Vaksin Terbatas, Vaksinasi Dosis Kedua di Tegal Terancam Molor
Di tengah tingginya antusiasme warga mengikuti vaksinasi, stok vaksin di Kabupaten Tegal, Jateng menipis. Jarak tunggu vaksinasi dosis kedua molor menjadi 20-30 hari dari normalnya dua pekan atau 14 hari.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Terbatasnya persediaan vaksin menghambat proses vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Sementara itu, di Kota Pekalongan, vaksinasi kepada ibu hamil akan dilakukan sepanjang Agustus.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Hendadi Setiadji menuturkan, target sasaran vaksinasi mencapai 1,2 juta orang. Hingga awal Agustus, warga yang divaksin sekitar 120.000 orang atau 10 persen dari target.
Hendadi menyebut, rendahnya capaian vaksinasi itu akibat terbatasnya stok vaksin. Pada Selasa (3/8/2021), misalnya, vaksin yang ada tinggal 6.000 dosis. Jumlah itu diperkirakan habis dalam sehari. Kondisi itu rentan membuat waktu tunggu vaksinasi dosis kedua sejumlah warga molor.
”Untuk vaksinasi dosis kedua, banyak yang tertunda. Warga harus menunggu 20 hari bahkan ada yang sampai satu bulan untuk mendapatkan vaksin dosis keduanya,” kata Hendadi saat dihubungi, Rabu (4/8/2021) malam.
Hendadi menuturkan, terus menipisnya stok vaksin terjadi karena antusiasme masyarakat untuk mengikuti vaksinasi meningkat. Vaksin dinilai efektif mengurangi gejala apabila seseorang terpapar Covid-19.
"Vaksin ini efektif meringankan gejala apabila seseorang terpapar Covid-19. Yang kemungkinan bergejala berat jadi bergejala sedang. Yang sedang jadi ringan, lalu yang ringan menjadi tanpa gejala,” imbuhnya.
Menipisnya stok vaksinasi di Kabupaten Tegal sudah dilaporkan Bupati Tegal Umi Azizah kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Menurut Umi, dia dijanjikan akan mendapat alokasi 23.448 dosis pada pekan pertama Agustus. Dari jumlah tersebut, 16.320 dosis untuk suntikan pertama dan sebanyak 7.128 dosis untuk suntikan kedua.
Pada Rabu malam, suplai vaksin dari Dinkes Jateng tiba di gudang farmasi Dinkes Kabupaten Tegal. Jumlahnya sebanyak 18.580 dosis vaksin Sinovac dan Sinopharm.
”Kami sampaikan, pembagian vaksin belum proporsional karena tidak memperhatikan jumlah penduduk. Akibatnya terjadi kelangkaan vaksin di satu daerah dan melimpah di daerah lain. Ini dapat menciptakan kerawanan sosial, konflik kepentingan, termasuk fenomena politik,” tutur Umi dalam keterangan tertulisnya.
Sementara itu, di Kota Pekalongan, vaksinasi kepada ibu hamil akan dilakukan sepanjang Agustus. Dalam waku sebulan, pemerintah setempat menargetkan sedikitnya 1.100 ibu hamil bisa divaksin.
”Usia kehamilannya 14-33 minggu atau sedang menyiapkan persalinan. Ibu yang usia kehamilannya di bawah 14 minggu belum bisa mengikuti vaksinasi karena masih dianggap rentan,” kata Ketua Ikatan Bidan Indonesia Kota Pekalongan Zaidah.
Menurut Zidah, vaksinasi ibu hamil ditujukan untuk mengurangi risiko kematian jika terpapar Covid-19. Sebab, sepanjang pandemi, ada empat ibu hamil meninggal akibat terpapar Covid-19 di Kota Pekalongan.
Zaidah menambahkan, pihaknya masih menunggu petunjuk teknis terkait vaksinasi ibu hamil dari Kementerian Kesehatan. Sembari menunggu, ia meminta bidan mengedukasi ibu hamil di wilayahnya terkait pentingnya vaksinasi.
”Saya juga meminta supaya selama pandemi, ibu hamil berdiam di rumah. Jika ada keperluan ke luar rumah untuk memeriksakan kehamilan, tolong tetap menerapkan protokol kesehatan ketat, terus cari tempat sepi dan tidak banyak kerumunan,” imbuhnya.