Permintaan Meningkat, Ekspor Karet Sumut Naik 9,9 Persen pada Semester I
Ekspor karet Sumut meningkat 9,9 persen pada semester I-2021 secara tahunan. Namun, jumlahnya masih lebih rendah dibandingkan dengan sebelum pandemi.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Ekspor karet alam dari Sumatera Utara meningkat 9,9 persen pada semester I-2021 dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Peningkatan ini didorong pulihnya permintaan dari negara tujuan ekspor utama, seperti Jepang, Amerika Serikat, China, dan India.
”Ekspor karet alam dari Sumut tercatat 187.277 ton pada semester I tahun ini. Terjadi peningkatan volume ekspor dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, 170.425 ton,” kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Sumut Edy Irwansyah, Sabtu (31/7/2021).
Meskipun ekspor karet membaik dibandingkan dengan tahun pertama pandemi Covid-19, capaian itu masih lebih rendah ketimbang sebelum pandemi. Pada semester I-2019, misalnya, ekspor karet Sumut mencapai 203.395 ton. Ekspor semester I tahun ini pun masih tertinggal 7,9 persen dibandingkan dengan 2019.
Edy mengatakan, peningkatan ekspor pada semester pertama tahun ini terutama didorong peningkatan pada Januari-April. Permintaan dari negara konsumen utama meningkat pada periode itu. Namun, pada Mei dan Juni pembeli menjadwal ulang pengapalan sehingga kembali terjadi penurunan volume ekspor.
”Penjadwalan ulang pengapalan kemungkinan karena kendala operasional perusahaan pelayaran akibat pandemi. Kapasitas kapal tidak optimal dan ada kelangkaan peti kemas,” kata Edy.
Peningkatan volume ekspor juga diikuti naiknya harga karet di pasar dunia. Karet jenis TSR (technical speciefied rubber) 20, harganya pada semester ini rata-rata 166,1 sen dollar AS per kilogram. Harga itu meningkat 36 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang masih berada di 122,2 sen dollar AS per kg.
Harga petani
Peningkatan harga di pasar dunia pun diikuti naiknya harga getah karet di tingkat petani yang kini mencapai Rp 10.500 per kg. Harga itu meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yang sempat anjlok hingga Rp 5.000 per kg.
”Dengan harga yang membaik, para petani mulai bergairah menyadap tanaman karetnya. Tahun lalu, banyak yang membiarkan kebunnya terbengkalai tidak disadap,” kata Sungkunen Tarigan (40), Ketua Kelompok Tani Mbuah Page, Desa Kuta Jurung, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hilir, Deli Serdang.
Sungkunen mengatakan, di tengah pandemi dan pembatasan kegiatan masyarakat, petani karet tetap bisa melaksanakan aktivitasnya dengan protokol kesehatan. Aktivitas di kebun dilakukan sendiri-sendiri sehingga tidak memicu kerumunan.
Menurut Sungkunen, produksi karet di desanya diperkirakan akan terus meningkat. Kelompok tani mereka, misalnya, kini bisa mendapat 5 ton karet per minggu. Tahun lalu, mereka hanya bisa mengumpulkan 1 ton. Ke depan, petani berharap harganya membaik agar pertanian karet bisa bergairah kembali.
Selain itu, harga tandan buah sawit segar di tingkat petani juga terus meningkat. Harga yang ditetapkan Tim Rumus Harga TBS Sawit Produksi Petani Sumut kini mencapai Rp 2.355,03 per kg (umur tanaman lima tahun) untuk periode 28 Juli sampai 3 Agustus, sebagaimana diumumkan di situs resmi Dinas Perkebunan Sumut.
Harga itu meningkat ketimbang akhir bulan lalu yang masih Rp 1.928,45 per kilogram. Hasil perkebunan karet dan sawit kini menopang ekonomi Sumut di tengah pandemi.