Jadi Kebutuhan di Jepang, Okra Asal Jawa Tengah Berpotensi Diekspor
Kendati tidak terlalu populer di Indonesia, okra yang dapat tumbuh di dataran rendah ataupun tinggi itu menjadi salah satu tanaman yang diminati di Jepang. Okra akan diekspor pada ”Merdeka Ekspor”, 14 Agustus 2021.
Oleh
Aditya Putra Perdana
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Tanaman okra, termasuk yang dibudidayakan di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, menjadi salah satu komoditas ekspor yang berpotensi untuk terus dikembangkan. Kendati tidak terlalu populer di Indonesia, tanaman pangan yang dapat tumbuh di dataran rendah ataupun tinggi itu diminati di Jepang.
Berdasarkan data Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang, pada Agustus ini akan dikirim 20,206 ton okra dari Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, ke Jepang dengan nilai 47.661 dollar AS atau setara Rp 691,1 juta. Pengekspor adalah PT Java Agritech, perusahaan penanaman modal asing (PMA) asal Jepang, di Semarang.
Koordinator Fungsional Tumbuhan Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang Heri Widarta, Kamis (5/7/2021) di Semarang, mengatakan, ekspor okra dari Jateng ke Jepang sudah berjalan lebih dari 5 tahun terakhir. Sejauh ini, eksportir komoditas yang dikemas secara beku atau frozen tersebut hanya PT Java Agritech.
”Di sini lahan sebenarnya banyak, tetapi benih belum banyak. (Konsumsi) lokal kurang karena umumnya tidak tahu memasaknya, padahal gizinya tinggi. Sementara di Jepang permintaan banyak. Oleh karena itu, Jepang investasi ke sini,” kata Heri.
Dikutip dari situs Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Kementerian Pertanian, okra memang tidak sepopuler sayuran lainnya. Okra, yang banyak ditanam di Filipina, Malaysia, Thailand, dan Vietnam, dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi pada hampir semua jenis tanah, dengan derajat keasaman (pH) minimal 4,5.
Dalam 100 gram buah muda okra terkandung 90 gram air, 2 gram protein, 7 gram karbohidrat, 1 gram serat, dan 70-90 miligram kalsium dengan total energi 145 kilojoule (kJ). Komoditas itu rendah kalori dan tinggi karbohidrat serta mengandung protein dan serat. Okra juga mengandung vitamin C dan vitamin K1 yang bermanfaat bagi tubuh.
Dengan lahan yang cocok dan relatif tersedia ketimbang di Jepang, disertai tingginya permintaan, okra berpotensi untuk terus berkembang sebagai komoditas ekspor. ”Tanaman ini bisa kontinu. Produksinya pun cepat, dalam 3-4 bulan panen,” kata Heri.
Dihubungi terpisah, Shipping Specialist PT Java Agritech Riski Aryo mengatakan, pihaknya mengekspor okra sejak 2007. Adapun jumlah pengiriman sebanyak 25 ton per bulan atau 300 ton per tahun, dengan sekali pengiriman 6-10 ton.
”(Bahan baku dari) Kendal, Jateng. Setelah dipanen, okra disortasi, proses (beku), dikemas, hingga kemudian diekspor,” katanya.
Potensi pengembangan komoditas tersebut menjanjikan, menyesuaikan dengan keinginan pembeli atau pasar.
Di Jepang, okra dimanfaatkan untuk konsumsi sehari-hari, seperti sayuran beku lainnya, seperti wortel, jagung, dan buncis. Adapun sayuran lain yang diekspor oleh perusahaan tersebut adalah wasabi, jahe gajah, dan kacang panjang.
Riski mengemukakan, potensi pengembangan komoditas tersebut menjanjikan, menyesuaikan dengan keinginan pembeli atau pasar. Namun, guna terus mengembangkan itu, diperlukan juga peningkatan inovasi serta sumber daya alam atau ketersediaan bahan baku, SDM, dan peralatan.
Kargo terbatas
Setahun terakhir, lanjut Riski, ketersediaan kargo menjadi salah satu kendala dalam ekspor produk pertanian, termasuk ke Jepang. ”Juga ketersediaan peti kemas berpendingin sebagai sarana untuk ekspornya,” ujarnya.
Heri menuturkan, sejak pandemi Covid-19, keterbatasan kargo memang menjadi problem. ”Pengekspor kesulitan mencari kapal atau kargo. Contohnya, ekspor beras dari Sragen ke Jeddah sebanyak 20 ton hingga kini masih tertahan di Singapura karena sulit mencari kargo terusan ke Jeddah. Sementara beberapa komoditas ekspor kami alihkan dari Pelabuhan Tanjung Emas ke pelabuhan di Jakarta atau Surabaya,” ucapnya.
Okra serta sejumlah komoditas pertanian lain, antara lain, sarang burung walet dan porang, rencananya diekspor pada Sabtu (14/8) dari Pelabuhan Tanjung Emas. Total nilainya Rp 259,6 miliar. Pelepasan komoditas pertanian bertajuk ”Merdeka Ekspor” itu dilakukan serentak di 17 daerah lainnya.