Pemerintah Targetkan Vaksinasi 70 Juta Orang Per Bulan
Pemerintah menargetkan vaksinasi terhadap 70 juta orang per bulan pada Agustus dan September 2021. Untuk mencapai target itu, pemerintah daerah di Jawa dan Bali harus melakukan vaksinasi terhadap 2,3 juta orang per hari.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, pemerintah menargetkan vaksinasi terhadap 70 juta orang per bulan pada Agustus dan September 2021. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah daerah di wilayah Jawa dan Bali harus melakukan vaksinasi terhadap 2,3 juta orang per hari.
”Presiden sudah memerintahkan kami untuk bulan ini dan bulan depan itu rata-rata 70 juta lebih per bulan akan disuntikkan (vaksin). Jadi, Jawa dan Bali per hari hampir 2,3 juta orang harus disuntik,” kata Luhut saat meninjau vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (6/8/2021).
Dalam kunjungan itu, Luhut didampingi Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo, dan sejumlah pejabat daerah lain. Saat melakukan kunjungan, Luhut juga sempat berbincang dengan sejumlah peserta vaksinasi yang digelar di kompleks Kantor Bupati Sleman.
Luhut memaparkan, upaya percepatan vaksinasi harus dilakukan untuk mengendalikan penularan Covid-19. Dengan adanya varian Delta, upaya vaksinasi juga harus dipercepat karena varian tersebut lebih menular. ”Jadi varian delta ini kita bisa agak kontrol bila jumlah yang divaksin itu sudah lebih dari 70-75 persen, syukur-syukur bisa 100 persen,” ujarnya.
Luhut juga menjamin, pemerintah pusat akan memenuhi kebutuhan vaksin di daerah. Dengan begitu, pemerintah daerah bisa melakukan vaksinasi terhadap lebih banyak orang secara lebih cepat. ”Vaksin tidak ada masalah, saya sudah singgung itu,” ujarnya.
Selain vaksin, Luhut juga meminta seluruh jajaran pemerintah menggencarkan upaya tes dan tracing atau penelusuran kontak erat. Dia memaparkan, jika ada satu orang yang terkonfirmasi positif Covid-19, pemeriksaan harus dilakukan terhadap keluarga dan orang-orang lain yang melakukan kontak erat.
Luhut juga menyebut, sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap ada satu warga positif Covid-19, harus ada 15 orang kontak erat yang menjalani tes Covid-19. Hal itu untuk memastikan apakah para kontak erat tersebut ikut tertular Covid-19 atau tidak.
”Kalau ada satu orang yang kena, keluarganya langsung diakukan tracing dan kemudian kerjanya di mana itu dilakukan tracing juga. Sehingga nanti bisa memenuhi standar WHO itu, 15 pemeriksaan per 1 kasus,” kata Luhut.
Luhut juga meminta agar para pasien yang melakukan isolasi mandiri (isoman) untuk dipindahkan ke shelter atau fasilitas isolasi terpusat. Hal ini dilakukan agar pasien isoman tidak menularkan Covid-19 ke anggota keluarga dan orang dekatnya. Dengan menjalani isolasi di shelter, seorang pasien Covid-19 juga bisa terpantau kondisi kesehatannya dengan baik.
Pemantauan kondisi kesehatan itu juga penting untuk mencegah agar pasien bisa segera ditangani apabila kondisi kesehatannya menurun. Apabila penanganan bisa cepat dilakukan, risiko kematian juga bisa diturunkan. ”Di isolasi terpusat itu semua fasilitasnya ada. Ada makannya, ada dokternya, ada nurse (perawat), ada obatnya,” ungkap Luhut.
Percepatan vaksinasi
Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman, hingga Rabu (4/8/2021), jumlah warga yang telah mendapat vaksinasi dosis pertama di kabupaten itu telah mencapai 40,2 persen dari target yang telah ditetapkan. Sementara itu, vaksin dosis kedua telah mencapai 16,4 persen dari target.
Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman Harda Kiswaya mengatakan, pihaknya terus berupaya melakukan percepatan vaksinasi. Upaya percepatan antara lain dilakukan dengan menggelar vaksinasi setiap hari, termasuk pada hari libur. Vaksinasi juga akan dilakukan dengan menyasar semua komponen masyarakat.
”Nanti semua komponen kita sasar semuanya, kemudian kita atur jadwalnya. Sampai hari libur pun kita kerja. Sepanjang vaksinnya siap, kita tidak ada masalah,” ujar Harda.
Selain percepatan vaksinasi, Harda menambahkan, Pemkab Sleman juga terus berupaya agar warga yang menjalani isoman mau dipindahkan ke shelter atau fasilitas isolasi terpusat. Upaya pemindahan warga itu melibatkan petugas dari pemkab, pemerintah kecamatan, pemerintah desa, serta anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri.
Agar warga mau menjalani isolasi di shelter, petugas melakukan pendekatan dan memberi penjelasan tentang pentingnya menjalani isolasi di fasilitas isolasi terpusat. ”Kami melakukan pendekatan yang manusiawi, artinya kami jelaskan kepada mereka,” tutur Harda.
Pemindahan warga isoman ke fasilitas isolasi terpusat itu juga dilakukan berdasarkan assesment atau penilaian dari tenaga kesehatan di puskesmas. (Harda Kiswaya)
Harda menambahkan, pemindahan warga isoman ke fasilitas isolasi terpusat itu juga dilakukan berdasarkan assesment atau penilaian dari tenaga kesehatan di puskesmas. Berdasar hasil penilaian itu, akan ditentukan apakah seorang warga cukup menjalani isoman di rumah atau harus dipindahkan ke fasilitas isolasi terpusat.
”Assesment dari puskesmas itu akan menentukan seseorang yang isoman itu harus segera dipindahkan ke isolasi terpusat atau mungkin tetap di rumah tapi diawasi oleh puskesmas,” ungkap Harda.