Covid-19 Merebak hingga Pulau Terluar Kepulauan Riau
Tiga RS di Kepulauan Anambas tanpa instalasi perawatan intensif. Fasilitas kesehatan di pulau-pulau kecil dan daerah terluar dikhawatirkan memperburuk situasi.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Penularan Covid-19 di Kepulauan Riau semakin meluas. Kepala daerah di Kepulauan Anambas dan Natuna ikut terpapar. Pada saat yang sama, status Kabupaten Lingga dinaikkan menjadi zona merah, yang memicu kekhawatiran terkait keterbatasan fasilitas kesehatan di pulau terluar.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Lingga Wirawan, Rabu (4/8/2021), mengatakan, status kerawanan daerah itu ditingkatkan menjadi zona merah sejak 2 Agustus. Satu minggu sebelumnya, kasus baru meningkat dari rata-rata 200 kasus menjadi 320 kasus per minggu.
”Untuk menghindari penularan semakin meluas, Pemerintah Kabupaten Lingga menutup akses kapal laut hingga 13 Agustus. Dengan pembatasan mobilitas yang semakin ketat diharapkan penambahan kasus dapat segera melandai,” kata Wirawan saat dihubungi.
Kondisi penularan Covid-19 yang semakin mengkhawatirkan juga terjadi di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Pada 27 Juli, Wakil Bupati Natuna Rodhial Huda diketahui positif Covid-19. Lalu, pada 1 Agustus, giliran Bupati Anambas Abdul Haris yang terpapar Covid-19.
Kondisi Abdul sempat memburuk sehingga harus dirujuk ke Batam pada 2 Agustus lalu. Untuk mendapatkan perawatan intensif itu, ia harus menempuh perjalanan selama 11 jam menggunakan kapal laut.
Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Anambas Herianto mengatakan, Abdul dan dua anggota keluarganya masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Awal Bros, Batam. Saat ini, kondisi Abdul dikabarkan sudah berangsur membaik.
Proses evakuasi Abdul ke Batam mengungkap ketidaksiapan fasilitas kesehatan di daerah terluar menghadapi pandemi Covid-19. Tiga RS di Kepulauan Anambas tidak memiliki instalasi perawatan intensif (ICU). Selain itu, daerah terluar, seperti Kepulauan Anambas, juga harus menghadapi minimnya dokter spesialis dan kendala pasokan alat-alat kesehatan.
Daerah lain di Kepri yang fasilitas kesehatannya sangat terbatas adalah Kepulauan Tambelan. Di daerah yang terdiri atas 56 pulau kecil itu hanya terdapat satu puskesmas. Gugusan pulau itu terletak sekitar 340 kilometer dari ibu kota kabupaten di Bintan.
Kepala Puskesmas Kepulauan Tambelan, Isti, mengatakan, saat ini terdapat 50 kasus Covid-19 aktif di daerah itu. Mereka semuanya menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing.
Keterbatasan fasilitas kesehatan di Kepulauan Tambelan bakal menyulitkan penanganan pasien Covid-19 yang bergejala berat. Rumah sakit terdekat di Ibu Kota Provinsi Kepri, Tanjung Pinang, jaraknya 24 jam perjalanan laut. Adapun RS terdekat lain yang terdapat di Singkawang, Kalimantan Barat, jaraknya 12 jam perjalanan laut.
Sebelumnya, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kepri, dr Rusdani, menyatakan sangat khawatir melihat penularan Covid-19 di pulau-pulau terluar. Banyak daerah tidak memiliki RS yang dilengkapi ICU. Tenaga kesehatan dan alat kesehatan juga sangat terbatas.
”Pejabat saja butuh waktu lebih dari 10 jam untuk dievakuasi ke RS yang lebih memadai. Bagaimana nanti kalau ada warga biasa atau tenaga kesehatan yang terpapar. Mereka tidak mungkin punya dana untuk menyewa kapal seperti itu,” ucap Rusdani, Senin (2/8/2021).
Rusdani menegaskan, persoalan minimnya fasilitas kesehatan di daerah terpencil adalah persoalan besar dalam penanganan pandemi Covid-19. Pemerintah daerah dan pemerintah pusat harus segera mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan rumah itu agar warga di daerah terpencil bisa mendapatkan pelayanan yang layak bila mereka terjangkit Covid-19.
Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kepri menunjukkan, hingga 3 Agustus total kasus positif Covid-19 di Kepri tercatat 46.127 orang. Dari jumlah itu, 5.799 di antaranya merupakan kasus aktif. Selain Lingga, daerah yang ditetapkan sebagai zona merah adalah Batam dan Tanjung Pinang.