Perlu gerakan bersama semua elemen di masyarakat agar vaksinasi di Maluku yang berjalan lambat karena masih banyak warga enggan divaksin segera teratasi.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON KOMPAS — Program vaksinasi Covid-19 di Maluku berjalan lambat karena faktor geografis dan masih banyak warga enggan divaksin. Hingga Senin (2/8/2021), warga Maluku yang sudah menerima vaksinasi dosis pertama sebanyak 171.403 orang atau 12,09 persen, sedangkan dosis kedua baru mencapai 72.295 atau 5,10 persen. Sementara stok vaksin yang masih menumpuk sebanyak 33.921 dosis.
Menurut data yang dihimpun dari Satuan Tugas Covid-19 Provinsi Maluku, cakupan vaksinasi tertinggi adalah Kota Ambon. Warga Ambon yang menerima vaksinasi dosis pertama sebanyak 80.822 orang atau 29,48 persen, sedangkan dosis kedua 29.765 orang atau 10,86 persen.
Sementara daerah dengan cakupan vaksinasi paling rendah adalah Kabupaten Seram Bagian Timur, yakni dosis pertama 5.731 orang atau 5,59 persen, sedangkan dosis kedua 2.919 orang atau 2,85 persen. Di Maluku terdapat 11 kabupaten/kota dengan sasaran warga yang divaksinasi sebanyak 1.417.690 orang.
Kan, pernah ada daerah yang vaksinnya melebihi batas waktu penggunaan. Itu yang kami khawatirkan. (Adonia Rerung)
Sementara di sisi lain, hingga Senin kemarin, jumlah vaksin yang tersimpan di daerah-daerah masih banyak. Total 33.921 dosis yang belum terpakai itu terdiri dari Sinovac 11.961 dosis, Moderna 10.390 dosis, dan AstraZeneca 11.600 dosis.
Kabupaten Maluku Barat Daya memiliki stok vaksin paling banyak setelah Kota Ambon, yakni 3.700 dosis. Padahal, capaian vaksinasi dosis pertama di sana baru 5.901 orang atau 9,73 persen dan dosis kedua 2.819 atau 4,65 persen.
Pada posisi bertikutnya, Kota Tual dengan stok vaksin 3.610, padahal vaksinasi dosis pertama 6.470 orang atau 9,40 persen dan vaksinasi dosis kedua 1.912 atau 2,78 persen. Sasaran vaksinasi di Kota Tual 68.812 orang, terendah kedua di Maluku setelah Buru Selatan, yakni 55.121 orang.
Dibatasi
Juru bicara Satuan Tugas Covid-19 Provinsi Maluku Adonia Rerung lewat sambungan telepon pada Selasa (3/8/2021) mengatakan, pengiriman vaksin ke daerah dengan cakupan vaksinasi rendah mulai dibatasi. ”Kan, pernah ada daerah yang vaksinnya melebihi batas waktu penggunaan. Itu yang kami khawatirkan,” ujarnya.
Menurut dia, percepatan vaksinasi terus digenjot. Selain problem goegrafis wilayah kepulauan, kendala terbesar yang dialami adalah warga enggan datang ke lokasi vaksinasi. Masih banyak orang yang takut divaksinasi karena alasan kesehatan dan termakan kabar bohong mengenai dampak buruk vaksinasi.
Padahal, lanjut Adonia, gerakan vaksinasi dilakukan secara masif. Tak hanya pemerintah daerah, lembaga vertikal, seperti Polri dan TNI, juga gencar menggelar vaksinasi massal. Pemerintah juga menggandeng sejumlah pihak untuk sosialisasi vaksin.
Hamid Renwarin (45), warga Kota Tual, lewat sambungan telepon mengatakan, masih banyak warga yang tidak mau divaksin karena takut. Ketakutan itu lantaran beredar kabar bahwa vaksin mendatangkan bahaya di kemudian hari. ”Mereka yang mau divaksin karena mau dapat sertifikat supaya urusan ke depan lancar,” ujarnya.
Sementara itu, juru bicara Satgas Covid-19 Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Andre Setyawan, menuturkan, langkah yang mulai diambil pemerintah daerah untuk mempercepat vaksinasi, yakni lebih intensif melibatkan tokoh agama. ”Untuk di kampung-kampung, suara tokoh agama sangat didengar,” katanya.
Pemda setempat berharap upaya ini membuahkan hasil maksimal. Sasaran vaksinasi di Kepulauan Tanimbar sebanyak 93.314 dengan capaian dosis pertama 8.488 atau 9,10 persen, sedangkan dosis kedua baru 5.322 atau 5,70 persen.