiasaan membunyikan klakson warga Indonesia dan Malaysia ditonton 300.000 kali. Kini pendapatan Fatir dari Youtube sebulan Rp 10 juta hingga Rp 15 juta. Jauh di atas upah minimum Provinsi Aceh, Rp 3,3 juta. Fatir bersama istri kini bergantung hidup dari penghasilan mengelola Youtube.
Pendapatan sebesar itu mulai rutin diterima sejak Maret 2021. Seusai menikah dia berhenti dari bekerja di travel dan biro jasa umrah. Pandemi membuat usaha biro wisata lesu. Menyadari kondisi tempatnya bekerja terpukul, Fatir ingin serius mengelola Youtube yang dulu hanya dikelola sebagai sampingan.
Kini pendapatan Fatir dari Youtube sebulan Rp 10 juta hingga Rp 15 juta. Jauh di atas upah minimum Provinsi Aceh, Rp 3,3 juta.
Kini dia mengelola enam akun Youtube berisi konten gosip artis, gaming, dan vlog bersama istri. Uang dari Youtube pula dipakai untuk melamar istrinya.
”Sekarang sedang nabung mau cicil rumah atau beli mobil,” kata Fatir optimistis.
Mereka adalah contoh anak muda yang tidak mau menyerah pada situasi sulit. Di saat banyak orang kehilangan pekerjaan dan pendapatan, mereka berhasil bertahan.