Sistem Pendataan Tak Sinkron Sebabkan Aliran Vaksin Terganggu di Jateng
Selama ini, daerah lebih cepat menggunakan aplikasi PCare dalam mendata pelaksanaan vaksinasi, sedangkan pemerintah pusat mengacu pada laporan Smile. Gubernur Jateng berupaya menyinkronkan kedua sistem pendataan itu.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
GROBOGAN, KOMPAS — Tingginya antusiasme warga mengikuti vaksinasi Covid-19 di Jawa Tengah belum disertai pasokan vaksin yang memadai dari pemerintah pusat. Daerah-daerah masih menanti kiriman vaksin, sedangkan dari sistem pendataan yang terdeteksi pemerintah pusat, daerah masih memiliki stok.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di Kabupaten Grobogan, Selasa (3/8/2021), mengatakan, pihaknya telah menyampaikan kepada pemerintah pusat bahwa hampir semua kabupaten/kota protes karena vaksin habis. Rupanya, selama ini ada pendataan yang tak sinkron antara kenyataan di lapangan dan data yang menjadi acuan pusat.
”Bu Bupati Grobogan lapor, komplain (stok habis). Jadi, ada dua sistem yang perlu dikoreksi. Data paling real time adalah (aplikasi) PCare, sedangkan yang jadi acuan (pusat) adalah Smile. Padahal, butuh waktu antara menyuntik, rekap, dan dilaporkan ke Smile. Jadi, kalau tak diinput, dianggapnya stok masih ada," kata Ganjar dalam keterangan melalui rekaman suara.
Ganjar bakal mengoordinasikan jajarannya untuk mengatasi masalah itu hingga nantinya dilaporkan ke Kementerian Kesehatan. Menurut dia, sinkronisasi data penting agar energi tidak habis untuk meributkan perbedaan data. Padahal, yang krusial saat ini ialah agar semakin banyak warga divaksin.
Minimnya ketersediaan vaksin, antara lain, terjadi di Desa Kebonagung, Kecamatan Tegowangu, Grobogan. ”Kemarin baru dialokasikan 500 vaksin, padahal penduduk kami ada 8.000. Kurangnya banyak,” ujar Kepala Desa Kebonagung Muhtarom saat berdialog dengan Ganjar dalam acara rembug bersama kades se-Grobogan, Selasa.
Ganjar pun meminta para kepala desa bersabar karena pihaknya juga terus mengupayakan percepatan. ”Target kami di akhir Desember (2021) selesai. Apabila sudah ada penugasan percepatan pada Jateng dan tambahan vaksin sudah banyak, akan dipilih desa-desa yang warganya semangat divaksin,” katanya.
Sebelumnya, Senin (2/7/2021), Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo mengatakan, sebagain besar daerah di Jateng memang sudah kehabisan vaksin. Namun, pada Senin, datang lagi pasokan dari pusat untuk kemudian didistribusikan ke kabupaten/kota. Yulianto mengatakan, dirinya belum mengecek jumlahnya.
Menurut Yulianto, pasokan vaksin dari pusat datang setiap pekan. Namun, dari kebutuhan sekitar 2,4 juta dosis per pekan, saat ini sekitar 500.000 dosis. ”Untuk Kota Semarang, kalau di data logistik (Senin), masih ada, jadi saya minta dimanfaatkan dulu. Baru nanti kami tambah. Begitu juga daerah lain karena tidak hanya Semarang, tetapi semua butuh vaksin,” ucapnya.
Dari pasokan vaksin terbaru, lanjut Yulianto, sudah ada vaksin Moderna untuk suntikan ketiga (booster) bagi tenaga kesehatan. Selain itu, ada juga vaksin Sinopharm yang diperuntukkan bagi penyandang disabilitas, AstraZeneca, dan Sinovac yang selama ini telah banyak digunakan.
Pada Senin, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyatakan tengah menanti kedatangan tambahan vaksin karena ketersediaan mulai menipis. Dari 1,3 juta warga Kota Semarang yang menjadi sasaran, lebih kurang 800.000 orang telah disuntik dosis pertama dan sedikitnya 390.000 orang telah disuntik dosis kedua.
Menurut data laman corona.jatengprov.go.id, yang dimutakhirkan pada Selasa (3/8/2021) pukul 16.00, terdapat 393.670 kasus positif Covid-19 kumulatif di Jateng. Sebanyak 36.938 orang dirawat/isolasi, 332.618 orang sembuh, dan 24.114 orang meninggal. Ada penambahan 4.331 kasus dalam 24 jam terakhir.