BOR dan Kasus Harian di Jabar Menurun, Ridwan Kamil Usulkan Pengetatan Skala Mikro
Keterisian tempat tidur atau BOR dan kasus harian Covid-19 di Jawa Barat turun dalam beberapa hari terakhir. Namun, warga diminta tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah lonjakan kasus berikutnya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) pasien Covid-19 dan penambahan kasus positif di Jawa Barat mulai menurun. Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengusulkan agar pengetatan aktivitas masyarakat diterapkan dalam skala mikro.
BOR Jabar turun menjadi di bawah 60 persen dalam lima hari terakhir. Tingkat keterisian tertinggi terjadi pada 28 Juni 2021 yang mencapai 91,6 persen. Kondisi tersebut sempat membuat warga kesulitan mendapatkan tempat isolasi di sejumlah rumah sakit karena penuh.
Penambahan kasus positif Covid-19 harian juga mulai berkurang. Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar), Senin (2/8/2021) pukul 19.00, rata-rata kasus harian saat ini sekitar 5.000 kasus per hari. Pekan lalu, rata-rata penambahan kasus sebanyak 7.000 kasus per hari.
Akan tetapi, rata-rata penambahan 5.000 kasus per hari masih relatif tinggi. Sebab, pada awal Mei lalu, sebelum Idul Fitri, kasus baru di bawah 1.000 kasus per hari.
Gubernur Jabar yang biasa disapa Emil itu berharap, turunnya BOR berdampak pada terkendalinya kasus aktif, kematian, dan kesembuhan pasien. ”Dengan demikian, pengetatan-pengetatan akan kami usulkan kepada pemerintah pusat supaya berbasis mikro,” ucapnya.
Menurut Emil, tidak semua wilayah memiliki kondisi kedaruratan yang sama. Wilayah skala mikro yang berstatus hijau, misalnya, dianggap tidak perlu pembatasan terlalu ketat.
Akan tetapi, rata-rata penambahan 5.000 kasus per hari di Jabar masih relatif tinggi. Sebab, pada awal Mei lalu, sebelum Idul Fitri, kasus baru di bawah 1.000 kasus per hari.
”Di dalam satu tempat mungkin ada yang merah, tetapi ada juga yang hijau. Harusnya tidak dipersamakan seperti yang dialami sebulan terakhir,” tuturnya.
Meskipun BOR dan kasus harian menurun, warga diminta tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan memakai sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas. Kedisiplinan itu sangat penting untuk mencegah lonjakan kasus berikutnya.
Kasus Covid-19 di Jabar mencapai 611.796 kasus. Sejumlah 479.279 orang sembuh, 122.965 orang dalam perawatan (kasus aktif), dan 9.552 orang meninggal.
Kasus aktif mencapai 20 persen atau lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 15 persen. Tingginya kasus aktif berpotensi memicu kenaikan BOR jika kondisi kesehatan pasien yang menjalani isolasi mandiri memburuk sehingga perlu dirujuk ke rumah sakit.
Posko Oksigen Jabar (Poskibar) bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jabar menyalurkan bantuan tabung oksigen untuk penanganan Covid-19 di 27 kabupaten dan kota. Proses distribusi tersebut menurut rencana akan dilakukan dalam dua tahap.
”Poskibar terus berkoordinasi dengan posko juga asisten perekonomian dan pembangunan di setiap kabupaten dan kota agar distribusi bantuan bisa langsung diterima rumah sakit yang membutuhkan,” ujar Sekretaris Daerah Jabar Setiawan Wangsaatmaja.
Alokasi distribusi tabung oksigen disesuaikan dengan proporsi kebutuhan di setiap daerah. Rinciannya, Kota Bandung dan Kota Bekasi mendapatkan masing-masing sembilan tabung oksigen berukuran 6 meter kubik, sedangkan Kabupaten Bogor sebanyak delapan tabung.
Tujuh tabung oksigen masing-masing diberikan untuk Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, dan Kota Depok, sedangkan Kota Bogor mendapatkan lima tabung.
Kabupaten Purwakarta serta Kota dan Kabupaten Cirebon masing-masing mendapatkan tiga tabung. Sementara kabupaten/kota lainnya menerima dua tabung untuk setiap daerah.