Vaksin Akan Habis, Sumsel Minta Pasokan Segera Ditambah
Keterbatasan vaksin masih menjadi masalah yang dihadapi Sumsel. Padahal, ini sangat penting untuk mengurangi tingkat penularan dan juga risiko kematian. Sumsel meminta agar pengiriman vaksin dipercepat.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Keterbatasan vaksin masih menjadi masalah yang dihadapi Sumsel. Padahal, ini sangat penting untuk mengurangi tingkat penularan dan juga risiko kematian. Sumsel meminta agar pengiriman vaksin dipercepat agar cakupan vaksinasi bisa diperluas.
Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy, Jumat (30/7/2021), mengatakan, pihaknya sudah mencoba segala cara untuk memperoleh vaksin, tetapi sampai kini kiriman vaksin untuk masyarakat tak kunjung datang. ”Kami sudah teriak-teriak minta vaksin, tapi belum sampai,” ucapnya.
Bahkan, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru sudah dua kali melayangkan permintaan vaksin kepada Kementerian Kesehatan agar cakupan vaksin di Sumsel terdongkrak. Surat itu merupakan permintaan agar vaksin yang dikirim ke Sumsel mencapai 1,5 juta dosis per bulan dan juga surat permintaan pengiriman 22.000 dosis untuk mempercepat program 1 juta vaksin per hari sampai 30 Juli 2021. ”Realitasnya untuk program 1 juta vaksin, kami hanya menerima sekitar 11.000 dosis vaksin per hari,” ujar Lesty.
Secara keseluruhan, hingga kini total vaksin yang datang ke Sumsel mencapai 1,8 juta dosis vaksin. Dari jumlah tersebut, sekitar 1,6 juta dosis vaksin sudah tersalur. Jumlah ini masih jauh dari kebutuhan target sasaran sekitar 6,4 juta warga Sumsel.
Sebanyak 200.000 dosis vaksin yang tersisa tersebar di 17 kabupaten/kota dan digunakan untuk penyuntikan kedua sampai vaksin datang lagi. ”Untuk sementara kami tidak menerima penyuntikan pertama sampai pasokan vaksin datang kembali,” ujarnya.
Terbatasnya vaksin ini berkebalikan dengan kemampuan Sumsel dalam memvaksinasi warganya. Sumsel telah menyiapkan 3.300 vaksinator dengan 439 fasilitas pelayanan kesehatan. ”Peningkatan jumlah vaksinator dan faskes untuk mempercepat penyaluran karena memang animo masyarakat untuk divaksin sangat tinggi,” ujar Lesty.
Realitasnya untuk program 1 juta vaksin, kami hanya menerima sekitar 11.000 dosis vaksin per hari. (Lesty Nurainy)
Epidemiolog dari Universitas Sriwijaya, Iche Andrianty, vaksinasi merupakan komponen penting untuk mengurangi angka kesakitan bahkan kematian di Sumsel. ”Ketika sudah divaksin, dampak jika terkena covid-19 tidak terlalu parah dibanding mereka yang belum divaksin,” ujarnya.
Terkait usaha Pemprov Sumsel dalam melakukan vaksinasi, menurut Iche, patut diapresiasi tinggal bagaimana memastikan pasokan vaksin tidak tersendat. Vaksinasi di Sumsel perlu dioptimalkan karena angka penularan di Sumsel mengalami tren peningkatan.
Bahkan, berdasarkan situs Sumsel Tanggap Covid-19, jumlah kasus harian di Sumsel pada tiga hari terakhir melampaui 1.000 kasus per hari dan mencapai puncaknya pada Kamis (30/7/2021) dengan 1.278 kasus. Jumlah ini meningkat dibanding seminggu sebelumnya di mana rata-rata harian sekitar 800 kasus.
Vaksin Moderna
Di tengah keterbatasan vaksin di Sumsel, vaksin moderna telah tiba. Jumlahnya mencapai 44.000 dosis. Lesty mengatakan, vaksin ini hanya digunakan untuk tenaga kesehatan dengan jumlah sasaran 49.000 orang. Walau jumlahnya belum sebanding dengan sasaran namun masih mencukupi karena hanya digunakan sekali. ”Vaksin moderna digunakan sebagai booster bagi tenaga kesehatan,” ucapnya.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumsel Rizal Sanif mengatakan, vaksinasi dibutuhkan terutama untuk tenaga kesehatan karena merekalah yang paling rentan terpapar. ”Apalagi, jika tenaga kesehatan itu tidak berada di ruang tekanan udara negatif tentu risiko terpapar akan sangat tinggi,” ucapnya.
Jika banyak tenaga kesehatan yang terpapar, sumber daya yang akan merawat pasien akan terus berkurang. Hal ini sungguh berbahaya karena jumlah kasus di Sumsel yang kian tinggi. ”Bisa jadi rumah sakit akan kolaps,” kata Rizal.
Di sisi lain, manajemen rumah sakit juga harus pintar-pintar mengelola skema kerja para pegawainya agar pelayanan tetap optimal dan mengurangi risiko penularan terutama di ruang unit gawat darurat.