Oksigen dan Obat-obatan Menipis, PPKM di Palangkaraya Diperpanjang
Angka kasus Covid-19 di Kalteng kian tinggi, begitu juga angka kematian. Kondisi itu membuat oksigen menipis, obat-obatan pun demikian. Pemerintah berupaya untuk memenuhi kebutuhan dan memperpanjang PPKM.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM skala mikro di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, bakal diperpanjang 14 hari. Hal itu dilakukan lantaran lonjakan kasus yang terus terjadi.
Hal tersebut disampaikan Gubernur Sugianto Sabran seusai melaksanakan rapat koordinasi penanganan Covid-19 bersama beberapa pejabat daerah, termasuk Wali Kota Palangkaraya Fairid Naparin. Selain diperpanjang, pelaksanaan PPKM juga diperketat.
”Kami melihat perkembangan, lalu bersama Forkopimda (Forum Koordinasi Pimpinan Daerah) melakukan rapat, dilanjutkan dengan rapat koordinasi. Kami mengambil langkah-langkah melanjutkan PPKM 14 hari lagi,” kata Sugianto, Sabtu (31/7/2021).
Sebelumnya, Pemerintah Kota Palangkaraya sudah memperpanjang PPKM hingga 2 Agustus 2021. Namun, setelah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Kalteng, Pemerintah Kota Palangkaraya bersepakat memperpanjang durasi PPKM hingga 14 hari lagi.
Salah satu pertimbangannya adalah karena Kota Palangkaraya menjadi wilayah dengan lonjakan kasus paling tinggi dan angka kematian paling tinggi di Kalimantan Tengah. Dari data Tim Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Kalteng, jumlah kasus Covid-19 di Kota Palangkaraya mencapai 9.850 kasus dengan jumlah kematian 374 orang.
Sugianto menjelaskan, PPKM level 4 diberlakukan hingga 2 Agustus 2021. Setelah itu, selama 14 hari berikutnya akan diberlakukan PPKM level 3. Pihaknya masih menyiapkan kebijakan yang bakal diterbitkan secepatnya.
”Setelah mengevaluasi dalam beberapa minggu ini, di Kota Palangkaraya, peningkatan terkonfirmasi dan angka kematian juga kesembuhan berada di peringkat ke-11 nasional, ini cukup mengkhawatirkan,” jelas Sugianto.
Pada Sabtu sore, jumlah kasus Covid-19 di Kalteng mencapai 34.425 kasus atau bertambah 456 kasus. Jumlah kematian juga bertambah 32 orang sehingga total mencapai 1.106 kasus. Persentase kematian (CFR) pun bertambah menjadi 3,2 persen, padahal tiga hari lalu masih 3,1 persen.
Angka kesembuhan pun bertambah 181 kasus sehingga total menjadi 29.352 kasus. Walakin, pasien dalam perawatan bertambah 243 orang sehingga total menjadi 3.787 pasien.
Peningkatan itu membuat persediaan oksigen kian menipis. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng Suyuti Syamsul menjelaskan, saat ini ketersediaan oksigen mencapai lebih kurang 17 ton. Adapun pemakaiannya mencapai 13 ton per hari. Sisanya hanya bisa dipakai selama dua hari.
”Kami sudah melakukan banyak hal, termasuk koordinasi dengan semua pihak. Dalam waktu dekat akan masuk beberapa ton oksigen lagi. Kami terus mendorong para penyedia untuk memenuhi tanggung jawabnya sesuai kuota yang ada,” kata Suyuti.
Suyuti menjelaskan, pemerintah daerah juga sudah berkoordinasi dengan salah satu perusahaan, yakni PT Korindo, untuk memproduksi oksigen. Oksigen tersebut bukan komersial, melainkan menggunakan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk memproduksinya.
Selain oksigen, stok obat-obatan juga mulai menipis. Menurut Suyuti, obat-obatan hanya mampu bertahan lebih kurang tujuh hari. ”Kami menjaga penyuplai stok ideal sesuai kebutuhan kami. Kami upayakan terus,” ujarnya.
Suyuti mengungkapkan, saat ini warga yang melakukan isolasi mandiri mencapai 1.871 orang. Banyaknya warga yang melakukan isolasi mandiri membuat tenaga kesehatan kewalahan dan membutuhkan bantuan.
”Dengan jumlah seperti itu, kalau hanya mengandalkan tenaga kesehatan tentu tidak bisa terkejar. Saat ini banyak warga dan organisasi non-pemerintah yang membantu, jadi ini bukan kerja sendiri, tetapi bersama,” kata Suyuti.
Suyuti mengungkapkan, tenaga kesehatan tidak mungkin mengawasi dari rumah ke rumah warga yang isolasi mandiri. Ia mengungkapkan, pengawasan dilakukan oleh pos-pos PPKM yang ada di daerah-daerah dan warga. ”Semua warga yang isoman itu sebelumnya diperiksa dan diberikan obat, jadi mereka pulang dari pemeriksaan bukan dengan tangan kosong,” ujarnya.