Napas Kebun Binatang di Jabar Terengah-engah Dihantam Pandemi Covid-19
Pemotongan satwa tidak dilindungi, seperti angsa dan rusa, menjadi opsi akhir untuk memenuhi pakan satwa predator yang dilindungi. Pengelola kebun binatang pun memprediksi hanya bertahan satu bulan jika terus ditutup.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Napas kebun binatang di Jawa Barat terengah-engah saat pandemi Covid-19 tidak kunjung berakhir. Pembelian pakan bagi ratusan hewan, banyak di antaranya dilindungi, menyedot anggaran terbesar.
Kondisi itu terjadi di Bandung Zoological Garden (Bazooga) di Kota Bandung. Tidak menerima kunjungan dalam dua bulan terakhir membuat pendapatan yang masuk tidak seperti biasanya. Hingga Jumat (30/7/2021), kunjungan ke Bazooga masih ditutup karena Kota Bandung masih menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Kondisi itu, kata Marketing Communication Bazooga Sulhan Syafi\'i, menyebabkan masalah pada pemenuhan pakan. Buka atau tidak, satwa yang ada tetap butuh makan. Dalam sebulan, kebutuhan pakan bagi 850 satwa di Bazooga membutuhkan sedikitnya Rp 350 juta. Satwa penting di kebun binatang itu, seperti harimau sumatera dan macan tutul jawa.
Sulhan mengatakan, sejauh ini, dana pengelola hanya sanggup untuk memberikan pakan selama satu bulan ke depan. Jika tidak ada solusi lain, opsi pemotongan hewan unggas dan herbivora tidak dilindungi, seperti angsa dan rusa tutul, akan diambil.
”Upaya penghematan makanan dilakukan untuk memperpanjang napas. Kalau dalam sebulan tidak ada pemasukan atau bantuan, kami angkat tangan. Opsi terakhir adalah memotong beberapa hewan dan menjadi makanan untuk satwa predator,” ujarnya.
Untuk menghemat dana, Sulhan mengatakan, perubahan pola menu makan juga dilakukan. Sebagian komposisi pakan hewan karnivora yang awalnya daging sapi diganti daging ayam.
”Kondisi satwa sekarang masih sehat walaupun sebagian ada yang agak kurus. Tetapi, sejauh ini porsi makan tetap, tidak ada yang berubah,” ujarnya.
Taman Satwa Cikembulan di Garut, Jawa Barat, juga mulai kewalahan membiayai pakan bagi lebih kurang 440 satwa. Manajer Operasional Taman Satwa Cikembulan Garut Rudi Arifin menuturkan, daging ayam menjadi pilihan anyar untuk hewan karnivora. Pakan hijau untuk hewan herbivora juga dipilih yang harganya paling murah.
”Semua bisa mengurangi biaya makan 40 persen lebih. Namun, perubahan komposisi ini tidak mengubah porsi makan karena bisa berdampak pada kesehatan satwa. Apalagi, di sini sekitar 60 persen merupakan satwa dilindungi,” ujar Rudi.
Penghematan ini, lanjut Rudi, telah dilakukan selama pandemi, terutama saat pemasukan nihil, karena destinasi wisata ditutup saat pengetatan mobilitas masyarakat. Namun, jika kebun binatang tidak diizinkan dikunjungi, Rudi memprediksi pihaknya hanya bisa bertahan 1-2 bulan lagi.
”Buka-tutup seperti ini sudah sering dilakukan selama pandemi. Sekarang, kami sudah tidak menerima kunjungan dari 28 Juni 2021. Kalau sudah tidak sanggup, mau tidak mau kami akan menyerahkan satwa ini kepada pemerintah untuk dikelola. Tujuannya agar tetap hidup dan terawat,” ujarnya.