Kejar Target Vaksinasi, Jabar Butuh Tambahan 22.860 Petugas
Jawa Barat membutuhkan tambahan lebih dari 20.000 petugas untuk memenuhi target vaksinasi Covd-19 di akhir 2021. Pemenuhan personel bisa dilakukan jika kedatangan vaksin susulan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA/ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Barat membutuhkan tambahan 22.860 petugas untuk mengejar target vaksinasi Covid-19 akhir tahun 2021. Pemenuhan personel tersebut bisa dilakukan dengan catatan vaksin yang dibutuhkan tersedia.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Rabu (4/8/2021) di Bandung, memaparkan, target vaksinasi di Jabar mencapai 37,9 juta sasaran. Dari target itu, sekitar 6,29 juta orang di antaranya atau 16,62 persen telah menerima dosis pertama.
”Dari persentase kami memang terlihat kecil, tetapi Jabar itu luas dengan penduduk terbanyak di Indonesia. Apalagi, kami memiliki kondisi geografis yang beragam dan tidak homogen sehingga butuh upaya untuk memberikan vaksin kepada masyarakat,” ujar gubernur yang biasa disapa Emil ini.
Untuk mengejar target akhir tahun 2021, ujar Emil, vaksinasi harus dikebut hingga 525.630 dosis per hari. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan kemampuan saat ini 142.804 suntikan per hari dalam sepekan terakhir.
Pihaknya juga memerlukan tambahan 22.860 petugas, mulai dari vaksinator hingga bagian administrasi. Dari jumlah tersebut, 7.620 personel di antaranya merupakan vaksinator.
Menurut Emil, kebutuhan ini bisa dipenuhi dengan mengumpulkan para sukarelawan, mulai dari sekolah-sekolah bidang kesehatan, TNI, Polri, hingga aparatur sipil negara (ASN) muda bisa menjadi sukarelawan pelaksana vaksinasi.
Akan tetapi, lanjutnya, kebutuhan personel tambahan ini bisa dipenuhi jika Jabar mendapatkan kuota vaksinasi yang pasti hingga akhir tahun. Provinsi dengan penduduk hampir 50 juta jiwa itu membutuhkan tambahan 76,2 juta vaksin dengan rata-rata kebutuhan 15,2 juta vaksin per bulan.
”Melatih vaksinator ini tidak sulit. Kami akan kejar ke sekolah-sekolah bidang kesehatan. Kalau tidak, kami bisa latih tim relawan. Semua bisa dilakukan asalkan ada kepastian pemenuhan kebutuhan vaksin hingga target tercapai,” ujarnya.
Relawan puskesmas
Percepatan vaksinasi juga dilakukan melalui program Puskesmas Terpadu dan Juara atau Puspa di 100 puskesmas pada 12 daerah di Jabar. Daerah itu meliputi Kota Bandung, Cimahi, Bekasi, Depok, dan Bogor serta Kabupaten Bekasi, Bogor, Bandung, Bandung Barat, Sumedang, Tasikmalaya, dan Karawang.
Puspa merupakan kolaborasi Pemprov Jabar dan Centre for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) dalam memperkuat puskesmas merespons pandemi. Program yang berlangsung sejak Maret lalu ini diharapkan meningkatkan tes, pelacakan, hingga vaksinasi.
Awalnya, tim Puspa tidak memasukkan vaksinasi ke target capaian. Namun, karena vaksinasi dikejar pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan diberikan ke puskesmas, pihaknya menambah dukungan.
”Kami membantu distribusi dan pemberian vaksinasi di 100 puskesmas,” kata pendiri CISDI Diah Saminarsih dalam diskusi daring bertema ”Bergandeng Tangan, Menyelamatkan Nyawa: Cegah Sistem Kesehatan Kolaps, Perkuat Puskesmas”.
Diah mengatakan, cakupan vaksinasi juga meningkat dengan bantuan kader Puspa. Di Puskesmas Sukajadi, Kota Bandung, misalnya, cakupan vaksinasi dosis pertama mencapai 15.796 warga dari penduduk 68.474 orang.
Kami membantu distribusi dan pemberian vaksinasi di 100 puskesmas. (Diah Saminarsih)
Diah mengatakan, saat ini terdapat 3.125 sukarelawan Puspa. Kehadiran mereka turut meringankan beban tenaga kesehatan di puskesmas. Sebab, kader Puspa turut meningkatkan pelacakan kasus untuk mencegah penyebaran Covid-19.
”Sebanyak 48,6 persen kasus suspek baru dilaporkan oleh kader. Artinya, jumlah orang yang terlacak meningkat hingga 19,78 persen,” ungkap Penasihat Senior Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bidang jender dan pemuda tersebut. Selama ini, rata-rata hanya 2-3 kontak erat yang terlacak.
Diah mengingatkan, dengan beban puskesmas yang harus melacak hingga melakukan imunisasi, nakes bisa kewalahan. ”Kami bekerja sama dengan alumni Psikologi Universitas Indonesia memberi dukungan kesehatan mental kepada 209 nakes dalam program Puspa,” ungkapnya.