Stok Vaksin Covid-19 di Sidoarjo Kosong, Akselerasi Vaksinasi Terhambat
Stok vaksin Covid-19 di Sidoarjo, termasuk sisa vaksin di fasilitas layanan kesehatan TNI dan Polri, hingga saat ini masih kosong. Hal itu menghambat percepatan vaksinasi di masa perpanjangan PPKM level 4.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Stok vaksin Covid-19 di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, termasuk sisa vaksin di fasilitas layanan kesehatan TNI dan Kepolisian Republik Indonesia atau Polri, hingga saat ini masih kosong. Hal itu menghambat akselerasi vaksinasi sebagai upaya mempercepat terbentuknya kekebalan komunitas.
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan kekosongan stok vaksin terjadi sejak akhir Juli dan hingga Selasa (8/3/2021), kondisinya masih sama. Pihaknya tidak tahu jadwal kedatangan stok vaksin baru dan jumlahnya atau kuota penambahan vaksin untuk Sidoarjo. Permohonan penambahan vaksin sudah diajukan sejak bulan lalu, tetapi jadwal kedatangannya masih sulit dipastikan.
”Permohonan penambahan stok vaksin Covid-19 yang diajukan Dinkes Sidoarjo sebanyak 10.000 vial atau 100.000 dosis ke Dinkes Jatim dan Kementerian Kesehatan. Namun, belum bisa dipastikan berapa dosis vaksin yang akan diterima,” ujar Syaf Satriawarman.
Berdasarkan data Dinkes Sidoarjo, kebutuhan dosis vaksin Covid-19 sangat tinggi untuk mencapai kekebalan komunitas. Total terdapat 1,7 juta sasaran penerima vaksin yang sudah ditetapkan pemerintah daerah. Mereka merupakan tenaga kesehatan, petugas layanan publik, warga lansia, masyarakat yang rentan, masyarakat umum, hingga pelajar atau anak usia 12-17 tahun.
Dengan asumsi setiap sasaran penerima vaksin mendapatkan dua kali penyuntikan, yakni dosis pertama dan kedua, Sidoarjo memerlukan 3,4 juta dosis vaksin Covid-19. Sementara hingga saat ini, realisasi penyuntikan vaksin Covid-19 dosis pertama dan kedua baru mencapai sekitar 700.000 dosis.
Berdasarkan data Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Jatim sampai tanggal 29 Juli 2021, realisasi vaksinasi dosis pertama di Sidoarjo mencapai 487.616 dosis. Adapun realisasi vaksinasi dosis kedua lebih rendah lagi yakni 217.697 dosis.
Terkendala stok
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengatakan, vaksinasi merupakan ikhtiar menciptakan kekebalan komunitas yang diharapkan mampu memerangi sebaran Covid-19. Syarat terbentuknya kekebalan komunitas, cakupan vaksinasi harus diperluas hingga mencapai 70 persen dari total populasi.
Untuk memperluas cakupan vaksinasi Covid-19 ini, beragam daya telah dikerahkan. Salah satunya, membuka layanan vaksinasi reguler di 27 puskesmas dengan kemampuan penyuntikan 200 hingga 500 dosis per hari. Selain itu, telah dibuka juga gerai vaksinasi massal di Polresta Sidoarjo, perumahan, dan Gelora Delta Sidoarjo.
Namun, upaya percepatan vaksinasi ini terkendala stok vaksin. Terkait tenaga vaksinator, Sidoarjo mendapat bantuan dari tim kesehatan Polresta Sidoarjo, RS Bhayangkara, dan Pasukan Marinir II Gedangan. Gelaran vaksinasi pun bisa berjalan beriringan antara yang reguler di puskesmas dengan vaksinasi massal.
”Targetnya, Sidoarjo menyuntikkan 15.000 dosis vaksin setiap hari. Kendalanya hanya pada stok vaksin yang kosong. Upaya meminta tambahan stok vaksin sudah dilakukan,” kata Muhdlor.
Kepala Polresta Sidoarjo Komisaris Besar Polisi Kusumo Wahyu Bintoro mengatakan, untuk mengakselerasi capaian vaksinasi Covid-19, pihaknya telah mengerahkan mobil vaksin. Sistem ini dengan memodifikasi bus untuk layanan pemberian vaksin yang mampu bergerak menghadapi beragam medan.
Sasaran mobil vaksin ini antara lain, pasar-pasar tradisional yang tidak memiliki tempat luas untuk menggelar vaksinasi massal. Selain itu, para pedagang pasar biasanya enggan meluangkan waktu untuk mengikuti vaksinasi di puskesmas atau gerai vaksin lainnya karena prosesnya cukup lama. ”Dengan mobil vaksin ini, penyuntikan di tempat-tempat yang sulit tetap bisa dilakukan. Harapannya, percepatan vaksinasi bisa tercapai,” ucap Kusumo.
Syaf Satriawarman menambahkan, pihaknya telah menerapkan dua mekanisme pendaftaran peserta vaksin yakni secara manual dan daring. Pendaftaran manual dilakukan melalui jaringan pemerintah desa. Mekanismenya, ketua Rukun Tetangga mendata warganya yang akan divaksin, kemudian data tersebut disetorkan ke puskesmas.
Petugas puskesmas akan membagi jadwal vaksinasi setiap desa sesuai kuota layanan harian yang dimiliki. Biasanya peserta vaksinasi reguler ini memprioritaskan warga lansia dan warga pra-lansia. Adapun mekanisme pendaftaran daring dilakukan untuk menjaring peserta vaksinasi massal.
Selain itu pendaftaran daring menjaring peserta vaksinasi dari kalangan usia muda yang melek teknologi dan memiliki telepon pintar. Melalui dua mekanisme pendaftaran ini, diharapkan semua sasaran vaksinasi bisa dijangkau secara cepat dan tepat. Masyarakat bisa memilih jalur pendaftaran vaksinasi.
Meski demikian, dalam pelaksanaan di lapangan, banyak juga lansia yang mengikuti vaksinasi di gerai vaksinasi massal karena didaftarkan oleh anak atau cucunya. Biasanya, peserta lansia ini kesulitan saat diminta menunjukkan tanda bukti pendaftarannya melalui telepon pintar sehingga petugas harus mendata ulang secara manual.