Antisipasi Lonjakan Pasien, Sejumlah RS di Sumsel Gunakan Tenaga Relawan
Beberapa rumah sakit di Sumatera Selatan telah menggunakan tenaga relawan untuk merawat pasien yang terpapar Covid-19. Langkah ini diambil untuk mencegah kekurangan sumber daya manusia di tengah lonjakan kasus Covid-19.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Beberapa rumah sakit di Sumatera Selatan telah menggunakan tenaga relawan untuk merawat pasien yang terpapar Covid-19. Langkah ini diambil untuk mencegah kekurangan sumber di tengah lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi dalam empat bulan terakhir.
Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sumatera Selatan Subhan, Kamis (5/8/2021), di Palembang, mengatakan, mengantisipasi tingginya kasus pandemi Covid-19 di Sumsel, beberapa rumah sakit sudah merekrut relawan tenaga kesehatan (nakes). Kebanyakan adalah nakes yang baru saja lulus pendidikan (fresh graduate) atau mereka yang belum bekerja.
Namun, mereka harus memiliki surat tanda registrasi (STR). Ada beberapa rumah sakit yang menggunakan tenaga relawan, seperti RS Mohammad Hoesin Palembang (RSMH), RS AK Gani, dan Wisma Atlet Jakabaring Palembang yang dijadikan tempat isolasi bagi pasien Covid-19 bergejala ringan atau orang tanpa gejala.
Subhan mengatakan, tidak hanya di Sumsel, perawat asal Sumsel juga turut menjadi relawan di sejumlah provinsi, terutama di Jawa. Mereka mengikuti pendaftaran relawan yang dilakukan secara daring. Beberapa lolos dan langsung menjadi relawan di sana.
Subhan menjelaskan, sebelum terjun ke lapangan, walau sudah berstatus sebagai nakes, butuh waktu sekitar 1 minggu untuk melatih para relawan. Pelatihan itu seperti bagaimana menangani pasien yang mengalami gangguan pernapasan dan menggunakan alat pelindung diri secara benar. ”Pelatihan ini penting agar mereka tidak ikut terpapar Covid-19,” ujarnya.
Di RS Mohamad Hoesin (RSMH) Palembang, misalnya, sudah merekrut sekitar 180 relawan untuk mengantispasi kekurangan tenaga kesehatan lantaran beberapa nakes sudah terpapar Covid-19.
Berdasarkan situs Sumsel Tanggap Covid-19 kasus harian Covid-19 di provinsi tersebut sekitar 600 orang per hari dengan kasus aktif mencapai 20,4 persen. Adapun keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) di Sumsel sudah melewati batas toleransi, yakni mencapai 74 persen. Bahkan di Palembang sudah mencapai 84 persen.
Sebelum terjun ke lapangan, walau sudah berstatus sebagai nakes, butuh waktu sekitar 1 minggu untuk melatih para relawan. (Subhan)
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumsel Rizal Sanif menerangkan, pihaknya sudah bekerja sama dengan Universitas Sriwijaya untuk menyediakan tenaga kesehatan guna mengisi rumah sakit yang kekurangan nakes. ”Namun, mereka tetap saja harus diawasi agar semua proses perawatan sesuai stadar operasional prosedur,” ucapnya.
Menurut dia, tenaga kesehatan adalah pihak yang paling rentan terpapar lantaran mereka menangani langsung pasien Covid-19. Tidak hanya di ruang perawatan, para petugas administrasi pun juga rentan terpapar.
Di sisi lain, ujar Rizal, pihak rumah sakit harus bisa mengelola waktu kerja para nakes, termasuk menjaga ketat protokol kesehatan di dalam dan di luar rumah sakit guna mengurangi risiko terpapar. Pasalnya, jika ada satu saja nakes yang terpapar, sumber daya manusia di rumah sakit tersebut akan berkurang.
Akibatnya, beban nakes yang masih sehat akan bertambah. ”Kondisi tersebut sangat berisiko karena saat ini jumlah pasien akibat Covid-19 terus meningkat. Bisa saja, RS akan kolaps,” ujar Rizal.
Koordinator Komunitas Perawat Peduli Palembang Fitrianto Bagustio mengakui banyak anggotanya yang terpapar covid-19 saat bertugas. ”Bahkan ada beberapa yang terkena Covid-19 lebih dari satu kali,” ucapnya.
Ketika seorang nakes terpapar, dia harus menjalani isolasi mandiri sampai dinyatakan negatif. Dan itu membutuhkan waktu hingga berhari-hari. Ketika itu terjadi, tugas mereka yang masih sehat akan bertambah.