Jawa Timur jangan kendur disiplin protokol kesehatan, vaksinasi, tes telusur tangani atau 3T karena situasi pandemi Covid-19 masih tinggi meski mulai menurun.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Aparatur dan masyarakat Jawa Timur perlu tetap waspada karena situasi pandemi Covid-19 (Coronavirus disease 2019) belum mereda. Pada saat bersamaan, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat segera berakhir.
Kewaspadaan penting untuk diingat karena secara statistik pandemi Covid-19 belum mereda meski memperlihatkan tren menurun. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3/4 berakhir Senin (9/8/2021) malam ini dan belum ada instruksi dari pemerintah pusat untuk perpanjangan. Selain itu, Jatim belum mencapai kondisi kekebalan kelompok (herd immunity) dari program vaksinasi.
Mengutip laman resmi https://www.infocovid19.jatimprov.go.id/, kemarin ada penambahan kasus 2.537 orang, kesembuhan 3.528 orang, dan kematian 307 orang. Kasus aktif atau jumlah pasien dirawat 43.559 orang. Sepekan lalu atau Minggu (1/8/2021), penambahan kasus 3.671 orang, kesembuhan 6.007 orang, kematian 320 orang, dan kasus aktif 51.761 orang.
Tren menurun dilihat dari penambahan kasus yang mengecil dan kasus aktif berkurang. Jatim perlu setidaknya terus menekan situasi pandemi misalnya membandingkan dengan pada awal PPKM Darurat dilaksanakan, yakni 3 Juli 2021. Ketika itu, penambahan kasus 1.439 orang, kematian 96 orang, dan kasus aktif 9.698 orang.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa pernah mengatakan, situasi pandemi bisa dianggap melandai jika penambahan kasus dan kematian sekecil mungkin. Serangan pandemi sejak Maret 2020 sampai Mei 2021 atau sebelum ledakan kasus karena mutasi virus korona jenis baru (SARS-CoV-2), yakni varian Alpha, Beta, Gamma, dan terutama Delta, penambahan kasus melebihi 500 orang dan kematian melampaui 100 jiwa dalam sehari di Jatim sudah amat mengkhawatirkan.
PPKM untuk menekan situasi pandemi sudah dilaksanakan sejak pertengahan Januari 2021 bersamaan dengan program vaksinasi. Berdasarkan laman resmi https://vaksin.kemkes.go.id/, sampai dengan Senin ini, sudah ada 7,950 juta jiwa warga Jatim yang menerima vaksin dosis 1 atau 24,9 persen dari sasaran. Selain itu, 3,589 juta jiwa telah menerima dosis 1 dan dosis 2 atau 11,2 persen sasaran.
Daerah paling terkemuka dalam capaian vaksinasi sementara ini adalah Surabaya, ibu kota Jatim, dengan 1,602 juta jiwa atau 72,2 persen telah menerima vaksin dosis 1. Selain itu, 912.665 jiwa atau 41,1 persen sudah komplet. Di Kota Mojokerto, 96.813 jiwa atau 95,3 persen sasaran telah menerima vaksin dosis 1. Namun, baru 34.526 jiwa atau 34,5 persen yang sudah dosis 1 dan dosis 2.
Kekebalan kelompok menurut standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) jika lebih dari 70 persen populasi atau sasaran vaksinasi telah mendapat vaksinasi komplet. Di sinilah, menurut epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, di Jatim belum ada kabupaten/kota yang bisa mengklaim telah berhasil melaksanakan program vaksinasi untuk kekebalan kelompok.
”Klaim pemerintah bahwa herd immunity sudah tercapai di Surabaya dan Kota Mojokerto saya kira tidak tepat dan terburu-buru,” kata Windhu. Aparatur di provinsi sebaiknya terus mendorong percepatan dan perluasan cakupan vaksinasi di kabupaten/kota.
Windhu juga mengingatkan, situasi pandemi Covid-19 belum bisa dianggap melandai, apalagi mereda karena jumlah kematian masih tinggi, yakni di atas 300 orang dalam sehari. Situasi itu pun mungkin belum menggambarkan kenyataan karena keterbatasan aparatur dalam menggencarkan tes, telusur, tangani (3T) untuk mengungkap kasus-kasus tersembunyi.
Aparatur di provinsi sebaiknya terus mendorong percepatan dan perluasan cakupan vaksinasi di kabupaten/kota.
Kembali menurut laman resmi https://www.infocovid19.jatimprov.go.id/, jumlah tes usap PCR 2,15 juta sampel atau bertambah 6.508 sampel dari kemarin. Untuk tes surveilans serologi baru mencakup 2,52 juta sampel atau bertambah 2.172 sampel dari kemarin. Ada 1,38 juta jiwa yang dianggap kontak erat dan dilacak. Jumlah itu masih jauh di bawah penerima vaksinasi dosis 1, apalagi dibandingkan dengan populasi yang 40 juta jiwa.
Secara terpisah Ketua Rumpun Vaksinasi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jatim Herlin Ferliana mengatakan, terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan vaksin guna percepatan dan perluasan. Vaksin yang datang segera didistribusikan ke kabupaten/kota dan lembaga-lembaga pelaksana vaksinasi.
”Kami menekankan pentingnya suatu daerah untuk menyelesaikan penerimaan vaksin dosis 2 bagi sasaran,” kata Herlin. Daerah diminta memprioritaskan pemberian vaksin untuk menyelesaikan dosis 2 terlebih dahulu sebelum memperluas ke sasaran lainnya yang belum menerima vaksin.
Herlin mengatakan, dengan pemberian vaksin yang telah komplet, seseorang berpeluang besar selamat dari ancaman fatalitas ketika terjangkit Covid-19. Kasus kematian yang tinggi diyakini terjadi pada pasien dengan penyakit bawaan atau komorbid dan belum mendapatkan vaksinasi.