Kekurangan Nakes Hambat Percepatan Vaksinasi Covid-19 di Banyuwangi
Hingga Rabu (4/8/2021) jumlah tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 di Banyuwangi mencapai 200 dari sekitar 6.000 tenaga kesehatan di berbagai bidang. Dari jumlah itu masih ada sekitar 100 orang yang menjalani isolasi.
Oleh
SIWI YUNITA CAHYANINGRUM
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Kurangnya tenaga kesehatan menghambat percepatan vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Saat ini, sebagian tenaga kesehatan banyak tersedot untuk menangani pasien Covid-19, sedangkan sebagian lagi masih menjalani isolasi mandiri karena terpapar virus.
Hingga Rabu (4/8/2021) jumlah tenaga kesehatan (nakes) yang terpapar Covid-19 di Banyuwangi mencapai 200-an orang dari sekitar 6.000 tenaga kesehatan di berbagai bidang. Dari jumlah itu masih ada 100-an orang yang masih harus menjalani isolasi. Mereka rata-rata bekerja di garda depan pelayanan kesehatan, termasuk penanganan Covid-19. Akibatnya, pelayanan terganggu termasuk program percepatan vaksinasi.
Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Widji Lestariono, saat dihubungi mengatakan, selama lonjakan kasus Covid-19 terjadi, nakes di Banyuwangi banyak dikerahkan untuk merawat pasien Covid-19, melakukan pelacakan hingga tes usap. Sebagian bahkan terpapar sehingga tak bisa bekerja. “Akhirnya kami kekurangan tenaga,” kata dia.
Untuk mengatasi masalah itu, Pemkab Banyuwangi membuka pendaftaran relawan tim Satgas Kesehatan. Total dibuka perekrutan untuk 130 orang, dengan rincian 30 dokter umum, 50 perawat, dan 50 bidan. Para relawan akan membantu percepatan vaksinasi di puskesmas-puskesmas.
Pembukaan relawan nakes dimulai pada 2 Agustus dan berakhir 7 Agustus. Relawan yang dinyatakan lolos akan dikontrak selama tiga bulan. Nakes tersebut akan ditugaskan khusus untuk vaksinasi warga di puskesmas ataupun program jemput bola atau door to door yang akan dilakukan Pemkab Banyuwangi.
Dinas kesehatan optimistis kuota perekrutan bakal terpenuhi. Jika pun tidak, mereka akan membuka kerja sama dengan para dokter yang membuka praktik di Banyuwangi agar bisa memberikan layanan vaksinasi Covid-19 bagi warga yang datang ke tempat praktik mereka. ”Ini memang sedikit kompleks. Tapi kalau bisa direalisasikan, maka bisa mempercepat program vaksinasi,” kata Widji.
Sebagai penyemangat bagi nakes, Pemkab Banyuwangi pekan lalu mencairkan insentif untuk para nakes. Jumlah insentif mencapai Rp 13,8 miliar yang dibagikan bagi 906 tenaga kesehatan yang menangani kasus Covid-19 di RS dan puskesmas.
Untuk dokter spesialis di RSUD mendapat insentif sekitar Rp 15 juta per bulan, dokter umum sekitar Rp 10 juta per bulan, sedangkan perawat atau bidan Rp 7,5 juta per bulan. Untuk nakes di puskesmas sekitar Rp 5 juta per bulan. ”Itu angka optimal yang didapat, insentif diberikan menyesuaikan kasus yang mereka tangani,” terang Widji.
Insentif ini tentu tidak sebanding dengan dedikasi dan pengorbanan para tenaga kesehatan dalam penanganan pandemi. (Ipuk Festiandani)
Bupati Banyuwangi Ipuk Festiandani mengatakan, insentif ini tentu tidak sebanding dengan dedikasi dan pengorbanan para tenaga kesehatan dalam penanganan pandemi. Ia juga meminta maaf karena pencairan dana terlambat akibat harus mengikuti prosedur pencairan dari pemerintah pusat.
Yudo Budi Haryono, salah satu perawat yang menangani pasien Covid-19, merasa senang akhirnya bisa menerima insentif. ”Insentif sebenarnya bukan alasan satu-satunya bagi kami untuk bekerja. Sebagai nakes kami memang terpanggil untuk terus melakukan penanganan kesehatan. Kami merasa terharu bahwa pengabdian kami diapresiasi pemerintah,” kata Yudo.
Kiriman vaksin
Sementara itu, hingga Rabu (4/8/2021) ini, cakupan vaksinasi Covid-19 di Banyuwangi dosis pertama mencapai 458.480 jiwa atau sekitar 34,21 persen dari target sasaran. Adapun dosis kedua mencapai 61.086 atau 5,01 persen. Banyuwangi tercatat masih memiliki 155.529 dosis vaksin. Stok itu terbanyak se-Jawa Timur. Namun, Widji mengatakan, vaksin yang tersedia tersebut akan digunakan untuk pemberian dosis kedua yang dijadwalkan pada bulan Agustus ini.
”Dari awal kami memang mencadangkan dosis kedua agar warga bisa mendapatkan vaksin kedua tepat waktu. Banyak daerah lain yang melepas stok vaksin kedua, dan akhirnya kosong karena belum dikirim lagi,” katanya.
Dari awal kami memang mencadangkan dosis 2 agar warga bisa mendapatkan vaksin kedua tepat waktu. (Widji Lestariono)
Pekan ini, Dinkes Banyuwangi menerima tambahan kebutuhan vaksin untuk dosis kedua secara bertahap sebanyak 2.430 vial AstraZeneca dan 630 vial Sinovac.
Kebutuhan vaksin di Banyuwangi terutama untuk dosis pertama, menurut Ipuk Festiandani, terbilang tinggi karena saat ini Banyuwangi juga telah memulai vaksinasi pelajar. Ipuk mengatakan, berbagai upaya telah ditempuh selain berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk mendapat tambahan alokasi vaksin.
Vaksinasi pada kalangan remaja ini ditargetkan menyasar lebih kurang 11.500 siswa. Vaksinasi akan dilakukan baik di sekolah maupun di area publik.