Percepatan dan perluasan cakupan vaksin Covid-19 di Jawa Timur amat bergantung pengiriman dari pemerintah pusat.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jawa Timur kesulitan untuk mempercepat dan memperluas cakupan vaksinasi. Pasokan vaksin dari pemerintah pusat belum datang sesuai kebutuhan.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengatakan penerima vaksin yang jatuh tempo untuk penyuntikan dosis kedua di Jatim per 2 Agustus sebanyak 4,2 juta orang. "Pemprov Jatim berharap ada percepatan droping (pengiriman) vaksin karena masyarakat semangat sekali mengikuti vaksinasi,” ujar Khofifah di sela acara vaksinasi Covid-19 di Universitas Surabaya.
Mantan Mensos itu menambahkan, sebanyak 4,2 juta penerima vaksin Covid-19 yang sudah jatuh tempo penyuntikan dosis kedua ini memerlukan vaksin dengan segera. Namun, vaksin belum kunjung dikirim oleh Kementerian Kesehatan. Pemprov Jatim sudah mengajukan permohonan penambahan alokasi vaksin.
Selain berharap mendapatkan droping sebanyak 4,2 juta dosis vaksin untuk dosis kedua, Jatim juga berharap mendapatkan tambahan dosis vaksin untuk memperluas cakupan vaksinasi dosis pertama.
“Kita berharap mendapatkan droping vaksin sebanyak-banyaknya dan sesegera mungkin, untuk memenuhi kebutuhan dosis kedua sekaligus perluasan dosis pertama,” kata Ketua Muslimat Nahdlatul Ulama tersebut.
Khofifah menambahkan selain pemerintah, upaya mengakselerasi cakupan vaksinasi di Jatim juga dilakukan oleh sejumlah pihak, seperti kalangan Perguruan Tinggi (PT). Pada Rabu misalnya, ada dua perguruan tinggi yakni ITS dan Unesa yang melakukan vaksinasi Covid-19 secara massal.
Pemprov Jatim sebelumnya pernah menargetkan capaian vaksinasi sebesar 70 persen dari total target penerima vaksin 31,8 juta jiwa. Target capaian vaksinasi sebesar 70 persen itu diprediksi bakal tercapai pada 10 Agustus mendatang dengan asumsi setiap hari bisa menyuntikkan 315.000 dosis vaksin.
Namun, belakangan ini target capaian vaksinasi itu dikoreksi karena stok vaksin yang tidak mendukung upaya percepatan. Data Satgas Covid-19 Jatim, per 2 Agustus menunjukkan, jumlah total vaksinasi dosis pertama baru 7.643.691 atau sekitar 24 persen dari total target penerima vaksin. Adapun total vaksinasi dosis kedua baru 3.205.574 atau sekitar 10 persen dari total target penerima vaksin.
Ketua Rumpun Vaksinasi Satgas Covid-19 Jatim Herlin Ferliana di Surabaya mengatakan ketersediaan vaksin Covid-19 hanya bisa didapat dari pemerintah pusat atau Kementerian Kesehatan. Jika pasokan sedikit sementara kebutuhan banyak, percepatan dan perluasan vaksinasi belum bisa dipenuhi dengan baik.
Menurut Herlin, pelaksana vaksinasi telah diingatkan nantinya agar memprioritaskan pemberian vaksin dosis kedua. Artinya, memastikan 4,442 juta jiwa penerima dosis pertama mendapat vaksinasi yang komplet sehingga mengurangi risiko buruk dari serangan Covid-19.
”Untuk sasaran vaksinasi dosis pertama agar bersabar karena Kementerian Kesehatan mengupayakan pengiriman lebih banyak pada bulan ini (Agustus),” ujar Herlin, mantan Kepala Dinas Kesehatan Jatim yang kini menjabat Direktur RSU Haji Surabaya.
Pemprov Jatim berharap ada percepatan droping vaksin karena masyarakat semangat sekali mengikuti vaksinasi
Berdasarkan data stok vaksinasi di Jatim per awal bulan ini, sejumlah kabupaten/kota yang stoknya kosong ialah Tuban, Kota Blitar, Sidoarjo, Pasuruan, dan Surabaya (ibu kota Jatim). Di Surabaya, stok vaksin yang kosong memaksa penundaan sejumlah acara vaksinasi massal.
Di Puskesmas Gunung Anyar, ratusan warga antre mendapat vaksinasi sejak pukul 05.00 WIB, Selasa ini. Kalangan warga kecewa karena kuota vaksinasi cuma untuk 200 orang. ”Saya datang pukul 05.00 WIB dapat antrean nomor 112, padahal vaksinasinya dimulai pukul 08.00 WIB,” kata ibu rumah tangga bernama Arliek (45).
Di Puskesmas Kebonsari, kuota vaksinasi pada Selasa ini untuk 210 orang. Itupun vaksinasi bagi sasaran dosis kedua. ”Saya mencoba datang, tetapi belum berhasil karena vaksinasinya untuk dosis kedua. Saya akan cari informasi vaksinasi lainnya yang dosis pertama,” kata Dwi Cahyono (50), warga Jambangan, seusai dari Puskesmas Kebonsari.
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, pasokan vaksin untuk Kota Surabaya sangat terbatas. Sampai Selasa ini, baru diterima 9.000 dosis Sinovac untuk vaksin dosis kedua dari kebutuhan 29.392 dosis sampai 8 Agustus 2021. Adapun vaksin Sinopharm 7.390 dosis, sementara Moderna 24.000 dosis dari kebutuhan 48.000 dosis bagi tenaga kesehatan.
”Pasokan yang datang jauh dari keinginan kami menargetkan vaksinasi 50.000 orang dalam sehari,” kata Febria. Meski pasokan terkendala, Satgas Covid-19 Surabaya meminta warga bersabar. Bulan ini, pemerintah pusat menjanjikan kiriman vaksinasi yang banyak, tetapi akan didahulukan penyelesaian vaksinasi dosis kedua.
Untuk vaksin AstraZeneca, ketersediaan di puskesmas juga masih sedikit. Akibatnya, pelaksanaan vaksinasi dosis kedua dengan memakai vaksin tersebut belum bisa diwujudkan. ”Stok belum mencukupi untuk pelaksanaan vaksinasi dosis kedua,” kata Febria.
Di Surabaya, sudah 1,536 juta jiwa warga mendapat vaksinasi dosis pertama. Selain itu, 804.023 jiwa warga mendapat dosis pertama dan dosis kedua. Jumlah sasaran vaksinasi di Surabaya 2,8 juta jiwa atau hampir seluruh populasi.
Sementara itu menurut Khofifah, sejumlah indikator menunjukkan situasi Covid-19 di wilayahnya cenderung melandai setelah penerapaan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM sejak 3 Juli lalu.
Pengendalian sebaran kasus Covid-19 diharapkan semakin membaik dengan diberlakukan perpanjangan PPKM level 4 hingga 9 Agustus mendatang.
Indikator tersebut antaralain penambahan kasus baru terkonfirmasi positif secara harian yang cenderung menurun selama sepekan belakangan.
Penambahan kasus harian di Jatim sempat menyentuh angka 8.230 pada 15 Juli. Setelah itu penambahan kasus harian mulai turun, misalnya, pada 29 Juli hanya terjadi penambahan 5.506 kasus baru.
Berdasarkan data Satgas Covid-19, pada 2 Agustus, penambahan kasus baru terkonfirmasi positif secara harian turun menjadi 2.464 kasus. Indikator lain yang menurut Khofifah menunjukkan perbaikan, tingkat keterisian tempat tidur di ruang perawatan Covid-19 atau Bed Occupancy Ratio (BOR).
BOR isolasi saat ini tinggal 67 persen sedangkan BOR intensif tinggal 80 persen. Sebelum diberlakukan PPKM darurat, BOR ruang isolasi Covid-19 di Jatim menyentuh angka 84 persen. Adapun kondisi BOR intensif di sejumlah kabupaten dan kota di Jatim mencapai 100 persen.
Meski sejumlah indikator menunjukkan kasus Covid-19 di Jatim mulai melandai, Khofifah meminta masyarakat tidak lengah. Warga harus tetap menjaga protokol kesehatan terutama memakai masker dan menjaga jarak. Selain itu, Pemprov Jatim terus berupaya mempercepat vaksinasi Covid-19.