Merapi Keluarkan Rangkaian Awan Panas, Boyolali dan Magelang Hujan Abu
Aktivitas vulkanik Gunung Merapi kembali meningkat. Pada Minggu (8/8/2021), Merapi mengeluarkan rangkaian awan panas dengan jarak luncur terjauh 3 kilometer. Hujan abu terjadi di Boyolali dan Magelang, Jawa Tengah.
Oleh
HARIS FIRDAUS/REGINA RUKMORINI/NINO CITRA ANUGRAHANTO
·6 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Aktivitas vulkanik Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah kembali meningkat. Pada Minggu (8/8/2021) dini hari hingga pagi, Merapi mengeluarkan rangkaian awan panas dengan jarak luncur terjauh 3 kilometer. Rangkaian awan panas itu menyebabkan hujan abu di Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang, Jateng.
Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Minggu pukul 00.00-06.00, Gunung Merapi mengeluarkan lima kali awan panas guguran dengan jarak luncur 1,1 km hingga 3 km. Seluruh awan panas tersebut mengarah ke sisi barat daya Gunung Merapi.
Setelah itu, pada Minggu pukul 07.29, Merapi kembali meluncurkan awan panas guguran dengan amplitudo 47 milimeter, durasi 161 detik, dan jarak luncur 1,8 km ke arah barat daya. Awan panas ini disertai dengan kolom asap setinggi 800 meter di atas puncak dengan arah condong ke barat.
Beberapa menit kemudian atau pukul 07.46, Merapi juga meluncurkan awan panas guguran dengan amplitudo 38 mm, durasi 77 detik, jarak luncur 1 km, serta kolom asap setinggi 500 meter di atas puncak. Kurang dari satu jam kemudian atau pukul 08.32, Merapi lagi-lagi mengeluarkan awan panas dengan amplitudo 64 mm, durasi 142 detik, dan jarak luncur 1,7 km.
Selama beberapa hari terakhir, Gunung Merapi juga mengeluarkan sejumlah awan panas guguran. Merapi tercatat mengeluarkan dua kali awan panas guguran pada Sabtu (7/8/2021), tiga kali awan panas guguran pada Jumat (6/8/2021), enam kali awan panas guguran pada Kamis (5/8/2021), serta satu kali awan panas guguran pada Rabu (4/8/2021).
Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyatakan, peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi sudah terjadi sejak pertengahan April 2021. Kenaikan aktivitas itu ditandai dengan adanya gempa vulkanik dangkal dan gempa fase banyak. ”Ini berarti ada indikasi adanya suplai magma yang menuju ke permukaan,” katanya saat dihubungi Kompas, Minggu pagi, di Yogyakarta.
Berdasarkan data BPPTKG, gempa vulkanik dangkal mulai muncul kembali di Gunung Merapi sejak 17 April 2021. Pada hari itu, Merapi tercatat mengalami dua kali gempa vulkanik dangkal. Lalu, pada 18 April, jumlah gempa vulkanik dangkal meningkat menjadi delapan kali dalam sehari. Sementara itu, pada 19 April, gempa vulkanik dangkal tercatat sebanyak satu kali sehari.
Jumlah gempa vulkanik dangkal itu kemudian meningkat signifikan pada Juli 2021. Pada bulan itu, gempa vulkanik dangkal yang terjadi di Gunung Merapi bisa mencapai puluhan kali dalam sehari. Bahkan, pada 26 Juli 2021, Merapi mengalami 97 kali gempa vulkanik dangkal.
Banyaknya jumlah gempa vulkanik dangkal itu terus berlanjut pada Agustus. Pada Sabtu kemarin, misalnya, Merapi mengalami 72 kali gempa vulkanik dangkal. Sementara, sehari sebelumnya atau Jumat terjadi 85 kali gempa vulkanik dangkal. Pada 1-7 Agustus, Merapi tercatat telah mengalami 529 kali gempa vulkanik dangkal atau rata-rata 75 kali gempa vulkanik dangkal dalam sehari.
Deformasi
Hanik memaparkan, selain gempa vulkanik dangkal, peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Merapi juga terlihat dari terjadinya deformasi atau perubahan bentuk tubuh gunung api. Deformasi teramati dari adanya pemendekan jarak tunjam berdasarkan pengukuran jarak elektronik (electronic distance measurement/EDM) dari pos pemantauan Merapi di wilayah Babadan, Kabupaten Magelang.
Pemendekan jarak tunjam itu menunjukkan terjadinya deformasi berupa penggembungan atau inflasi di tubuh Gunung Merapi. Semakin besar pemendekan jarak, semakin besar pula penggembungan yang terjadi. Inflasi atau penggembungan itu menjadi indikasi adanya magma yang menuju ke permukaan.
Berdasarkan data BPPTKG, pada periode 16-22 Juli 2021, laju pemendekan jarak tunjam yang dipantau dengan EDM dari pos Babadan sebesar 7 sentimeter per hari. Namun, pada 30 Juli-5 Agustus 2021, laju pemendekan jarak tunjam itu meningkat menjadi 12 cm per hari. ”Kenapa kami bilang ini ada proses magma ke permukaan karena dari EDM kelihatan,” ujar Hanik.
Hanik menambahkan, erupsi yang terjadi di Gunung Merapi saat ini masih merupakan rangkaian dari erupsi yang terjadi sejak Januari 2021. Dia juga menyebut, berdasarkan sejumlah indikator yang ada sekarang, Gunung Merapi masih berpotensi mengeluarkan awan panas ke depan. Meski begitu, BPPTKG belum mengubah status Merapi sehingga status gunung api itu masih Siaga (Level III) sejak 5 November 2020.
BPPTKG juga belum mengubah radius bahaya yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini karena jarak luncur awan panas yang dikeluarkan Gunung Merapi belum melebihi radius bahaya yang ditetapkan BPPTKG.
Menurut BPPTKG, potensi bahaya erupsi Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara-barat daya, yakni sejauh maksimal 3 km ke arah Sungai Woro serta sejauh 5 km ke arah Sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih. Selain itu, potensi bahaya lainnya berupa lontaran material vulkanik bila terjadi erupsi eksplosif yang dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Hanik mengimbau masyarakat tidak melakukan aktivitas dalam radius bahaya yang telah ditetapkan BPPTKG. Semua jenis aktivitas, termasuk penambangan pasir dan batu, tidak boleh dilakukan di dalam radius bahaya yang sudah ditetapkan. ”Kami berharap masyarakat mengikuti imbauan kami karena jarak bahaya itu kan sudah ditentukan,” tuturnya.
Hujan abu
Setelah terjadinya rangkaian awan panas pada Minggu ini, sejumlah wilayah lereng Gunung Merapi mengalami hujan abu. Wilayah yang dilaporkan mengalami hujan abu adalah Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang.
Kami meminta warga untuk mengenakan masker dan meminta mereka untuk selalu waspada dengan aktivitas Gunung Merapi.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edi Wasono mengatakan, hujan abu tipis dari erupsi Gunung Merapi terjadi merata hampir di seluruh wilayah Kabupaten Magelang. ”Bahkan, saya juga menerima laporan hujan abu tipis juga terjadi hingga Kota Magelang,” ujarnya.
Sementara itu, hujan abu tebal dilaporkan terjadi di lima desa di Kecamatan Sawangan dan tiga desa di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Berdasarkan data BPBD Kabupaten Magelang, hujan abu di kabupaten tersebut dirasakan terjadi mulai pukul 05.30 hingga pukul 08.00.
Setelah terjadinya hujan abu, Edi mengatakan, BPBD Kabupaten Magelang langsung membagikan 8.000 masker ke delapan desa yang dilanda hujan abu. ”Kami meminta warga untuk mengenakan masker dan meminta mereka untuk selalu waspada dengan aktivitas Gunung Merapi,” ujarnya.
Sementara itu, di Kabupaten Boyolali, hujan abu dilaporkan terjadi di Desa Tlogolele, Kecamatan Selo. Sekretaris Desa Tlogolele Neigen Achtah mengatakan, hujan abu tipis terjadi sekitar pukul 05.30. Fenomena alam itu disebut tidak mengganggu aktivitas warga setempat.
”Benar terjadi hujan abu pagi tadi. Masyarakat masih beraktivitas seperti biasa. Tidak ada yang panik juga dengan peristiwa tadi pagi,” kata Neigen melalui pesan singkat.
Di Desa Tlogolele, ada sejumlah dusun yang dihujani abu vulkanis pada Minggu, yakni Dusun Stabelan, Dusun Takeran, Dusun Belang, Dusun Karang, Dusun Ngadirojo, Dusun Gumuk, Dusun Tlogomulyo, dan Dusun Tlogolele. Dari beberapa dusun tersebut, Dusun Stabelan merupakan yang paling dekat dengan Gunung Merapi, yakni sekitar 3 km dari puncak.