Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, mulai kehabisan vaksin Covid-19 sejak dua pekan terakhir. Upaya vaksinasi tersendat di tengah meningkatnya antusiasme masyarakat.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, mulai kehabisan vaksin Covid-19 sejak dua pekan terakhir. Upaya vaksinasi tersendat di tengah meningkatnya antusiasme masyarakat. Dinas Kesehatan Sumbar menunggu kiriman vaksin dari Kementerian Kesehatan yang diperkirakan tiba dalam pekan ini.
Kepala Dinkes Kepulauan Mentawai Lahmuddin Siregar, Selasa (3/8/2021), mengatakan, dari 15 puskesmas di kabupaten ini, 11 puskesmas di antaranya sudah kehabisan stok vaksin. Kekosongan stok vaksin itu mulai berlangsung sejak dua pekan terakhir.
”Cuma empat puskesmas yang punya stok vaksin. Puskesmas Betaet sisa 16 vial (1 vial = 10 dosis), Malakopa 13 vial, Sikabaluan 10 vial, dan Sigapokna 9 vial. Di puskesmas lainnya, vaksinasi ditiadakan sementara karena vaksinnya tidak ada,” kata Lahmuddin, Selasa.
Lahmuddin melanjutkan, dinkes terakhir kali menerima kiriman vaksin dari dinkes provinsi pada 28 Juli 2021 sebanyak 65 vial. Jumlah vaksin yang sedikit itu cuma didistribusikan ke satu puskesmas dan segera habis dalam waktu dua hari karena tingginya antusiasme masyarakat.
Menurut Lahmuddin, dinkes kabupaten sudah mengajukan permohonan tambahan vaksin ke dinkes provinsi. Vaksin diperkirakan datang paling cepat Rabu (4/8/2021). Namun, ia belum tahu berapa jumlah vaksin yang akan diterima.
Kami berharap pembagiannya tidak hanya berdasarkan kabupaten saja, variabel kesulitan dan geografis kami mestinya juga dipertimbangkan.
Lahmuddin berharap dinkes provinsi bisa mengirimkan vaksin lebih banyak dibandingkan dengan biasanya. Ia memahami stok vaksin dari pemerintah pusat terbatas dan dikirimkan secara bertahap. Namun, Lahmuddin juga berharap pemerintah provinsi memprioritaskan daerahnya mengingat sulitnya kondisi geografis dan terbatasnya sarana transportasi di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T) ini.
”Kami berharap pembagiannya tidak hanya berdasarkan kabupaten saja, variabel kesulitan dan geografis kami mestinya juga dipertimbangkan. Kami berharap setiap puskesmas minimal dapat stok 100 vial baru bisa mereka bergerak maksimal. Kalau cuma 10 vial, biaya pengirimannya besar. Jadi, berat di ongkos,” ujarnya.
Lahmuddin menambahkan, di awal, minat masyarakat untuk vaksinasi di Kabupaten Mentawai memang rendah. Namun, beberapa waktu terakhir, minat masyarakat tinggi, terutama dengan adanya kebijakan yang menjadikan sertifikat vaksin sebagai syarat administrasi.
”Vaksinasi juga diharapkan menekan risiko penularan Covid-19. Tren kasus di Kepulauan Mentawai meningkat dan sudah masuk ke daerah pedalaman,” ujarnya.
Dosis kedua
Kekurangan stok vaksin juga dialami oleh Kota Payakumbuh beberapa pekan terakhir. Kepala Dinkes Payakumbuh Bakhrizal mengatakan, stok vaksin di daerahnya cuma tersisa 4.000-an dosis untuk suntikan dosis kedua. Terakhir kali Payakumbuh mendapatkan kiriman vaksin pada 31 Juli lalu.
”Untuk suntikan dosis kedua saja, stok itu sebenarnya masih kurang. Kemungkinan stok sekarang cuma bertahan sampai sepekan ini. Sementara itu, untuk vaksinasi suntikan dosis pertama ditiadakan dulu sampai ada kiriman vaksin, yang kemungkinan datang pekan ini,” kata Bakhrizal.
Bakhrizal menjelaskan, terbatasnya stok vaksin Covid-19 membuat upaya vaksinasi tersendat. Padahal, antusiasme masyarakat sedang tinggi. Pekan lalu, dinkes sempat tiga hari tidak melakukan vaksinasi karena tak ada vaksin untuk disuntikkan.
Bakhrizal berharap pasokan vaksin dari pemerintah pusat lancar sehingga pelaksanaan vaksinasi di lapangan tidak tersendat. Sementara itu, ia juga berharap dinkes provinsi lebih proaktif meminta vaksin Covid-19 ke pemerintah pusat.
Pasokan minim
Secara terpisah, Kepala Dinkes Sumbar Arry Yuswandi mengatakan, sejumlah daerah di provinsi ini memang kekurangan stok vaksin. Kondisi itu tidak terlepas dari stok vaksin di pemerintah pusat sehingga pasokan ke daerah minim dan dikirim secara bertahap.
Arry melanjutkan, sebelumnya Pemprov Sumbar telah mengajukan permintaan vaksin sebanyak 800.000 dosis. Pemerintah pusat beberapa kali mengirimkan vaksin, terakhir pekan lalu sekitar 80.000 dosis untuk suntikan kedua dan sudah didistribusikan ke dinkes kabupaten/kota. ”Kemungkinan vaksin akan datang lagi di Sumbar dalam pekan ini,” ujarnya.
Data Dinkes Sumbar menyebutkan, hingga 2 Agustus 2021, jumlah warga yang divaksinasi Covid-19 (minimal suntikan pertama) 623.879 orang (14,15 persen) dari total sasaran 4.408.509 orang. Rinciannya, SDM kesehatan 33.934 orang (104,76 persen), petugas publik 433.358 orang (108,77 persen), dan warga lansia 27.664 orang (5,65 persen). Selain itu, masyarakat rentan 125.779 orang (4,34 persen) dan remaja 3.144 orang (0,53 persen).
Adapun daerah dengan capaian vaksinasi tertinggi di Sumbar (minimal suntikan pertama) ialah Padang Panjang 44,41 persen, Solok (kota) 30,46 persen, Bukittinggi 28,50 persen, Padang 25,13 persen, dan Dharmasraya 24,86 persen. Sementara itu, daerah dengan capaian terendah ialah Agam 5,73 persen, Pasaman Barat 6,27 persen, Pesisir Selatan 7,50 persen, Padang Pariaman 7,82 persen, dan Pasaman 9,87 persen.